Bab 16

494 28 5
                                    

Mon maap nihh, jangan lupa tinggalin jejak dengan kasih vote.

Terus tolong dikoreksi ya.. kalau ada typo tolong komen, biar bisa di perbaiki.

Terimakasih!!

....

Hari ini hari Senin, dimana semua siswa harus melaksanakan upacara bendera. Tepat pukul 07.15 upacara dimulai. pemimpin, pembina, maupun Perseta upacara sudah siap di posisinya.

Penghormatan sudah terlaksana, penaikan bendera juga sudah, kini saatnya amanat dari pembina upacara, yakni pak Sigit Wardana.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" salam pembuka dari pak Sigit.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab serempak semua orang yang ada di lapangan besar itu.

"Oke semuanya, seperti yang kalian tau. Kemarin kita sudah melaksanakan pesta kemenangan untuk sekolah. Sekali lagi sekolah kita mendapatkan cap sekolah terbaik Se-Provinsi." Sahut pak Sigit mendapat tepuk tangan keras dari semua peserta.

"Kalau dulu Ali, sekarang Aurel. Besok harus ada lagi ya!!." Tegas pak Sigit, menatap tajam pada murid kelas X yang baru.

"Untuk Olla dan Aurel, sekali lagi bapak ucapkan terimakasih. Dan untuk yang lain.. tolong jaga nama baik sekolah kita!." Sambungnya, berbeda dengan tadi, kali ini suaranya seperti orang yang sedang berharap.

Masih banyak lagi yang pak Sigit sampaikan, seperti kebersihan, kesopanan, kedisiplinan, dan lain-lain.

Lagi dan lagi, setiap akhir kata dari pak Sigit selalu mengundang banyak tepuk tangan dari para peserta.

Setelah amanat dari pak Sigit, langsung dilanjutkan dengan beberapa kegiatan lainnya.

.
.
.

Setelah upacara tadi, semua murid masuk ke kelas masing-masing, Naasnya kelas Aurel kini mendapat kabar bahwa akan di adakan ulangan fisika mendadak.

Hanya dua orang yang santai dengan kabar itu, siapa lagi kalau bukan Aurel dan Olla. Mereka berdua telah sepakat untuk tidak belajar, dan melihat hasil siapakah yang paling bagus.

Alan tampak bingung, bagaimana caranya agar dia bisa mengerti pelajaran fisika tanpa harus meminta bantuan Aurel.

"Rel, please.. bantuin," lirih Alan, sekali lagi Aurel hanya diam seperti patung tanpa memperdulikan sekitanya.

"Jaf, ayolahhh, kasih tau gua.. ini gimana caranya?," Lirih Alan pada jafy yang kini ada di belakangnya. jafy hanya fokus pada bukunya dan tak memperdulikan sekitanya.

"Ga, Lo ga bakal kacangin gua kan?" Tanya Alan memastikan. Namun Dewi Fortuna sedang tidak memihak pada Alan.

"ARGHHH!" Teriak Alan frustasi. Semua yang tadinya fokus langsung menatap ke arah Alan, marah karna fokusnya terganggu.

"Apasih lannn.." komentar itu keluar dari mulut Hasan. Sedangkan Alan hanya diam dan langsung membuka buku, memaksakan diri untuk belajar sendiri.

Tak butuh waktu lama guru fisika mereka datang dengan membawa setumpuk kertas. Guru yang biasa mereka sebut dengan nama Bu nur.

"Masukan buku kalian," sahut Bu nur. Setelah masuk dan mengucapkan salam tadi, Bu nur melihat kelas yang ia masuki sedang sangat teramat fokus.

Semua murid di kelas itu hanya menuruti perkataan Bu nur, mereka memasukan buku nya dengan mulut yang masih berkomat-kamit.

Bu nur membagi kertas yang ia bawa. Setelah semua murid dipastikan telah mendapat kertas itu, Bu nur pun kembali berkeliling supaya tak ada yang mencontek.

ALAN [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang