01 | Minggu Kelima

126K 7.3K 239
                                    

Sebelum baca, jangan lupa follow aku ya chocodelette

DISCLAIMER!

Buat kalian yang baru dateng ke lapak ini dan nyari cerita yang berat dengan konflik yang bisa bikin nyesek, cerita ini ngga cocok buat kalian. Cerita ini cuma hiburan aja dari ruwetnya kehidupan nyata.

Ayo budayakan vote dulu sebelom baca, dan komen di tengah bacaan atau waktu selesai😊😊

Jangan lupa follow instagramku: chocodelette.
Thankyou😘

🔽🔽🔽🔽🔽

Aku sangat senang karena takdir meempertemukan kita.

-Revolutionary Love-

🔼🔼🔼🔼🔼

"Ih, nanti makin gendut dong kalo ada bayinya."

Deana melemparkan tatapan sinis kepada pemilik suara. Alex, adiknya yang kembar tapi dia yang versi nakalnya. Kalau versi yang baik Axel, dia lagi ngga di rumah karena ngurusin sesuatu di kampus.

"Gue tampol lo, ya!" Deana berteriak kesal.

Alex dan Caesar tertawa melihat respon Deana yang galak banget. Mereka bertiga lagi duduk di tepi kolam renang rumah orang tuanya.

Usia kehamilan Deana sekarang masuk lima minggu. Sebelum hamil aja emosinya udah naik turun, apalagi pas hamil gini, kan.

"Abang," panggil Deana sambil bergelayut manja di lengan Caesar. "Masa aku kepengen makan nasi uduk pake ayam terus pake sambel."

"Aku beliin ya." Caesar buru-buru mau berdiri tapi lengannya langsung ditahan oleh Alex.

Oh iya, semenjak Deana hamil dia protes karena suaminya masih ngomong saya ke dia, padahal mereka udah menikah tiga setengah tahun. Akhirnya Caesar mulai ngomong aku-kamu.

"Apa sih narik-narik tangan suami gue."

Deana memukul tangan Alex yang berusaha menahan suaminya. Ngga tau kenapa, dia ngeliat adeknya yang satu itu bawaannya emosi banget. Rasanya pengen ngurun adeknya di kamar gitu selama Deana di rumah.

" Ya umpan, kakakku galak banget sih." Alex tertawa.

Deana menyipitkan mata. Sumpah, kepengen banget tuh nyeburin adeknya ke kolam renang, tapi percuma banget, orang adeknya jago berenang.

"Bang, ngapain beli? Deliv aja, jaman udah canggih kali."

Deana melotot lagi. "Sopan lo sama laki gue."

Caesar mengelus puncak kepala Deana lalu memberikan senyuman yang sedikit bisa meredakan emosi Deana.

Emang paling bisa deh si Caesar jadi obat penenang Deana. Ngga perlu obat-obatan terlarang, guys, cukup Caesar aja.

"Saya ngga punya aplikasi delivery gitu, memorinya penuh sama foto-foto Deana."

Sontak, tawa Alex meledak tanpa bisa dikontrol. Satu tangannya ia gunakan untuk menepuk bahu kakak iparnya berkali-kali, sedangkan yang satunya untuk memegang perutnya yang geli.

"Bangke ... Bangke, sial banget sih lo nikah sama kakak gue." Alex melanjutkan tawanya.

Deana yang masih kesel sama tingkah laku adeknya yang bandel ini, makin kesel karena adeknya ini ngga ada sopannya sama sekali. Masa kakak iparnya dipanggil Bangke, sih. Dia berdiri di belakang tubuh adeknya, menjambak rambut ikal adeknya dengan sekuat tenaga lalu mendorongnya ke kolam renang.

"Rasain lo." Deana menarik Caesar untuk ke kamar. "Makanya jangan rese!" Deana berbalik, meledek adeknya dengan menggoyangkan pantatnya ke kanan kiri.

Alex yang kesal langsung mengatakan sumpah serapah. "Boncel nyebelin!"

Deana yang mendengar langsung berbalik. Ia melemparkan sandal rumahnnya dan tepat kena kepala Alex.

Caesar yang melihat ngga sempat mencegah. Ia langsung merangkul Deana untuk masuk ke kamarnya, berusaha menenangkan.

👶👶👶

"Maunya ke Mampang."

Deana merajuk pada Caesar. Dendi yang ikut di kursi belakang memilih diam karena takut diamuk Deana.

"Aku ngga tau jalan kesananya, sayang." Caesar mencoba memberi pengertian. Aslinya sih males kesana karena jauh dan emang dia ngga tau jalan.

Di kursi belakang, Dendi berusaha menahan mual di perutnya mendengar sahabatnya bilang sayang. Hampir sepuluh tahun mereka sahabatan, ini pertama kalinya.

Deana melipat tangan di depan dadanya. "Kan bisa liat di maps."

Sebelum mereka pulang, mereka mampir ke rumah Dendi buat sekalian makan siang bareng. Eh taunya di rumah Dendi juga ngga ada makanannya, akhirnya mereka pergi. Masalahnya, setelah selesai makan ini harus nganteri Dendi pulang lagi. Jauh dan muter-muternya itu yang bikin Caesar males.

"Emang di daerah Mampang, kamu mau makan apa?"

Deana menggeleng. Dia juga ngga tau mau makan apa, tau ada makanan apa disana aja engga. Dia cuma penasaran sama satu hal.

"Ngga tau, tapi aku mau liat boneka mampang, Abaaang." Deana hampir nangis.

Dendi yang daritadi berusaha ngga acuh dengan perdebatan antara sahabat dan istri sahabatnya ini seketika tertawa mendengar Deana rewel kepengen ke Mampang cuma karena mau tau boneka mampang.

"Bang Dendi jangan ketawa! Kalo ketawa turun aja."

Dendi langsung berhenti tertawa. Hal itu malah membuat Caesar tertawa.

"Den, lo tau boneka mampang kaya gimana?"

Dendi langsung mengambil ponselnya, mengetik boneka mampang di laman pencariannya. Setelah keluar, ia memajukkan badan untuk menunjukkan foto itu.

"Begini doang bonekanya, kadang mereka joget-joget."

Deana langsung menarik lengan baju Caesar. "Tuh kan bang, pasti lucu, kita ke mampang ya?"

Caesar kira setelah melihat foto boneka mampang, istrinya ngga mau ke daerah Mampang. Eh, malahan tambah kepengen.

"Iya-iya, kita ke Mampang."

Deana berteriak senang. Ia langsung membuka ponselnya, membuka aplikasi maps dan mengetikkan tujuan mereka.

Setelah sampai daerah Mampang, Deana ngga mau makan sebelum ketemu boneka itu. Sayangnya matahari lagi terik-teriknya, kayanya si boneka mampang masih ngumpet deh takut kepanasan.

Tapi bukan Deana namanya kalau pantam menyerah. Bukan Caesa juga kalau ngga nurutin kemauan istrinya. Dan bukan Dendi kalau ngga pasrah ngikut.

Setengah jam muterin daerah Mampang, tapi bonekanya bener-bener ngga ada.

Deana tiba-tiba menangis sambil mengelus perutnya.

"HHUAHHHH, kenapa boneka mampangnya ngga ada!"

💍💍💍💍💍

JUJUR, pasti pada kesel kan sama Deana?

Dear Deana...

Dear Caesar...

Lanjut kah?

TRS [4] : Baby in My Tummy! ✅️Where stories live. Discover now