TIGAPULUH; HARI OLAHRAGA

209 47 8
                                    

      Gadis mungil bersurai cokelat yang dikuncir kuda itu menatap objek di depannya dengan serius. Kemudian menunduk menatap bola yang jaraknya tak jauh dari kakinya, seolah tengah memperhitungkan tendangan yang pas. Gue dalam hati ikut berdoa, semoga tendangan teman satu tim gue ini berhasil mencetak gol. 

"SAEEEE SEMANGATTTT!!!!"

PRITTT!!! 

      Sae mundur perlahan kemudian menendang bola begitu suara priwitan terdengar. Sayangnya, bola yang ditendang gadis itu meleset. Gue mendekati Sae kemudian menepuk pundaknya dua kali. 

"YEAYYYY MENANG!!!!" 

      Lawan tim futsal perempuan 11 IPS 2, yaitu 12 Bahasa bersorak senang merayakan kemenangannya karena sebelum Sae, tendangan pinalti perwakilan dari tim lawan berhasil membobol gawang yang dijaga oleh Juwita. 

      Gue dan keempat teman gue berjalan keluar lapangan dan mendekati tribun yang berisikan anak-anak kelas 11 IIS 2. Wahyu bangun dari duduknya kemudian menunjukan telapak tangannya. Sae lebih dulu menyapa telapak tangan Wahyu dengan telapak tangannya. Diikuti gue, Dara, Yelika, kemudian Juwita. 

"Gapapa guys, udah bagus kalian bisa pertahanin 0 sama sampai akhir," ucap Emma menenangkan. Gue dan keempat lainnya langsung duduk di tribun. 

"Nih minum dulu yang."

"Pake sepatu gue dulu El, itu sepatu lo sobek gitu. Gue pake sepatu futsal ini sih sans."

"Kurang baik apa gue sama lo Juw, nih gue kipasin."

"HUHUHU MAKASIH BINTANG KECIL DI LANGIT YANG BIRU!"

"Sae, tangkep!"

      Gue menoleh melihat semua pemandangan itu. Ada Lucas yang memberikan minum ke Dara, kemudian mengelap peluh Dara menggunakan handuk. BUCIN BANGET TAPI GEMES. Terus ada Hanan yang ngasih sepatunya ke Yelika karena sepatu cewek itu yang sobek gara-gara tanding tadi. Ada juga Bintang yang sibuk ngipasin Juwita yang kegerahan. Sedangkan Ricky melempar botol minum ke Sae. Gue nggak mau berburuk sangka, tapi kan WOY SAE, ELIKA, JUWI MAH UDAH ADA COWOK ANJIR. Walaupun cowoknya nggak disini tapi kan ya. Oh gapapa kok, kan teman. 

"Aish!"

      Gue menatap cowok yang berdiri tepat di depan gue dengan tatapan sebal. Sedangkan cowok bermata besar itu memberikan cengirannya tanpa memindahkan sebotol minum yang ia letakkan diatas kepala gue. Iseng banget kan emang. 

"Nih," akhirnya dia mengambil botol di kepala gue, membukakan tutup botolnya, kemudian memberikannya ke gue. 

"Kok nggak dingin?"

"Nggak boleh."

Tanpa protes lagi, gue meneguk minum yang diberikan Hendery.

"Tang, lu pergi kek sana! Mau futsal kan lu?" usir Hendery ke Bintang yang memang duduk di samping kanan gue. Sedangkan di sebelah kiri gue ada Emma. 

"Diem deh, Der, Bintang tuh lagi ngipasin gue!" bukan Bintang yang menjawab, malah Juwita. Jadi posisi duduknya ke kanan ada gue, Bintang, kemudian Juwita. 

      Tanpa kata, Hendery pergi. Gue memandangi arah perginya, ternyata dia ke belakang . Cowok itu duduk tepat di belakang gue. Kemudian dapat dirasakan, kunciran asal rambut gue terlepas. 

"Ih Der!"

"Diem dulu, ini rambutnya berantakan. Mau gua benerin."

"Emang bisa?"

"Yaelah merem," sahutnya sombong. Gue berdecih pelan saja, membiarkan cowok di belakang gue ini menguncir rambut gue kembali. 

"Lo kepang ya, Der?" tanya gue saat menyadari gerakan tangannya di rambut gue. Cowok itu berdehem sebagai jawaban.

SOULMATE [✓]Where stories live. Discover now