27 회

10.2K 1.9K 288
                                    

"Kenapa kau tiba-tiba ingin kembali ke Seoul nak?"

Jung Yunho bertanya heran ketika melihat Taeyong bersiap-siap untuk meninggalkan kediaman sang Ayah. Anak lelaki dari sahabatnya itu terlihat tidak sehat, matanya sembab dan wajah Taeyong pucat. Ia tiba-tiba khawatir jika saja sesuatu terjadi pada anak sulung Jaejoong nantinya.

"Banyak pekerjaan di klinik, Paman. Aku tak bisa berlama-lama disini." Balas Taeyong lalu tersenyum tipis.

Sementara itu, Jaejoong yang masih mengingat betapa kurang ajar sang anak padanya semalam bersikap acuh tak acuh. Ia membaca koran di ruang tengah sembari menyesap kopi buatan Mark. Meski rasa minuman bercaffein itu jauh berbeda jika Taeyong yang membuatnya, namun ia menjunjung tinggi gengsi untuk tak menyuruh si anak sulung lagi.

"Biarkan aku mengantar kalian ke bandara," ucap Jaehyun yang sedari tadi berdiri disamping sang Ayah. Ia tak pernah melepas tatapan nanar pada Taeyong yang bersikap semakin dingin bahkan seolah tak peduli lagi dengannya.

Kejadian semalam membuat hubungan mereka semakin rumit. Taeyong yang tak mampu lagi diduakan pun memilih pergi. Jaehyun bahkan susah tidur sejak malam hingga pagi. Pikirannya tak henti-henti tertuju pada sang lelaki yang telah ia buat sakit hati.

"Tak perlu," jawab Taeyong, "Aku dan Mark bisa naik taksi."

"Tapi Taeyong-ah, kau kelihatanya tidak sehat," Ujar Yunho tanpa melirik sama sekali kepada anaknya sendiri, "Biar Paman dan Jaehyun mengantar kalian ke bandara ya?"

Taeyong menggeleng pelan, "Tidak perlu, Paman. Siang nanti kalian ada pertemuan dengan rekan bisnis kan?" Ucapnya lalu menunduk sopan, "Aku pergi sekarang."

Sebelum melangkah meninggalkan ruang tengah, Taeyong menyempatkan diri untuk menoleh kepada sang Ayah. Lelaki paruh baya itu benar-benar marah, pikirnya. Seharusnya ia mendengar ucapan Ayahnya, menjadi yang kedua benar-benar menyakitkan.

Rencana Taeyong yang sedari awal berjalan lancar tiba-tiba gagal di penghujung jalan. Ia sungguh tak menyangka jika Jaehyun benar-benar bajinga yang menggagalkan usahanya diluar perkiraan. Taeyong kira selama ini ia telah mengenal Jaehyun melebihi kemampuan pria itu mengetahui apa yang ada dalam dirinya sendiri.

Namun nyatanya Taeyong berkahir disakiti.

"Appa... Aku pergi," ucap Taeyong sebelum berbalik dan menggandeng tangan adiknya, Mark.

Persendiannya terasa nyeri. Bahkan tungkai Taeyong seolah tak mampu menahan beban tubuhnya lagi. Bukan hanya raganya, namun hatinya pun terluka karena sikap sang Ayah juga kebejatan lelaki bajingan bernama Jung Jaehyun.

Kau benar-benar akan menyesalinya, Jung Jaehyun.

Melihat Taeyong pergi membuat hati Jaehyun teriris. Keputusannya untuk mengungkapkan ucapan itu pada Taeyong semalam memang membawa resiko yang besar untuknya. Mata Jaehyun seketika memanas, bahkan tanpa sadar lelehan liquid bening mengaliri pipinya begitu saja. Hal itu ditangkap oleh indera penglihatan Jaejoong, lelaki paruh baya itu menyipitkan mata sebelum meletakkan korannya diatas meja.

"Jaehyun-ah bersiap-siaplah, kalian harus  berkunjung ke area proyek setelah ini," ucapnya sengaja agar Jung Yunho tak menyadari tangisan anaknya.

Yunho menolehㅡtanpa melirik Jaehyun. Ia menatap Jaejoong heran lalu menggeleng pelan, "Kau masih saja bersikap dingin pada anakmu." Ucapnya, "Apa kau tak kasihan melihatnya murung seperti tadi?"

Jaejoong mendengus, "Aku melakukan ini karena ia tak mau mendengarkan ucapanku," ucapnya lalu melirik sekilas Jaehyun yang diam-diam mengusap kasar air mata,

"Lebih baik aku yang melukai dan membuat anakku sakit hati, bagaimana pun juga Taeyong akan kembali padaku nanti. Berbeda jika orang lain, aku tak akan pernah membiarkan ia disakiti sedikitpun."

Loving Her Boyfriend | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now