7. New Life

1.3K 103 9
                                    

Seijin POV


Aku tak jenuh-jenuhnya memandang wajah lelah didepan ku ini. Sudah hampir sejam lamanya aku sama sekali tak dapat beranjak untuk beralih menatapny. Memandang lekat paras paripurnanya dengan jarak sedekat ini membuat jantung ku harus olahraga seawal perkiraan ku.


Entah apa sensasinya tapi ini sungguh begitu nyaman. Memandangi wajahnya sedekat ini tanpa tersekat oleh apapun.
Mungkin ini akan menjadi pekerjaan baru ku sekarang.

Dulu aku ingat sekali, aku hanya dapat melihatnya dari sebalik layar kaca. Sekarang rasanya sangat berbeda. Mungkin ini yang membuat ku sedikit berdebar hingga aku tidak bisa mengontrol degup jantung ku yang bekerja ekstra sejak tadi.


Jika saja aku dapat mendengarnya dapat ku pastikan ini melebihi cepatnya derap langkah kuda

Ku pandangi lebih dalam sosok nan tampan didepan ku ini tanpa suara sdikitpun, hanya ada sedikit suara hasil dengkuran lembut dari mulutnya yang sedikit terbuka.

Kulitnya putih dan halus layaknya seorang bayi meski terlihat sedikit garis di sekitar keningnya, menandakan dia cukup lelah dan terlebih dia bukan seorang remaja lagi.

Matanya tertutup rapat dengan beberapa surai hitam yang menutupi sebagian kening paripurnanya terlihat begitu tenang.

Ingin sekali aku menyentuh pipi lembutnya itu. Tapi aku takut mengusik alam bawah sadarnya terlebih dengan perasaan canggung ini.


Cukup lama aku memandangi wajahnya hingga akhirnya aku terbawa suasana sendiri. Tetiba sebuah suara berat menuentak lamuanan ku.

"Kau tidak tidur? Atau hanya akan melihat ku tidur sepanjang malam?" Ucap Jin yang tiba-tiba membuka lebar matanya.

"Mwo? Oppa k... kau belum tidur?" Jawab ku gugup berusaha meraih kembali nyawa ku.

Jin membuang pandangannya kelangit-langit kamar kami
"Bagaimana aku bisa tidur jika ada seseorang yang menatap ku seperti seorang intel saja."

"Pfffttt." Aku menahan tawa ku yang hampir saja lepas.
"Jadi oppa tidak bisa tidur hanya karena aku memandangi oppa"

"Molla?" Ia kembali menatap ku kali ini lebih lembut.

"Hehehe mianhae oppa. Tidurlah bukannya besok kau harus bekerja?"

Jin membalikkan badannya agar ia dapat kembali menatap ku
"Kau sendiri kenapa belum tidur?"

"Tidak tahu juga mungkin aku hanya belum terbiasa dikamar ini." Jawab ku jujur.

"Seijin-ah mian karena sudah membawa mu kerumah ku secepat ini. Aku hanya tidak ingin meninggalkan mu sendirian dirumah itu. Lagipula apa kata orang jika nanti kita sudah menikah tapi tinggal dirumah yang berbeda." Ucap Jin sambil mengelus lembut surai hitam ku yang kini tergerai bebas.

"Tak apa oppa. Nanti lama- kelamaan pasti aku akan terbiasa." Ku tarik sebuah senyum tipis dari wajah ku agar dapat menenangkan perasaannya.

EpiphaniaWhere stories live. Discover now