19 회

9.9K 2K 289
                                    

"Taeyong-ah, apa kau marah?"

Jaehyun-ah, apa kau bodoh?

Taeyong menghela nafasnya kasar, sedari tadi Jaehyun terus mengganggunya dengan bertanya hal yang sudah pasti jawabannya iya. Tak lupa pula lelaki itu memohon-mohon agar Taeyong tidak kebanyakan diam seperti sekarang.

"Aku sibuk Jaehyun," ucap Taeyong tanpa melepas tatapannya pada Coco yang tengah ia beri suntikan vitamin. "Pulanglah, kau bisa menemuiku nanti."

Jika melihat anjing ini, ia jadi mengingat kejadian dimana Jaehyun menyatakan cinta juga menciumnya didepan toko dua puluh empat jam.

Anjing mengingatkanku pada anjing huh?

"Aku tak akan pulang sebelum kau memaafkanku."

"Memangnya kau salah apa?"

Taeyong meletakkan papan pengalas catatannya diatas meja tak jauh dari Coco lalu berjalan kearah kursi kerjanya. Bersikap kekanakan seperti sekarang benar-benar diluar rencananya. Namun hati Taeyong tak bisa berbohong, ia amat murka dengan Jaehyun yang kembali memasang tampang memelas. Wajar bukan jika ia diam dan malas meresponnya?

"Aku salah karena tak segera menemuimu," jawab Jaehyun, "Kumohon, maafkan aku."

Taeyong terperangah, ia menatap Jaehyun tak percaya sembari menggelengkan kepala. "Apa aku terlihat marah karena hal itu?" Tanyanya, "Kau telah melakukan hal yang benar, Jaehyun-ah. Kekasihmu sakit dan sudah sepatutnya kau menemani orang yang menjadi prioritasmu."

"Apa sekarang kau sedang cemburu?"

Pertanyaan Jaehyun membuat Taeyong bungkam. Lebih tepatnya berpura-pura terrdiam, padahal ingin sekali ia berteriak, "IYA! AKU CEMBURU SEJAK TIGA TAHUN LALU BAJINGAN!" namun demi menjaga perannnya agar tetap stay in line, Taeyong harus pandai-pandai menahan diri.

"Kurasa kau mulai salah paham, Jae." Taeyong menoleh kearah lain, "Tolong pergi, aku tak ingin diganggu saat ini." Lirihnya.

"Baiklah, temui aku jika kau sudah ingin diganggu."

Jaehyun mendekati sang dokter yang duduk di kursi kerjanya, mengusap pucuk kepala Taeyong lalu memberikan satu kecupan di sana sebelum berbisik tepat disamping telinga, "Kau juga prioritasku, Taeyong-ah."

Bullshit!

Bagi Taeyong tak ada lagi manusia terbodoh di muka bumi selain Jung Jaehyun. Ralat, mungkin tepatnya Taeyong lah yang paling bodoh sebelum pria itu. Sebab ia pun sama, menggilai orang bodoh.

Setelah keluar dari ruangan Taeyongㅡlebih tepatnya diusir, Jaehyun berjalan gontai meninggalkan klinik. Bahkan Lisa yang berteriak menyemangatinya tak ia hiraukan. Disatu sisi ia senang mendengar pernyataan sang dokter tadi, yang secara tidak langsung sudah menunjukkan kecemburuan. Itu artinya tak butuh waktu lama untuknya merebut hati sang lelaki idaman dan menjadikan Taeyong miliknya. Namun disisi lain, Jaehyun juga masih khawatir dan terpikirkan tentang alasan dibalik suara sendu Taeyong ketika ia menelpon sebelum ke rumah sakit bersama Jihyo tadi.

Apa sesuatu telah terjadi? Pikirnya.

"Jaehyun!"

Baru saja Jaehyun hendak masuk kedalam mobil, namun pekikan Taeyong sontak membuatnya berbalik. Ia semakin tersentak ketika lelaki bermata indah itu berhambur memeluknya.

Oh, apa ini yang disebut surga dunia?

"Maafkan aku."

Jaehyun menunduk sejenak, menarik dagu Taeyong hingga wajah rupawan itu menengadah dan menatapnya, "Kenapa kau meminta maaf, hm?"

Taeyong kembali menyandarkan wajahnya pada dada bidang Jaehyun, semakin mempererat pelukannya pada pinggang pria itu lalu berucap, "Aku tak tahu apa yang terjadi denganku," lirihnya, "Mungkin rasa kecewaku pada Seulgi telah merubahku menjadi orang lain." Ia mendongak sejenak, menatap Jaehyun yang memasang tampang penuh tanya, "Aku tak tahu bagaimana melampiaskannya, sampai-sampai kau ikut menjadi korban, Jaehyun-ah."

Tunggu, Seulgi? Jaehyun membatin sembari menautkan alis.

"Apa yang terjadi?"

"Dia..." Taeyong menarik nafas dalam, "Seulgi meninggalkanku, dia pergi bersama pria lain."

Good then, batin Jaehyun sembari diam-diam tersenyum licik.

Itu artinya kesempatan untuk memiliki Taeyong semakin terbuka lebar, pikirnya. Hanya perlu sedikit usaha untuk meyakinkan pria manis itu bahwa ia juga menyukai Jaehyun.

Namun, tanpa Jaehyun sadari Taeyong yang kembali menyembunyikan wajah dibalik dada bidangnya juga tersenyum, tak kalah licik. Lelaki itu mengingat saat dimana Seulgi berada di bandara bersama Yuta. Ya, ia tidak berbohong jika teman wanitanya itu meninggalkannya, sebab Seulgi memang kembali ke Jepang dan akan menikah di sana. Berbohong sebenarnya bukan gaya Taeyong, namun pria yang kini mengusap pelan punggungnya membuat ia menjadi pendusta besar seperti petinggi-petinggi negara.

Lanjutkan, Jaehyun.

Buat aku tunduk dan sedikit terluka untuk mendapatkan apa yang seharusnya kupunya.

to be continued

100 vote + 30 comment for the next chapter

100 vote + 30 comment for the next chapter

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
Loving Her Boyfriend | Jaeyong ✓Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin