DUA; HOBI

487 100 34
                                    

      Gue mengikat tali sepatu dengan buru-buru kemudian melongok kembali ke dalam rumah. Ngeliat Papah masih santai ngopi-ngopi.

"PAPAAAAH IH MASIH SANTAI AJA NANTI ADEK TELAT!"

      Papah buru-buru naro kopinya terus bergegas. Gue berjalan menuju pagar dan membukanya. Untung tadi Papah udah panasin mobil, jadi ngga makin lama.

      Gue kaget pas buka pagar tau-tau ada orang. Orang itu duduk di atas motornya, menoleh kearah gue.

"Lah, Der? Mau jemput gue? Hari ini gue berangkat sama Papah," kata gue ke orang itu sambil berjalan mendekatinya. Iyap, orang itu Hendery. Dia udah berseragam lengkap kayak gue dan nangkring di motor satria nya.

"Pede amat lu, orang gue lagi nunggu Kak Mawar."

Zialan.

"Dih sejak kapan Kak Mawar serumah sama gue? Inikan di depan rumah gue, ya ngapain juga lo nungguin Kak Mawar depan rumah gue?"

"Tadi bapak berangkat pake mobil, kalo gua nunggu di depan rumah gua, ya nggak bisa lewat bapak guanya. Jadi maju kesini deh. Gitu loh, Sheina Munaf!"

"Sherina itu bukan Sheina!"

"Bodo."

       Emang, debat sama orang yang namanya Hendery itu bikin emosi berkelanjutan. Daripada ngerusak mood gue di hari pertama sekolah awal kenaikan kelas ini, gue nggak nyahut lagi. Cuman meletin lidah ngeledek terus menoleh ke dalam. Melihat Papah udah masuk ke dalam mobil dan bersiap mengeluarkannya.

"Hush, pergi lo! Bapak negara mau lewat!" usir gue ke Dery. Cowok itu memundurkan motornya jadi di depan rumahnya kembali.

      Setelah papah sukses mengeluarkan mobil, gue menutup pagar kembali dan berlari ke arah Dery.

"Duluan ya, ikan pikun!" kata gue sambil tepuk tepuk depan motornya terus berlari masuk ke dalam mobil tanpa menunggu responnya lagi.

      Saat mobil yang dikendarain Papah keluar gapura, gue menoleh kearah kaca depan. Melihat Hendery yang ada di belakang mobil mengendarai motornya, tapi dia sendiri. Nggak gonceng Kak Mawar.

Hhhhh...

***

"Kantin yuu!"

      Gue menoleh, melihat Saedella atau yang kerap gue panggil Sae berdiri di samping tempat duduk gue.

"Tumbenan nggak sama cowok lo," kata gue sambil menutup reseleting tas.

"Biasalah, OSIS. Ngurusin anak MOPBD," sahut Sae. Gue mengangguk paham lalu berdiri.

      Kantin rame banget. Banyak juga wajah-wajah asing yang nggak gue ketahui berkeliaran disini. Anak kelas 10. Mantep sih, visualnya boleh juga. Rata juga, dari yang cewek sampe yang cowok. Gue yakin nih abis ini banyak adek kelas yang taken sama kakak kelas.

"Eh itu bukannya anak kelas kita?" tanya Sae menunjuk 2 gadis yang berdiri kebingungan nyari meja yang udah keisi semua.

"Hooh tuh. Suruh join sini aja," kata gue. Akhirnya Sae yang berdiri datengin mereka dan bawa ke meja pojok yang gue dan Sae tempati.

      Setelah sesi perkenalan, gue akhirnya tau nama mereka. Yang mukanya agak kalem namanya Mila dan yang mukanya kalem banget namanya Juwita. Mintanya sih dipanggil Juwi aja soalnya kalo dipanggi Juwita kayak penyanyi dangdut. Yha.

***

      Hari ini sekolah pulang lebih cepet karena masih hari pertama di awal tahun ajaran baru. Gue udah mesra-mesraan sama kasur bersiap untuk bobok siang kayak biasa. Tapi sebelum gue berhasil masuk ke dunia mimpi, sebuah suara yang berasal dari handphone yang gue letakkan di samping bantal merusak niat gue untuk memejamkan mata. Nggak sekali, suara ringtone pesan line masuk bertubi-tubi bikin gue rasanya mau lempar hp aja.

SOULMATE [✓]Where stories live. Discover now