TIGABELAS; ORANG LAIN

259 54 7
                                    

"Eh Na rambut lu kok bau pop es stroberi? Abis ketumpahan es?"

"Gue pake sampo wangi stroberi, bege."

      Gue bisa denger Hendery tertawa kecil di belakang setelah mendengar jawaban gue barusan. Ujung rambut hitam belakang gue masih dimainin sama dia dari tempat duduknya, sedangkan gue nyender di senderan kursi gue sendiri. Ujung rambut gue digulung gulung pake pulpen nggak tahu Hendery emang sekurang kerjaan itu kayaknya.

"Pulangpu, pulang makan lampu!" Walaupun nggak noleh, gue tahu itu adalah suara Lucas. Siapa lagi yang punya suara berat serak menggelegar di IPS 2 selain Adhitama Lucas Wahyudi? Nggak ada.

      Bel pulang berbunyi setelah Lucas melontarkan kalimat bernada tadi. Guru yang ngajar di jam terakhir udah keluar dari kelas 5 menit yang lalu. Jadi setelah denger bel, anak anak kelasan yang udah ngebet mau pulang langsung bawa tas keluar kelas. Gue sendiri merasakan rambut gue udah nggak dimainin lagi sama Hendery.

      Meja gue udah rapih. Gue menutup reseleting tas yang gue letakan diatas meja. Memastikan semuanya tertutup rapat.

"Ayo katanya mau ke warung mi setan?"

      Gue yang lagi nunduk menutup reseleting tas jadi menoleh. Melihat cowok tinggi bersurai hitam itu udah berdiri di samping tempat duduk gue.

"Lah katanya lo udah kesana sama Kak Mawar?"

"Ya gapapa. Nemenin lu doang."

Gue mendelik, "Dih ngapain? Nggak usah dah nanti sore aja gue mau kesana sama Dejun, Malven, sama Yonat. Sekalian belajar kelom—

"Cepetan, gua aus."

      Kalimat gue dipotong oleh Hendery yang langsung menyambar tas warna merah bata punya gue terus dia jalan gitu aja keluar kelas sambil membawa tas gue. Emang bener-bener Hendery Mahardika.

"HE DERY TAS GUE!"

***

"Na!"

      Gue mengangkat wajah. Tersenyum senang saat melihat Hendery datang membawa pesanan mi punya gue. Dia meletakan semangkok mi kuah, milkshake stroberi pesanan gue juga es jeruk yang merupakan pesanannya karena gue nggak ada mesen es jeruk. Kemudian cowok bermata besar itu duduk di depan gue.

"Awas lu nangis gua ketawain," ancamnya sambil mengambilkan sumpit untuk gue.

"Sorry nggak ada sejarahnya Sheina nangis gara-gara kepedesan," sahut gue sombong. Gue mulai mengaduk mi yang gue pesan ini level 30. Sinting ya? Tapi sans lah gue suka banget sama makanan pedes. Level 30 juga bukan level tertinggi di tempat makan ini kok.

"Biasanya yang sombong gini nih yang nanti kemakan omongan sendiri," komentarnya lagi. Gue memeletkan lidah meledek nggak jawab lagi terus makan mi nya.

MANTUL EUY

      Anjrit ya pedes. Tapi dengan segera gue memakan mi dengan lahap, biar pedesnya nggak terlalu berasa. Hendery sendiri malah mainin handphone gue sambil sesekali ngeliat ke gue, terus ketawa sendiri.

Orang gila.

"Buset napas kali."

"Berisik lo jangan sampe gue siram kuah pedes ya Der."

"Anjrit makin galak ae."

      Tanpa menghiraukan ucapan Hendery lagi, gue terus memakan mi yang akhirnya habis. SUMPAH PEDES TAPI ENAK BANGET. Gue buru-buru minum milkshake dingin supaya rasa kebakar di lidah gue cepet cepet hilang. Keringat udah deres banget kayaknya di gue asli gerah, panas padahal disini banyak AC.

SOULMATE [✓]Where stories live. Discover now