DUAPULUH SATU; PANIK PANIK AJAIB

261 54 7
                                    

a/n diawal duls ya nih;

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

a/n diawal duls ya nih;

buat yg ga kebayang gimanasi balkon kamarnya Hendery sama Sheina kayaknya deket bgt jadi tuh coba liat pict ges. Itu balkonnya disamping gituloh bukan balkon depan ngerti kan? Iya jadi rumah mereka sebelahan tapi ga dempet ya ok ya.

dahh mau sampein itu aja, happy reading💚

*****

      Motor yang dikendarai oleh Rendi berhenti tepat di depan pagar rumah gue. Turun dari boncengan, kemudian gue memberikan helm milik cowok itu. Sesuai berangkat, balik pun gue sama Rendi. Sedangkan Hendery nganter Daisy balik. Hehe.

"Makasih Njun ku sepupuku yang ganteng, baik hati, rajin menabung," kata gue sambil membenarkan rambut. Cowok itu malah berdecih pelan kemudian menyalakan kembali motornya.

"Makasih balik sepupu gue yang paling jelek," sahutnya santai. Gue hampir saja melepas sepatu kemudian menimpuknya.

"Oiya Na," gue mengangkat sebelah alis, bertanya, "Lo nggak suka ya sama Daisy?"

      Pertanyaan dari Rendi membuat gue agak terpaku. Apa sekelihatan itu? Ya gimana, habisnya ya Hendery kalo ngobrol sama gue atau gue yang mau ngobrol sama Hendery, Daisy selalu narik perhatian. Dia nggak biarin gue sama Hendery ada interaksi.

Hahaha banget.

"Nggak," jawab gue santai, "kalo suka ya berarti gue nggak normal dong? Masa cewek sama cewek?"

"Goblok," umpatnya yang malah bikin gue ketawa.

"Maksud gue lo nggak suka Daisy kalo sama Hendery kan? Kelihatan Na."

Benar. Sekelihatan itu.

"Hm ya gitu. Gue lihatnya Daisy bukan cewek yang baik. Tapi nggak tahu dugaan gue doang kali."

"Nggak cuman lo doang yang bisa lihat, gue juga. Gue lihat emang Daisy bukan cewek yang baik. Nggak cocok kalo sama Hendery."

Gue diam. Nggak tahu apa maksudnya Rendi ngomongin hal ini.

"Lebih cocok Hendery sama lo, Na."

      Gue terhenyak kembali. Apalagi mukanya Rendi tuh kayak serius banget ngomongnya. Akhirnya gue memutuskan untuk tertawa paksa, seolah merasa hal yang diucapkan Rendi barusan merupakan hal paling konyol.

"Heh, lo tuh ngomong jangan suka ngawur. Udah lah balik aja sana, makin malem makin sinting," sahut gue kemudian berbalik, membuka pagar rumah kemudian masuk ke dalam.

Meninggalkan Rendi yang sepertinya masih ada di depan.

***

LINE

HHS

Herin: NANAS MANA NANAS

Hana: kenapa rin?

SOULMATE [✓]Where stories live. Discover now