6. Told Him

439 57 7
                                    

Dinginnya udara pagi merenggut kejam posisi nyaman didalam paru seorang pemuda Jeon. Membuat dirinya harus mengais udara sedikit lebih dalam guna menetralkan sirkulasi dalam tubuhnya. Membuatnya sesekali menghembuskan asap samar yang keluar perlahan dari mulutnya yang nyaris membeku.

"Huuhhhh kenapa hari ini bisa dingin sekali." Runtuk Jungkook seraya menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya.

Jungkook menatap jalanan sekitarnya yang masih lengang manusia mungkin karena ini masih terlalu pagi. Kecuali seorang gadis dengan hoddie hitam yang ia tudungkan kepalanya. Hanya itu pemandangan itu yang dapat Jungkook tangkap. Hingga akhirnya sukses menyita seluruh perhatian Jungkook.

Gadis itu. Iya gadis itu. Seperti tidak asing dimata Jungkook. Semakin tidak asing lagi tatkala gadis tersebut membuka tudung hoddienya kemudian menampakkan nyaris seluruh wajahnya dari belakang. Gadis itu tidak salah lagi. Bahkan warna surainya pun tidak pernah berubah dari dulu. Mungkin hanya ada sedikit perubahan dibagian bawahnya. Gadis itu telah memotong surainya.

Maka dengan segera Jungkook mempercepat langkah kakinya. Berlari kilat menyamai posisi gadis didepannya. Dan tak butuh waktu lama Jungkook telah berhasil meraih satu lengan gadis tersebut. "Yaaa tunggu sebentar. Kau Seolrin kan?" Ucapnya sedikit terengah.

Seolrin kaget refleks menepis cengkraman tangan Jungkook darinya. "Tolong jangan menyentuhku sembarang." Ucapnya ketus.

"Yaa aku ini Jungkook. Kookie mu Seol." Jungkook berpindah mencengkram kedua bahu mungil Seolrin sukses membuat torso gadis itu seketika berbalik menghadap dirinya.

"Jungkook ini sungguh kau?" Seolrin berbinar. Setengah tak menyangka pun juga bahagia bisa bertemu lagi dengan sahabat lamanya.

Jungkook mengangguk antusias. "Heummm ini aku Seol. Jeon Jungkookmu."

Seolrin terharu. Menatap presensi Jungkook didepannya dengan manik mata yang nyaris memproduksi cairan putih bening itu kembali. Sontak sebelum itu semua terjadi Seolrin pun menghambur, menjatuhkan dirinya pada dada bidang pemuda Jeon tersebut. "Aku sangat merindukanmu Jung."

Dengan penuh kerinduan yang membuncah secepat angin menerbangkan sehelai bulu, Jungkook lantas membalas pelukan kerinduan sahabatnya dengan tangan yang terbuka lebar. "Aku juga Seol. Aku juga sangat merindukanmu."

Hening beberapa saat. Hanya usapan lembut yang sesekali Jungkook daratkan pada punggung ramping gadis didepannya. Sama-sama diam. Sibuk dengan pikiran yang bergelayut dalam otak masing-masing. Saling menumpahkan juga mencurahkan kerinduan yang selama ini telah terpupuk subur dalam angan masing-masing. Hingga setelah semuanya dirasa sudah lebih membaik Seolrin mengurai pelukannya menatap kedepan pada bingkai besar dengan pupil hitam mengkilat didalamnya.

"Kenapa kau tiba-tiba ada disini Seol? Kau masih tinggal diAnsan bukan?"

Seolrin menggeleng samar sebelum berkata, "Tidak Jung aku sudah tidak tinggal diansan lagi. Aku sudah pindah kesini beberapa hari yang lalu."

"Sungguh? Memangnya ada apa? Kenapa tiba-tiba?" Ada sepercik rasa penasaran yang bercokol dihati Jungkook saat ini.

Pancaran kebahagiaan yang sejak tadi teruar jelas seketika luruh hanya dengan pertanyaan kedua setelah pertemuan pertama mereka usai sekian lama berpisah, melecut nyaman birai dari tipis Jungkook. "Aku kuliah disini Jung. Aku baru saja dapat beasiswa S2 diSNU."

"Waahhh kau hebat Seol. Kau memang selalu jadi kebanggaanku dari dulu." Jungkook mencubit kedua belah pipi Seolrin gemas. "Lalu ayahmu kemana? Dia ikut jugakan?"

Seolrin menundukkan kepalanya. Merengut dilakukan juga oleh birai tipisnya nampak sedikit pucat. "Justru itu Jung, aku sama sekali tidak mengatakan ini padanya. Aku bahkan tidak meminta ijin padanya. Entahlah ku rasa dia akan gila mencari ku saat ini. Atau mungkin justru bersyukur karena tidak ada lagi yang merepotkannya."

EpiphaniaWhere stories live. Discover now