28 회

10.3K 1.9K 662
                                    

Sosok pria dengan setelan jas hitam telah berdiri disamping altar, menunggu sang mempelai wanita datang sebelum keduanya mengucap janji suci dihadapan Tuhan. Namun, ibarat ungkapan lain mulut lain dihati, Jaehyun justru tak fokus menantikan Jihyo calon istrinya.

Meski sedari tadi Jaehyun berbisik kepada sang Ayah dimana sang calon istri bersama keluarga, namun didalam hatinya ia terus bertanya-tanya kenapa Lee Taeyong tak datang juga. Padahal, satu Minggu lalu Jihyo memberitahunya bahwa sang dokter hewan telah ia undang.

Apa Taeyong sesakit itu? Batin Jaehyun sembari mengepalkan tangan.

Tak lama berselang suasana gedung menjadi sedikit gaduh. Belum banyak tamu yang berdatangan, sebab pihak dari Jihyo pun meminta waktu untuk kembali bersiap-siap di ruang ganti mempelai pada gedung pernikahan itu. Hanya kerabat dan keluarga dari Jaehyun lah yang memadati aula didepan altar saat ini.

"Sepertinya calon istrimu sudah datang, nak."

Jung Yunho menepuk pelan pundak Jaehyun lalu terkekeh, "Tak lama lagi para tamu juga akan datang."

"Iya, Appa." Jawab Jaehyun.

Mengalihkan pandangan kearah pintu, Jaehyun tersenyum sumringah melihat mempelai wanitanya berjalan bersama sang Ayah juga Ibu dengan anggun. Jihyo tak henti-henti memamerkan gigi rapihnya kepada Jaehyun juga calon mertuanya yang telah menunggu disamping altar.

"Maaf, kami sedikit terlambat Tuan Jung." Ucap Park Jinyoung, ayah Jihyo ketika mereka berdiri dihadapan keluarga calon besannya.

"Tidak masalah, Tuan Park," jawab Jung Yunho, "Kalau begitu bawalah Jihyo ke ruang ganti mempelai, tak lama lagi tamu akan berdatangan."

Jihyo menyunggingkan senyum pada calon suaminya, begitupun dengan Jaehyun. Bahkan ketika sang Ibu telah menuntunnya ke arah tangga menuju lantai dua dimana ruang ganti berada, wanita itu tak bisa berhenti menarik kedua ujung bibirnya.

Sesampainya di ruang ganti, Jihyo duduk disebuah sofa berukuran besar dengan hiasan bunga berbagai macam warna disisi kiri dan kanannya.

"Eomma, aku haus." Rengek Jihyo sembari mengibas-ngibaskan tangan disamping wajahnya.

Gaun panjang berwarna putih yang dipakai sang mempelai wanita cukup membuat empunya kewalahan. Bahkan sang Ibu yang mengikuti anaknya pun tak kalah kesusahan karena mengurusi sang anak semata wayang.

"Baiklah, tunggu disini." Ucap Nyonya Park, "Ingin air putih saja atau minuman lain?"

"Air putih saja, Eomma." Jawab Jihyo tak sabaran. Entah mengapa pendingin ruangan seolah tak berfungsi. Ia benar-benar kehausan, mungkin karena merasa gugup sebab pengucapan janji sucinya bersama Jaehyun akan dimulai sebentar lagi.

Nyonya Park pun keluar dari ruang ganti. Meninggalkan sang anak yang menghela nafas berkali-kali. Hanya itu yang bisa Jihyo lakukan untuk menghilangkan rasa grogi. Namun, baru beberapa menit berlalu, pintu kembali terbuka. Sontak sang mempelai wanita terkejut, padahal Ibunya terbilang lambat ketika berjalan, apalagi naik turun tangga.

"Taeyong?"

Jihyo mengangkat alis melihat sang dokter hewan yang berbalut setelan jas hitam masuk ke ruang ganti. Ia memamerkan senyum ketika Taeyong mengangkat sebuah bucket bunga yang dibawanya.

Menutup pintu, Taeyong masih berdiri tak jauh dari tempat untuk masuk dan keluar itu. Ia masih tak sanggup mendekati Jihyo, melihat senyum yang harusnya adalah miliknya membuat sakit hati dokter hewan itu bertambah berkali-kali lipat.

"Selamat Jihyo-ya," ucap Taeyong lalu tersenyum kecut, "Kau sangat beruntung bisa memenangkan permainan ini."

Jihyo mengerutkan kening, "Permainan?" Tanyanya lalu terkekeh pelan, "Permainan apa, Taeyong-ssi? Apa sejenis game yang selalu dimainkan Jaehyun di komputernya?" Candanya.

Loving Her Boyfriend | Jaeyong ✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt