11 회

11.2K 2.2K 129
                                    

Taeyong menutup kasar pintu mobil, membuat supir yang ia sewa untuk mengemudikan mobil Seulgi terkejut bukan main.

Lelaki paruh baya itu kemudian berlari keluar mobil, menyodorkan kunci pada Taeyong yang sudah sempoyongan karena efek alkohol di bar tadi. Karena jarak rumah Seulgi dari bar lebih dekat, wanita itu pun menitipkan mobilnya di apartement Taeyong sekaligus agar sahabatnya itu diantar oleh supir yang sama. Akan berbahaya jika Taeyong naik taksi sembarangan, pikirnya.

"Terima kasih, Paman." Ucapnya dengan nada serak.

Tanpa menunggu respon dari supir pria tadi, Taeyong kembali menyeret kakinya untuk masuk ke lobby apartement. Kepalanya sangat pening akibat tujuh gelas bir yang ia tenggak. Selain itu, ia dibuat pusing oleh Jaehyun yang ternyata tak menungguinya diluar bar.

Dasar Jung Sialan Jaehyun!

Padahal, jelas-jelas Taeyong menangkap keberadaan pria itu tengah memandanginya dari arah pintu masuk bar ketika ia sengaja berciuman dengan Seulgi. Ekspektasi Taeyong berkata bahwa pria itu akan menungguinya lalu mengikutinya bersama Seulgi. Namun naas, ia tak mendapati Jaehyun dimana-mana.

"Akh!" Taeyong mendesis lalu menoleh kebelakang.

Matanya refleks membola ketika mendapati Jaehyun lah yang menahan lengannya. Pria itu masih menggunakan baju yang sama seperti di bar tadi. Apa itu artinya Jaehyun tetap mengawasinya? Pikir Taeyong.

"Apa yang kau lakukan disini brengsek?" Ucap Taeyong dengan nada khas orang mabuk.

Jaehyun dapat mencium bau alkohol yang menyeruak dari tubuh Taeyong. Ia menghela nafas lalu berjongkok didepan pria itu, "Naiklah ke punggungku." Ucapnya sembari memegangi kedua tangan Taeyong.

Namun bukan Taeyong jika ia tak menolak terlebih dahulu,

"Lepaskan aku brengsek!" Umpat lelaki berparas bak manhwa itu sembari meronta.

Seolah tuli, Jaehyun tetap menarik lengan Taeyong lalu membawa tubuh mungil itu keatas punggungnya, ia menggendong Taeyong yang sudah diambang batas kesadaran.

"Turunkan aku, Jung Jaehyun!" Teriak Taeyong disamping telinga Jaehyun.

Pria berlesung pipi itu menoleh hingga jarak wajahnya dengan milik Taeyong hanya terpaut beberapa centi. "Kau tinggal di lantai berapa? Nomor?"

"Kubilang turunkan aku," Taeyong masih saja meronta, "Aku tidak mabuk bodoh!"

"Ya, kau tidak mabuk tapi kau bahkan hampir lupa mengambil kunci mobilmu."

Apa? Jaehyun melihatnya?

Tapi bagaimana bisa?

"Darimana kau mengetahuinya huh? Dasar sok tahu." Pancing Taeyong agar ia bisa tahu bagaimana Jaehyun melihat kejadian tadi. Jika pria itu mengikutinya sejak ia masih berada di mobil yang sama dengan Seulgi, lalu kenapa ia tak melihat mobil pria itu disisi jalan? Pikir Taeyong.

Jaehyun menghela nafasnya pelan, "Aku menunggumu didepan apartement sejak sore tadi."

Apa anak ini sudah gila?

Taeyong terdiam, ia menenggelamkam wajah pada pundak Jaehyun seolah kesadarannya memang nyaris lenyap. Padahal ia masih bisa melihat satu telunjuknya dengan baik, hanya saja kepalanya begitu berat karena alkohol juga pikiran tentang Jaehyun.

Pintu lift di lobby terbuka, Jaehyun kembali menoleh dan memerhatikan Taeyong yang ambruk di pundaknya, "Lantai berapa?"

"Sepuluh," gumam Taeyong.

"Nomor kamarmu?"

"N17," balas Taeyong masih dengan suara khas orang mabuk.

Jaehyun pun menekan tombol lift sesuai dengan instruksi Taeyong. Ia memerhatikan pria dalam gendongannya melalui pantulan bayangan sosok itu di pintu lift.

Loving Her Boyfriend | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now