Bab 19.

437 20 0
                                    

Alan POV

Setelah mendengar perkataan Robert tadi, aku langsung pergi menuju rumah. Entah kebetulan atau takdir, kini papah dan mamah sedang duduk santai di sofa.

"Pah, mah. Alan mau bicara, serius." Sahutku dengan nada seserius mungkin, supaya langsung menuju topik.

Papahku tertawa, "gak bisanya kamu, mau ngomong apa sih emang?" Tanyanya dengan tawa yang masih terdengar ditelinga ku.

"Duduk sini, lan." Sahut mamahku, sepertinya dia mengabaikan papahku yang sedang tertawa.

Aku menceritakan semua, tanpa ada yang terlewat.

Aku tak tau, tapi sepertinya papah dan mamahku sudah tau apa terjadi dimasa lalu. Dan apa yang harus mereka jelaskan padaku.

"Kamu mau penjelasannya?" Tanya papahku, ketika aku selesai cerita.

"Iya." Jawabku singkat dengan yakin dan tegas.

Kedua orang tua ku bertatapan sebentar, seolah sedang mengisyaratkan sesuatu, sebelum akhirnya mereka berbicara.

"5 tahun lalu, fisilz.. kakak kamu yang sekarang koma. Dia mencintai lelaki bernama Jerico, dan dia adalah anak dari Deni, papah Aurel." Jawabnya sambil tersenyum.

"Darimana papah tau nama papahnya Aurel?" Tanyaku, merasa ada yang aneh dengan papahku.

"Dahulu, papah dan Deni adalah pesaing bisnis yang terkenal, kami tak pernah akur seperti musuh bebuyutan, itu juga salah satu alasan kenapa mereka tak direstui." Jawab papahku, sikap santainya membuatku ingin menyentil ginjalnya kalau aku tak ingat bahwa dia adalah papahku.

"mamah sama papah selalu mengoreksi latar belakang seseorang yang dekat dengan kamu." Jawab mamah, "dan kita terkejut, ketika tau kalau kamu mencintai Aurel," sambungnya.

"Kalian tau, Alan suka sama Aurel?" Tanyaku, ini bukan pertama kalinya Aku jatuh cinta, tapi yang kali ini berbeda, saat bersama Aurel, saat membuatnya marah, senang, membuat semburat merah dipipinya. Itu sangat berbeda.

"Kami tau, dari tingkahmu dan kelakuanmu saja itu sudah terlihat jelas, bodoh." Jawab papahku dengan penuh penekanan di kata 'bodoh'.

"Jangan lupakan kejadian di rumah sakit." Ah.. aku hampir lupa, ketika di rumah sakit.

Mamah bangun dari tempatnya, dan membuka sebuah laci lalu mengambil buku kotak yang sekira ku itu adalah album foto

"Nih," sahut mamah, sambil memberi album foto itu padaku. Aku langsung membukanya tanpa bertanya, disana ada banyak foto kakak ku fisilz dan seorang laki-laki yang terlihat sangat tulus mencintainya. Mereka terlihat sangat bahagia tanpa ada gangguan.

"Mereka dulu adalah sepasang kekasih yang bahagia, tapi keduanya harus terpisah." Sahut mama ketika aku hampir selesai melihat foto-foto itu.

"Terpisah?" Tanyaku, bukankah mereka yang memisahkan keduanya, lalu kenapa mereka bilang bahwa keduanya terpisah?.

"Mereka terpisah. Kalau kamu mengira kita yang melakukannya, kamu salah!. Kami tak sekejam itu pada anak kami sendiri." Jawab papah, sepertinya dia sudah mulai terbawa emosi, karna aku yang terus bertanya tanpa mau mengerti.

"Lalu bagaimana denganku? Kalian juga tidak akan merestui hubungan ku?" Tanyaku, tanpa mau menatap mata kedua orangtua ku.

"Papah rasa, mustahil kamu bisa bersama dengan Aurel." Jawab papah dengan santai.

"Tak ada cara lagi?" Tanyaku, berusaha menemukan jawaban dari orangtuaku.

"Mamah rasa, keluarga deni sangat membenci keluarga kita. Padahal kan mereka juga salah." Jawab mamahku, aku menatapnya dalam diam, apa yang mamahku katakan memang benar.

"Tunggu, kenapa Robert sangat membenci kematian dari jerico?" Tanyaku, sesuai yang aku lihat sebelum pulang ke rumah, hati Robert dipenuhi dengan amarah dan kekecewaan.

"Karna Jerico adalah kakak kesayangan Robert." Jawab papahku.

"Kalian tau semuanya?" Tanyaku lagi. Aku tak mau berhenti bertanya, sebelum jawaban yang aku inginkan keluar dari mulut kedua orangtuaku.

"Ya, kami punya banyak mata-mata sayang.. kamu fikir seberapa kaya papah?" Jawab papahku, sambil memajukan dadanya. Aku tau dia sombong, itulah sifatnya.

"Lalu aku harus bagaimana?" Tanyaku pada diriku sendiri, dan sepertinya didengar jelas oleh kedua orangtuaku.

"Sekarang kau mau bagaimana, Alan?" Tanya mamahku. Sedangkan aku hanya terdiam memikirkan jawaban dari pertanyaan itu.

"Ada satu cara, kalau kau mau tetap bersama dengan Aurel." Sahut papah. Yang membuatku terkejut, apa masih ada kesempatan setelah ini?.

"Apa?" Tanyaku pada papahku.

....

Author POV

Aurel sedang menikmati angin malam dari balik jendela kamarnya, sedari tadi sudah ada Robert yang ada dibelakang, memperhatikan gerak gerik adiknya.

"Sampe kapan lo ada disana?" Tanya Aurel, jujur dia risih karena Robert mengawasinya seperti tahanan.

"Suka-suka gua." Jawab Robert dengan penuh penekanan.

"Gua harus ngapain, bang?" Tanya Aurel, Bingung.. itulah kondisinya saat ini.

"Gua bakal bantu apa aja keputusan lu." Jawab Robert, keputusan yang dimaksud tentunya adalah menjauhi Alan.

"Bantu gua pindah ke Prancis?" Tanya Aurel tak yakin.

"Prancis? Kenapa harus Prancis?" Tanya Robert.

"Kalau gua masih di Indonesia, Alan bakal ketemu sama gua, dan kalau gua ketemu dia terus. Memungkinkan gua bakal nekad kayak kak Jerico dulu." Jawab Aurel panjang lebar.

"Oke gua bantu, besok lu pindah ke Prancis, disana ada temen gua yang bakal bantu Lo buat adaptasi. Lo bisa bahasa Prancis kan?" Tanya Robert.

"Bisa." Jawab Aurel, dia telah menguasai 7 bahasa; Indonesia, Inggris, Jerman, Prancis, Hongkong, Malaysia, Australia.

"Oke, gua mau tidur, kemasin barang-barang Lo, besok kita berangkat." Titah Robert.

"Tiketnya?" Tanya Aurel.

"Besok ada jam penerbangan ke Prancis, gua bakal mesen satu tiket nanti di kamar," jawab Robert.

"Darimana Lo tau?" Tanya Aurel, ragu.

"Gua banyak temen, gua bisa tau semuanya dari mereka, gak usah ragu." Jawabnya, dan Aurel hanya mengangguk mendengar jawaban Robert.

Tanpa waktu lama, Robert langsung menuju kamarnya, mengambil handphonenya, dan memesan tiket lewat handphone. Jaman sekarang semua serba gampang, memesan tiket pesawat saja bisa lewat handphone.

Melihat kakaknya sudah tak ada, Aurel langsung menutup jendela kamarnya dan tidur di kasur empuk miliknya. Dia memiliki feeling besok adalah hari yang sangat melelehkan.

Bersambung.

Happy ending?
Or
Sad ending?

See you next episode:*


ALAN [End]Where stories live. Discover now