Page 9

16.6K 1.1K 32
                                    


HAPPY READING

---------------------------------------------------------

Hinata mecengkeram erat jubah hitam itu hingga lusuh. Pikirannya berkecamuk, ia tidak bisa berpikir dengan jernih sekarang.

"Harusnya kau tidak melakukan itu padaku!" Suara gertakan gigi itu terdengar nyaring. Ia masih menatap pria Uchiha itu dengan tajam. Harga dirinya telah jatuh, masa depannya telah hancur dan satu-satunya penyebab semua kekacauan ini adalah pria raven itu.

"Kau!!" Untuk kesekian kalinya ia tidak dapat mengungkapkan semua rasa yang ada di benaknya. Tidak mampu dan tidak sanggup mengetahui fakta bahwa ia telah melakukan hal gila itu bersama pria bajingan di depannya.

"Anggap tidak pernah terjadi."

Mulut sampah. Bajingan, keparat, berengsek mati saja kau ke alam baka!! Andai Hinata bisa mengeluarkan semua umpatan itu maka ia akan sedikit lega.

Hinata memalingkan wajahnya, memunguti pakaiannya dan mengenakannya dengan gugup. Anggap saja kau sedang sial. Hinata terus merapalkan kalimat itu di pikirannya. Uchiha itu memang bajingan, bermulut sampah, berprilaku berengsek dan sejuta kelakuan buruk lainnya.

Hinata memejamkan matanya pelan. Menarik napasnya kuat-kuat, ia tidak akan menangis hanya karena pria sialan ini. Ia harus kuat, harus kuat ya, Hinata harus kuat.

'Semua  nakama pernah melakukannya, jadi tenang Hinata kau tidak akan apa-apa'

Hinata menganguk pasti. Tidak akan terjadi hal buruk ke depannya. Sebagian nakama di Konoha pernah melakukan seks jadi ini hal wajarkan? Hinata menghembuskan napasnya lagi. Ia akan baik-baik saja. Anggap saja ini tidak pernah terjadi.

Sasuke menatap tubuh mungil yang mulai beranjak pergi meninggalkannya. Ia remas surai hitamnya frustasi. Ini bukan salahnya ingat! Dia korban disini.

Ya, ia hanya korban. Sasuke yakin itu!

..

Hinata melompati dahan demi dahan hingga berujung di kaki bukit. Ia terdiam disana menatap pepohonan rindang. Semua akan baik-baik saja, Hinata kembali merapalkan kalimat itu sebagai obat penenang. Bohong jika perasaannya tidak kalut, bohong jika pikirannya tidak kacau. Ia Hinata gadis pendiam yang lugu, telah melakukan hal gila bersama manusia laknat itu. Ia kembali menarik napasnya dalam-dalam menghembusakannya kasar.

Bagaimana jika klan Hyuga tau hal ini, bagaimana jika sang ayah tahu hal ini dan bagaimana jika Naruto tau hal ini? Apa reaksi mereka semua jika tau hal ini, apa mereka akan memcemooh dirinya atau mereka tidak peduli sama sekali. Hinata mengusap tetes demi tetes air mata yang membasahi pipinya. Ia sudah berjanji tidak akan menangis karena ini tapi tubuhnya menghianatinya. Ia tidak bisa tenang dengan segala kemungkinan buruk yang akan ia dapatkan kedepannya.

Kenapa hidupnya begitu sulit? Mengapa menjadi orang baik selalu tersakiti. Kenapa semua masalah seperti tidak pernah bosan menghampiri hidupnya, tidak bisakah ia tersenyum untuk jangkah waktu yang panjang. Tidak bisakah ia berhenti menangis untuk satu detik saja, kenapa Tuhan selalu mempermainkan hati dan perasaanya.

Hinata mengerjapkan matanya pelan, andai saja ia terlahir seperti Sakura mungkin hidupnya tidak akan semenderita ini. Hinata tersenyum tipis, andai saja ia bisa seperti Sakura mungkin ia bisa mendapatkan sang kekasih hati, andai ia bisa seperti Sakura mungkin ia akan meninju si pria Uchiha itu dengan keras. Ya, andai saja ia Sakura mungkin hidupnya tidak akan seperti ini. Tidak pernah direndahkan karena kau lemah, tidak pernah di pedulikan karena kau pendiam, tidak pernah di perhatikan karena kau tidak istimewa. Memiliki keluarga yang menyayangimu tanpa melihat kekurangan mu, bangga akan setiap hasil yang kau lakukan. Mengejar seseorang yang kau suka tanpa rasa malu. Ya, andai saja ia bisa menjadi gadis musim semi itu.

Come Back Home [[END]]✔ Where stories live. Discover now