62 | Buya Sakit

22.1K 3.2K 215
                                    

Part ini kudedikasiin buat namakumila sebagai wujud terima kasihku karena udah komen di cerita ini😘😘

Buat yang lain yang belom didedikasiin, komen yang banyak kalo perlu perline supaya namanya ngga tenggelem dari ingatanku😉

Btw, mau 200+ komen baru lanjut ah😂

💍💍💍💍💍

Pintu kamar mandi Axel diketuk beberapa kali. Sang empunya kamar mandi yang untungnya masih pake baju langsung membuka pintu tersebut. Ada kembarannya yang berdiri di depannya.

"Dipanggil Bubu, suruh bawa alat-alat kedokteran yang lo punya."

"Siapa yang sakit?" tanya Axel tenang. Ia beranjak keluar dari kamar mandi.

"Uncle ... mau kemana?"

Axel lupa kalau di kamar mandi ada ponakannya yang lagi berendem

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Axel lupa kalau di kamar mandi ada ponakannya yang lagi berendem. Hari ini mereka mau jalan-jalan ke pantai. Kemungkinan pantai bakal sepi, karena ini hari kerja. Ini semua permintaan ponakannya yang masih berendem itu.

"Uncle dipanggil Bubu, bentar ya," jawab Axel ke Daffin. "Siapa yang sakit? Popo darah tingginya kumat?"

Alex menggeleng. "Maknya tu anak jatoh di kamar, tapi ngga sadar kenapa jatoh," jawab Alex.

Axel mengambil beberapa peralatan yang dia punya, seperti stetoskop, alat pengukur tekanan darah, dan kotak P3K. "Lo temenin Daffin, jangan sampe dia ke kamar kakak."

Axel langsung berlari ke kamar sang kakak. Ia harus turun satu lantai, karena lantai dua adalah lantai kekuasaan kakaknya daridulu. Sedangkan kamar dan daerah kekuasaan Alex dan Axel itu lantai tiga. Kalo kakaknya ngga di rumah, alias di Bandung, lantai dua dikuasain sama kembarannya. Ya begitu, nasib anak bungsu, harus selalu mengalah. Untungnya dia ngga gampang capek ya naik turun tangga.

Axel sampai ke kamar kakaknya. Disana udah rame, ada Bubu, Popo, suami kakaknya dan kakaknya yang lagi tiduran. "Kenapa?"

"Kakakmu jatoh, tapi ngga tau kenapa bisa jatoh," jawab Bubu dengan muka paniknya.

Axel duduk di samping kakaknya. Ia langsung memasang earpieces stetoskop ke telinganya, lalu mengarahkan diaphragm dan bell ke dada Deana. Ia mendengarkan detak jantung kakaknya dan menghitung selama satu menit. Detaknya normal, sebanyak 79 detak permenit.

"Pas jatoh, kebentur sesuatu ngga? Ada luka ngga?" tanya Axel.

Deana menggeleng. "Jatohnya di kasur. Tadi kakak bangun tidur, kaget liat udah jam delapan. Panik mikirin Daffin udah makan apa belom, langsung turun dari kasur, terus rasanya kaya oleng gitu. Gara-gara oleng, kakak duduk di kasur. Terus ngga sadar apapun, tiba-tiba udah ada abang yang megangin kakak."

TRS [4] : Baby in My Tummy! ✅️Where stories live. Discover now