44 | Suka Duka Caesar

34.9K 4K 237
                                    

Jangan lupa follow instagramku di @ chocodelette. Aku lebih sering update dan berinteraksi disitu.

Part ini kudedikasiin buat DyDo88 sebagai wujud terima kasihku karena namanya sering muncul. jangan ngilang ya abis didekasiin😂

Buat yang lain yang belom didedikasiin, komen yang banyak kalo perlu perline supaya namanya ngga tenggelem dari ingatanku😉

Yang nanya nama sama ig Daffin asli, dikasih taunya nanti setelah cerita ini tamat ya☺️

💍💍💍💍💍

Caesar sudah sampai ke rumah kakaknya sekitar lima belas menit yang lalu. Ada Rayi –kakak perempuannya- menyambutnya di depan pintu, namun tak dihiraukan oleh Caesar. Ia langsung masuk ke kamar Ayahnya, memandangi wajah Ayahnya selama lima belas menit. Setelah cukup memandangi wajah ayahnya ia langsung beranjak ke kamar belakang – kamar abangnya dulu.

Ia melihat kakak sulungnya dan istrinya duduk di ruang tamu. Mereka berdua menangis. Juga ada Asraf yang daritadi duduk sambil menunduk menjambaki rambutnya. Daffin dan Althea udah ngga keliatan, kayanya udah ditidurin di kamar – Caesar ngga mau memusingkan itu. Ia langsung menghampiri ponakan tertuanya, dan menyentuh bahunya, "Ayo bantuin Tulang ngangkat kasur dari kamar yang belakang."

Asraf mendongak. Ia hanya mengangguk, lalu mengikuti langkah Tulangnya dengan langkah yang lemas. (*Tulang adalah saudara laki-laki dari ibu.) Sebelum Caesar menangkat kasur beserta kerangka kayunya, ia kembali menepuk bahu ponakannya. Persetan dengan physical distancing, dalam keadaan seperti ini mereka ngga mungkin jaga jarak. "It's okay," ucap Caesar sambil memberikan senyum yang dipaksakan.

Keduanya mengangkat kasur beserta kerangka kayunya, dibawa ke ruang tamu rumah itu. Rayi berdiri di sebelah Caesar, ia pikir adiknya marah lagi. Mengingat dulu waktu Bundanya mereka meninggal pun adiknya itu marah selama beberapa tahun. Semenjak Caesar sampai rumah itu, ia ngga menitihkan air matanya sama sekali. Ia juga belum berbicara sepatah kata pun ke kakak perempuannya.

"Sar, kakak minta maaf," ucap Rayi sambil menunduk dan air matanya kembali turun dengan derasnya. "Kakak ngga bisa jagain Ayah, kakak minta maaf, please kamu jangan marah sama kakak sama Asraf lagi."

Caesar menoleh. Ia menarik nafasnya dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan. Ia menarik kakak perempuannya ke dalam pelukannya. Dan tepat saat itulah, air matanya kembali turun lagi. "It's okay," ucapnya lagi berusaha menormalkan suaranya.

Rayi membalas pelukan adiknya. Ia kembali menumpahkan air matanya dipelukan sang adik. Yang sekarang lebih ringan, ditinggal orang tuanya lagi tapi dalam keadaan baik-baik. Berbeda dari yang dulu, waktu Bundanya meninggal kan hubungan dia dan adiknya merenggang bahkan dia sampe keluar dari rumah itu.

Caesar merentangkan tangannya yang satu untuk memeluk Asraf. Dia tau pasti ponakannya juga pasti sedih, karena yang selama ini nemenin ayahnya tidur itu dia. Asraf ikut memeluk tulangnya. Ia pun menumpahkan air matanya. "Maafin Asraf, Tulang," ucapnya sedih.

Caesar melepaskan pelukannya terhadap kakak perempuannya. Dengan kedua tangannya ia memegang wajah Asraf dan menatap mata ponakannya dalam. "Ini bukan salah kamu, ayo Asraf kuat! Di kehidupan kamu yang masih panjang, kamu bakal nemuin banyak kesedihan lagi." Ia kembali menarik ponakannya ke dalam pelukannya.

👶👶👶

Berbagai macam bunga sudah ditabur di atas kuburan itu. Cukup banyak orang yang mengantarkan ayahnya Caesar dan Rayi ke kuburan. Tapi hanya sedikit yang Caesar kenal. Hanya kakak beradik ayahnya yang ia kenal, juga para sepupunya dan juga keluarga istrinya yang datang. Yang lainnya engga, mungkin tetangga atau mungkin teman ayahnya, dia pun ngga tau persis.

TRS [4] : Baby in My Tummy! ✅️Where stories live. Discover now