15 회

10.6K 2K 178
                                    

"Cukup sekian, terima kasih."

Suara tepuk tangan menggema, memenuhi ruang rapat yang tadinya hening karena terfokus pada penjelasan sang lelaki tampan diatas podium. Meski usianya masih terbilang muda, namun jiwa kompetitif Jaehyun terhadap orang-orang yang posisinya lebih senior tak kunjung surut. Buktinya ia bisa menggantikan sang ayahㅡJung Yunho untuk memimpin rapat pentingnya.

Satu persatu rekan bisnis menyalami Jaehyun. Beberapa pria paruh baya yang tadinya memandang rendah lelaki itu merubah sikapnya seratus delapan puluh derajat. Termasuk bos Jihyo yang kini bahkan menepuk punggung Jaehyun bersahabat.

"Anak Jung Yunho memang bisa diandalkan," ucapnya lalu tertawa lantang.

Jaehyun hanya tersenyum simpul sebelum membalas jabatan rekan bisnis sang Ayah yang lain.

"Kau sangat hebat nak," ucap pria yang kini berdiri sembari tersenyum sumringah dihadapan Jaehyun, "Titip salam untuk Ayahmu."

Jaehyun menunduk sopan kepada sosok itu, "Terima kasih, Tuan."

"Haha, jangan panggil aku Tuan."

Mengusap tengkuk, Jaehyun hanya tersenyum tak enak. Lagipula ia bingung harus memanggil orang dihadapannya ini dengan sebutan apa. Wajahnya masih terlihat sangat muda, memanggilnya dengan sebutan Paman mungkin akan sangat riskan, pikirnya.

"Panggil aku Paman saja, tidak apa-apa."

Seolah bisa membaca pikiran Jaehyun, lelaki berusia empat puluh tahunan itu menepuk pundak sang pria berlesung pipi kemudian berpamitan dan segera pergi.

Jaehyun menghela nafasnya pelan, satu persatu peserta rapat telah meninggalkan ruangan. Akhirnya ia bisa melewati tanggung jawab ini tanpa harus melewati kesempatan untuk bertemu dan mendapat janji bersama Taeyong untuk berkencan.

"Jaehyun-ah."

Menoleh, Jaehyun mendapati Jihyo berjalan kearahnya sembari melempar tatapan penuh tanya. "Kau darimana saja? Kenapa kau terlambat?"

Tanpa menjawab pertanyaan sang kekasih, Jaehyun menarik lengan kurus wanita itu lalu memeluk tubuh ringkih Jihyo. Menenggelamkan wajah pada pundak kekasihnya lalu bergumam, "Maaf."

Hal ini yang membuat Jihyo tak bisa melepaskan Jaehyun. Pria itu sangat peka, ia akan segera meminta maaf ketika merasa berbuat salah.

Mendorong tubuh bongsor kekasihnya, Jihyo mendongak dan menatap wajah rupawan Jaehyun, "Sekarang katakan padaku, kau darimana tadi?"

"Aku ada urusan bersama teman," jawab Jaehyun, "Ponselku juga tiba-tiba mati di jalan, jadi aku tak mengabarimu."

"Lain kali jangan seceroboh itu," Jihyo kembali mendekap erat tubuh sang kekasih, "Kau membuatku khawatir."

"Ehem!"

Jihyo sontak melepaskan pelukannya ketika mendengar sang bos berdeham. Padahal ia kira lelaki tua itu telah keluar dari ruangan.

"Aku harus kembali ke kantor," bisik Jihyo lalu menepuk bahu Jaehyun pelan, "Sampai jumpa." Ucapnya yang dibalas anggukan oleh si pria berlesung pipi.

Setelah Jihyo dan pimpinannya pergi, Jaehyun menjatuhkan bokongnya diatas kursi. Menyandarkan punggung pada sandaran benda empuk itu lalu memejamkan mata sejenak.

Jaehyun tahu apa yang ia lakukan pada Jihyo dan Taeyong sangat salah. Sewaktu-waktu ia bisa saja menyakiti salah satunya. Tapi hati Jaehyun tak bisa berbohong, rasa sayangnya kepada dua orang itu sama besarnya.

Jika dibilang serakah, Jaehyun sama sekali tak demikian. Ia hanya memprioritaskan satu orang, sedangkan yang lainnya hanya ia anggap sebagai teman.

Maafkan aku.

"Tuan Jaehyun?"

Mata Jaehyun yang semula terpejam perlahan terbuka tatkala mendengar sebuah suara lembut memanggil namanya.

"Ya, Bi?" Tanyanya lalu tersenyum tipis pada petugas kebersihan yang baru saja masuk ke ruang rapat, "Apa kau ingin menyapu ruanga ini?"

Wanita lima puluh tahunan itu mengangguk lalu tersenyum tipis, "Apa aku menganggumu, Tuan?"

"Tidak, Bi." Jaehyun beranjak dari kursinya lalu menghampiri wanita paruh baya itu, "Apa kau sudah makan siang?" Tanyanya.

Sang petugas kebersihan menggeleng, "Belum, Tuan. Aku akan makan siang setelah membereskan ruangan ini."

Jaehyun berdecak-decak, "Harusnya Bibi mengutamakan makan daripada menyapu ruangan," katanya lalu merangkul pundak wanita paruh baya itu, "Ayo, temani aku makan siang."

"Tapi Tuanㅡ"

"Aku tidak suka ditolak, Bi." Potong Jaehyun lalu mengedipkan sebelah matanya pada petugas kebersihan itu.

Sang Bibi hanya pasrah lalu mengikuti langkah kaki Jaehyun yang membawanya ke cafetaria perusahaan.

ㅡto be continued

Jangan bosen liat notif dari aku ya, mau sekalian update soalnya entar malem udah mulai nugas :')

Jangan bosen liat notif dari aku ya, mau sekalian update soalnya entar malem udah mulai nugas :')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Loving Her Boyfriend | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang