26 회

9.9K 2K 654
                                    

Taeyong mempercepat langkah, meninggalkan kamar milik sang Ayah. Liquid bening tak henti-henti menetes dan membasahi pipinya. Tanpa ia sadari Jaehyun baru saja keluar dari kamar tamuㅡtempatnya juga sang Ayah beristirahat. Niat awal lelaki berlesung pipi itu untuk turun ke lantai dasar dan mencari air putih pun ia urungkan. Kakinya refleks mengejar Taeyong yang telah berlari menuruni tangga.

"Tae! Taeyong!"

Mendengar teriakan Jaehyun dari belakang membuat lelaki mungil itu semakin mempercepat gerakan kakinya. Ia tak ingin terlihat lemah dihadapan siapa saja, namun hatinya berkata untuk membiarkan egonya mengalah kali ini saja.

Ya, kejar aku Jaehyun,

Mari kita akhiri semuanya.

"Lee Taeyong! Kau mau kemana?!"

Jaehyun menambah kecepatannya karena Taeyong tak kunjung berhenti. Bahkan mereka telah berada diluar rumah, tepatnya di persimpangan jalan kediaman Jaejoong. Sebuah keuntungan bagi Jaehyun karena memiliki kaki panjang, sebab ia bisa meraih lengan Taeyong hingga langkah lelaki itu terhenti.

"Hei, ada apa denganmu?" Tanyanya seraya membalikkan tubuh Taeyong. Ia tersentak ketika melihat wajah lelaki mungil itu sembab, bahkan pipi kanan Taeyong sedikit memerah.

Tangan Jaehyun menyusuri lekukan wajah sosok dihadapannya. Menghapus lelehan air dari mata lelaki itu lalu mengusap pipi Taeyong pelan, "Apa yang terjadi sayang?" Tanyanya lalu mengecup kedua netra Taeyong bergantian.

"Aku lelah Jaehyun," lirih Taeyong lalu menepis tangan lelaki berlesung pipi itu dari wajahnya, "Mari kita akhiri semuanya."

"Hey, apa maksudmu hm?"

Taeyong menggeleng lemah, "Jangan berpura-pura buta, Jaehyun." Ia tersenyum miring sejenak, "Sekarang jawab aku, siapa yang sebenarnya kau cintai? Jihyo atau aku?"

Jaehyun terdiam. Ia bisa melihat tatapan penuh luka dari iris kelam dihadapannya. Hal itu membuat dadanya berdenyut perih, dan ketika disuruh memilih untuk saat ini, ia tak bisa menjawabnya lagi dan lagi.

"Kenapa kau diam Jaehyun?" Taeyong tertawa sarkastik, "Apa pertanyaan itu sangat susah untuk kau jawab?"

"Tidak, Tae. Tapi akuㅡ"

"Sudah saatnya kau harus melepaskan salah satu diantara kami, Jaehyun." Potong Taeyong, "Kau tak bisa terus-terusan bersikap serakah seperti sekarang. Kau menyakiti Jihyo, juga aku." Lirihnya.

Jaehyun kembali dihantui kebimbangan. Ia masih tak bisa melepaskan salah satu diantara kedua orang itu sekarang.

"Tae, tak bisa kah kau memberiku sedikit lagi waktu?"

"Waktu untuk apa?" Taeyong menatap lelaki dihadapannya tak percaya, "Waktu untuk melihat harapanku selama ini hancur dihari pernikahanmu huh?"

Menggeleng lemah, Jaehyun mencoba memeluk tubuh ringkih Taeyong. Namun, lelaki itu lebih sigap menepis dan menghindarinya.

"Aku tak ingin egois," Taeyong tersenyum miring, "Aku siap terluka jika memang kau lebih memilih Jihyo. Ini sudah menjadi resiko untukku sejak awal kan?"

"Taeyong-ah, bukan begitu..."

"Jawab aku, Jaehyun."

Taeyong menarik nafas dalam, menghembuskannya pelan lalu menatap lekat-lekat wajah lelaki berlesung pipi itu, "Siapa yang kau pilih? Aku... atau Jihyo?"

Jaehyun memijat keningnya. Ia tak tahu harus berbuat apa. Desakan Taeyong membuat otaknya lumpuh. Bahkan dermisnya seolah telah mati rasa. Hembusan angin musim semi kota Jeju yang membuat orang lain memilih untuk berdiam diri dibalik selimut justru tak ada artinya lagi bagi Jaehyun saat ini.

"Jangan menjadi pria pengecut yang hanya diam ketika kau ditanya, Jung Jaehyun."

Taeyong mendekati tubuh pria jangkung dihadapannya. Kedua ujung sepatu mereka telah bersentuhan, hal itu sontak membuat Jaehyun teringat akan masa-masa dimana ia memberanikan diri untuk menggoda Taeyong pertama kali.

Senyum miring tercetak jelas di wajah sang lelaki berlesung pipi. Ia menatap lamat kedua iris kelam Taeyong sebelum membelai lekukan mahakarya tuhan yang tak henti-hentinya ia kagumi setia saat.

"Kau harus tahu jika aku mencintaimu lebih dari rasa cintaku pada diriku sendiri, Taeyong-ah."

Bagus Jaehyun, sedikit lagi.

"Butuh waktu lama untukku memberanikan diri mengajakmu berbicara," katanya lalu terkekeh pelan, "Apa kau ingat saat pertama kali Jihyo membawa Ruby ke klinik?"

Tentu, itu pertama kalinya aku bertatap muka secara langsung denganmu.

"Saat itu pula kau merebut atensi dan mengalihkan duniaku Taeyong," katanya lalu menggenggam erat tangan lelaki mungil itu, "Kau membuatku terjatuh kedalam sebuah rasa yang disebut cinta."

Tak perlu berlama-lama Jaehyun, aku juga mencintaimu.

"Jadilah milikku,"

Aku milikmu.

Jaehyun beralih menangkup kedua pipi Taeyong, memberikan kecupan singkat pada bibir lelaki itu sebelum kembali menatap lamat wajah yang selalu ia rindukan,

"Ayo kita membangun keluarga kecil yang sederhana dan dipenuhi kebahagiaan, Taeyong-ah."

Itu impian terbesarku, Jaehyun-ah.

Lelaki berlesung pipi itu menarik Taeyong kedalam dekapannya. Menghirup aroma vanilla yang telah menjadi wangi favoritnya, karena selalu mengingatkannya pada Lee Taeyong nya.

"Tunggu aku di rumahmu," ucap Jaehyun lalu mengecup ceruk leher lelaki mungil itu, "Aku akan melamar mu didepan Ayahmu."

Permainan ini selesai.

"Tapi izinkan aku menikahi Jihyo terlebih dahulu."

to be continued

200 vote + 50 comment for the next episode, 3 episode lagi final chapter:)

Anyone? Wanna say bajingan? 😂

Anyone? Wanna say bajingan? 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Loving Her Boyfriend | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang