SEMBILANBELAS; MENGHINDAR

242 47 9
                                    

"Dih lo ngapain Der disini?"

"Ambil bola bakset, mau latihan. Pas lihat lu pap ruang radio gua langsung otw."

"Lah mau latihan? Lucas aja jalan sama Dara."

"Absen dulu dia."

"Ohhh..."

"Na!"

"Yep?"

      Cowok itu menatap gue agak lama, membuat gue bergerak canggung. Ini Hendery kenapa natap gue sambil diem bikin deg-degan sih mana berdua doang lagi di ruang radio. Sepi. Kalo dia ketempelan setan kan serem. Gue yang agak takut jadi mengulurkan tangan gue menabok pipinya pelan.

"Aduh sakit anjir!" umpat Hendery. Gue menghela nafas lega. Ternyata dia nggak kesurupan

"LAGIAN LO NGAPAIN NGELIATIN GUE BEGITU DIH NANTI KETEMPELAN GIMANA?!"

Dia malah ketawa, kemudian menepuk kepala gue pelan, "lu udah gede tapi kelakuan masih aja kayak anak kecil. Nggak pernah berubah," katanya. Gue menyebikan bibir, merasa tersindir.

"Pinter lo ngomong, ngaca coba. Lo juga masih sama kayak dulu selalu ngeselin!"

"Lu lebih ngeselin. Bikin gua selalu khawatir."

"Dek!"

      Gue tersentak kaget menoleh. Menatap Kak Doy yang tengah menatap gue dengan tatapan khawatir. Mengentikan lamunan gue tentang kejadian tadi di ruang radio sebelum gue siaran. Dimana setelah Hendery mengirim foto pintu ruang radio dari luar membuat gue buru-buru membuka pintu ruang radio dan menemukan cowok itu berdiri di depan. Memamerkan senyum bodohnya hingga akhirnya terciptalah percakapan yang gue lamunkan barusan. Bikin kepikiran.

"Ha? Apa Kak Doy?"

"Ngelamunin apaan?" tanyanya. Gue menggelengkan kepala. 

"Nggak ada." Dia menghela nafas mendengar jawaban gue, kemudian kembali menjatuhkan fokusnya ke jalan. 

"Terus kemana tuh tadi? Bukannya di skors tiga hari?"

Gue memanyunkan bibir, merasa kesal, "Informan Kak Doy siapa sih? Kayaknya tahu semua sampai aku di skors tiga hari aja tahu," kata gue sedikit sebal. Kak Doy malah terkekeh pelan. 

"Ada lah. Alumni punya banyak agen mata-mata di sekolah. Makanya jangan aneh-aneh," sahutnya dengan gaya sok. Gue berdecih kini. Mengerti mengapa Kak Tio cepat tahu saat kemarin Juwi kena masalah. Mengerti pula mengapa Kak Doy tahu beberapa masalah di GHS padahal ia bukan lagi siswa disana dan gue yang nggak pernah cerita. 

"Jangan jangan tahu aku dilabrak dari Hendery ya?" tanya gue begitu saja. Teringat kalau Hendery cukup dekat dengan Kak Doy. Bisa aja yang ceritain kejadian kemarin itu Hendery kan? 

"Apaan? Hendery bukannya ada di pihak lo? Dia nggak pernah ngomong apa-apa," jawab Kak Doy santai. Gue jadi mengulum bibir, merasa agak bersalah telah prasangka buruk. Sama sahabat sendiri lagi. Maaf ya Der hehehe. 

"Tadi aku sama temen-temen di apartemen walasku, Bu Ay. Beliau ngasih kita tempat buat satu hari itu karena tahu kita belum bisa ngomong ke orangtua. Tadinya pun Bu Ay mau bantu kita buat ngomong sama orang tua masing-masing, tapi kita nolak, Kak. Udah repot banget Bu Ay," jelas gue. Cowok itu hanya menanggapi dengan kata oh saja. 

SOULMATE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang