Bab 8

609 25 2
                                    

Jangan lupa vote ya..

....

Kesalahpahaman Alan terhadap Aurel memang sudah terselesaikan beberapa hari lalu, bahkan kini mereka sedang menghabiskan waktu-tidak lebih tepatnya berkencan.

Malam ini Alan mengajak Aurel keluar, malam ini adalah malam Minggu, dimana semua orang yang memiliki kekasih keluar untuk menghabiskan waktunya.

Alan mengajak Aurel ke alun-alun kota, terlihat sederhana tapi baik Alan maupun Aurel sangat menikmatinya.

"Lan?udah pernah nyoba naik itu belum?." Tanya Aurel, dia menunjuk ke arah suatu wahana yang tak lain adalah kora-kora.

"Belum pernah kalo bareng lu." Jawab Alan sambil tertawa pelan.

"Yeehhh! modus. Ayo naik." Ajak Aurel sembari menarik tangan Alan untuk mengikutinya. Mereka memesan tiket dan menaiki wahana itu. Aurel terlihat sangat menikmati, berbeda dengan Alan yang hanya diam sedari tadi.

Selesai menaiki wahana tersebut Aurel terlihat bahagia karena menaiki wahana tersebut, dulu ketika masih SMP adalah terakhir Aurel menaikinya bersama Robert.

"Lan?lo gapapa?" Tanya Aurel menyadari perubahan muka Alan yang memancarkan aura dingin.

"Hah iya." Jawab Alan singkat sambil tersenyum paksa. Aurel tau itu hanya sebuah senyum paksaan.

"Gak bener." Gerutu Aurel lalu pergi untuk mencari minuman. Alan hanya menunggu Aurel kembali sambil menahan rasa pusingnya. Jujur dia mual karena menaiki kora-kora itu.

"Kora-kora sialan!. Belum aja gua robohin." Umpat Alan sambil menatap kora-kora yang sedang naik-turun itu.

"Nih, minum dulu. Gua tau Lo mual naik kora-kora." Ucap Aurel sambil menyodorkan air mineral pada Alan. Alan pun langsung menengguk abis air mineral itu.

"Kalo bakal mual kayak gini, harusnya jangan lu paksain buat naik." Omel Aurel sambil memainkan poni Alan yang berantakan.

Alan menikmati sebentar usapan dari Aurel itu, lalu dia tersenyum ke arah Aurel. "Mau naik apa lagi?." Tanyanya setelah merasa mual diperutnya hilang.

Aurel berhenti dari aktifitasnya, memainkan poni Alan itu adalah kebiasaannya akhir-akhir ini.

"Gak. Ntar lo mual lagi." Tolak Aurel dengan tegas. Alan yang mendengarnya malah merasa bersalah.

"Maaf." Lirih Alan, Aurel hanya menggeleng pelan.

"Kita jalan aja, daripada naik wahana." Ajak Aurel. Alan pun mengangguk setuju dan mulai berjalan mengitari pasar malam yang luas ini.

"Mau coba jagung bakar?" Tanya Alan menunjuk ke salah satu pedagang disana.

"Boleh." Jawab Aurel dengan senyum merekah, sudah lama ia tak memakan jagung bakar.

Alan memesan dua jagung bakar untuknya dan Aurel. Aurel tak sabar menunggu jadinya jagung bakar itu.

Mereka menikmati jagung itu sambil duduk menatap langit malam. Tanpa terasa jagung bakar yang sangat manis habis terlahap, Alan membayar jagung itu dan kembali berjalan bersama Aurel.

Langkah Aurel terhenti ketika melihat penjual es krim yang sedang melayani pembeli, dia memberikan es krim coklat-vanila untuk pembeli itu.

Alan terpaksa berhenti ketika menyadari Aurel yang berhenti, tanpa disadari dia mengikuti apa yang Aurel pandangi sampai memberhentikan langkahnya.

"Mau?" Tanya Alan.

"Ah.. enggak. Yuk, jalan lagi aja." Ucap Aurel namun ajakan itu tak di indahkan sedikitpun oleh Alan, dia malah menarik Aurel ke tempat penjual es krim itu.

"Bang, satu ya.. rasa vanila." Ucap Alan lalu mengambil satu kursi untuk Aurel duduk, dan satu lagi untuk dirinya.

"Kok Vanilla?" Tanya Aurel pada Alan. Bukannya tidak suka, tapi Aurel hanya ingin tau kenapa Alan memesan vanilla untuknya.

"Kesukaan lu, Vanilla." Ucap Alan, bahkan itu bukan lagi seperti pertanyaan. Alan tersenyum melihat wajah terkejut Aurel.

"Darimana lo tau?" Tanya Aurel. Dia memang menyukai semua rasa es krim, tapi dia lebih menyukai rasa vanilla.

"Gak penting darimana gua tau. Yang penting gua tau." Jawab Alan lalu mengacak rambut Aurel dengan gemas.

"Lan, ih!. Berantakan tau!." Kesal Aurel.

"Biarin. Masih cantik kok." Goda Alan.

"Pacarnya mas?" Tanya penjual es krim pada Alan sambil memberi ice pesanan alan.

"Ap-" tadinya Aurel ingin protes, siapa Amang itu hingga ingin tau urusannya, tapi Alan lebih dulu memotong ucapannya.

"Bentar lagi mang." Jawab Alan sambil tersenyum dengan percaya diri. "Dimakan es krim nya." Ucap Alan ketika tau Aurel malah melongo mendengar ucapan Alan.

Aurel langsung memalingkan wajahnya dan mengambil es krim yang diberikan Alan. Bukan Aurel namanya jika tidak memfoto es krimnya sebelum memakannya.

Aurel memakan habis es krim miliknya tanpa sedikitpun sisa di mulutnya, dia takut akan terjadi hal yang membuat jantung berdebar layaknya sebuah cerita di film.

"Udah?" Tanya Alan. Ketika mendapati es krim Aurel yang telah habis.

Aurel mengangguk "hmm" dehamnnya.

"Yaudah yuk pulang. Udah malem." Ucap Alan dan lagi hanya dijawab anggukan lalu mereka berjalan pergi.

.
.

"Gua masuk ya. Hati-hati di jalan." Sahut Aurel ketika turun dari motor Alan.

Alan langsung mencekal lengan Aurel agar tidak masuk terlebih dahulu.

Aurel berbalik dengan tatapan tanya. "Nih." Ucap Alan sambil menyodorkan sebuah kantong kresek yang berisi gumpalan.

"Apaan?" Tanya Aurel. Ketika hendak membuka kresek itu Alan mencegahnya.

"Bukanya di dalem aja. Masuk gih, jangan tidur malem, mimpi indah." Ucap Alan dengan senyumannya. Dia pun langsung pergi dengan motor merah miliknya.

.
.

Aurel masuk kedalam kamarnya dan membaringkan tubuhnya, dibukanya kantong kresek yang menggembung dan terkejut melihat isinya.

Boneka.

Isinya adalah boneka anjing kecil yang imut dan lucu, bulu-bulu yang menempel juga sangat lembut dengan perpaduan warna putih dan krem.

Isinya adalah boneka anjing kecil yang imut dan lucu, bulu-bulu yang menempel juga sangat lembut dengan perpaduan warna putih dan krem

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tingg

Tiba-tiba ada pesan masuk dari Alan.

||Alan

Yang kecil dulu ya. Nanti yang gedenya nyusul.


Aurel tersenyum membaca chat dari alan, dengan segera dia menjawab 'ditunggu.' Lalu pesan itu diSendnya dengan senang hati.

ALAN [End]Where stories live. Discover now