Page 18

15.1K 1.2K 84
                                    


Pria itu masih memeluk tubuh mungil yang masih bergetar, ia tentu tau sang empuh sedang menumpahkan segala air matanya. Air mata yang dianggap lemah justru mampu menguatkan, senyum yang dianggap bahagia justru menyimpan banyak luka.

Sejauh mata memandang kita hanya mampu fokus ke satu titik, maka dari itu kita tidak bisa melihat seseorang dari titik yang lainnya. Mungkin karang yang terlihat kuat bisa saja hancur hanya dengan sapuan ombak, semut kecil mampu mengalakan gajah, bulan yang bersinar terang ternyata membutuhkan kegelapan. Karena semua orang hanya akan memandang ketika kita sudah berada di puncak tanpa peduli kita merangkak untuk menuju puncak itu.

Hinata semakin memeluk tubuh kekar itu erat, hatinya hancur, rasa sakit yang dia simpan muncul kembali, rasa sedih yang ia buang datang kembali. Kenapa memiliki rasa cinta sesakit ini? Kenapa mencintai seseorang begitu menggores sanubari?

"Aku menyakitinya?" Suara serak itu terdengar menyayat hati, tangisan dalam diam itu sungguh mengusik relung hatinya. Sasuke menepuk punggung mungil itu, menyampaikan sejuta ketenangan tanpa suara.

"Kenapa mencintai terasa sesakit ini?"
Sasuke masih enggan menjawab ia justru mendekap tubuh mungil itu semakin erat, ia elus punggung wanitanya pelan.

Hinata semakin terisak, dadanya bergemuruh, pedih sekali rasanya. Air matanya tidak mau berhenti terus mengalir deras, luka lama yang tertutup terbuka lagi.

Sasuke mengendurkan pelukannya, ia tatap wajah cantik itu dalam diam, ia kecup keningnya pelan. Jujur saja sakit rasanya melihat orang yang kau sayang menangis di hadapanmu, orang yang ingin kau bahagiakan justru terluka didepanmu.

"Jika kau merasa lelah untuk merasakan sakit, maka belajarlah untuk egois." Hinata menghentikan tangisan pilunya, ia tatap iris segelap malam itu.

Belajar egois katanya? Yang benar saja, ia saja bisa menangis karena melihat seseorang bersedih, bagaimana bisa ia menjadi egois? Ia terluka melihat orang yang menyakitinya menangis, jadi bagaimana bisa ia menjadi egois?

"Jangan pikirkan perasaan orang lain, pikirkan perasaanmu saja!" Mata bulat itu mengerjap pelan, ia tatap lebih dalam lagi iris Onyx yang memikat itu.

"Tidak bisa?" Hinata mengerjapkan matanya pelan, ia menundukan pandangannya. Ya, sampai kapanpun ia tak bisa melakukan itu, ia selalu mendahulukan perasaan orang lain, ia selalu mementingkan kebutuhan orang lain daripada dirinya sendiri.

"Maka belajarlah padaku, kau tau aku itu egois?" Hinata memutar bola matanya malas, tentu saja ia tau, bahkan seluruh makhluk hidup juga mengetahui hal itu.

"Karena aku sedang bermurah hati padamu, akan ku ajarkan kau menjadi orang egois!" Bermurah hati katanya? Yang benar saja ia mengajari hal yang buruk dan dia bilang sedang bermurah hati katanya? What the hell

"Kau mau mengajariku hal yang buruk?" Mata bulat dengan pipi gembil yang merona adalah perpaduan yang sempurna di iris gelapnya itu, entah kenapa wajah sembab itu terlihat sangat manis di matanya. Benar kata pepatah cinta membuat orang menjadi buta.

"Kau akan tau bahwa egois tidak selamanya buruk." Sasuke mengecup pelan bibir yang lembab itu, ia usap lembut pipi kemerahan milik wanitanya. Ia akan mengajarkan segalanya agar wanitanya menjadi miliknya. See egois tidak selamanya burukkan?

..

Pria bersurai blonde itu tertawa getir, kenyataan yang ada dihadapan matanya sungguh mencekiknya. Ia tidak menyangka rasa egois menghancurkan segalanya.

"Aku sadar sekarang! Benar yang dikatakan Gaara padaku, aku terlalu memaksakan untuk mendapatkan sebongkah berlian disaat aku tidak mampu untuk membelinya. Aku terlalu egois untuk mendapatkan bunga musim semi yang indah hingga aku sadar harum lavender yang selalu menemaniku berhenti menyerbak harum baunya. Aku yang memetik bunga itu dan kubuang hanya untuk menggapai bunga Sakura yang tinggi di atas pohon. Bukankah aku bodoh? Kenapa harus melompat hanya untuk menggapainya, Kenapa aku harus memanjat hanya untuk memetiknya. Disaat dengan mudahnya aku bisa memiliki bunga harum itu tanpa harus bersusah payah! Mungkin bunga sakura indah untuk dipandang hingga bau lavender yang menenangkan tidak mampu aku lihat." Naruto menumpuhkan kedua kakinya untuk bersimpuh, ia tatap gadis yang terisak itu pedih.

Come Back Home [[END]]✔ Where stories live. Discover now