9. Room

1.1K 81 10
                                    

Seijin POV

Dia bilang tidak bisa tidur jika ada orang yang menatapnha. Kendatipun sekarang dia bahkan sangat pulas meski aku telah menatapnya hampir bermenit- menit yang lalu.

Tak ingin meleburkan kembali mimpi indahnya kembali akupun beranjak dari tempat ini tidur dengan sangat hati-hati agar tidak menciptakan bunyi sekecil apapun.

Karena yang ku tahu telinga Jin sangat sensitif dengan bunyi- bunyian. Terlebih sepertinya dia terlihat sangat lelah. Ada baiknya jika dia tidur lebih lama pagi ini.

Aku pun menarik pelan selimutnya agar dapat menutupi sebagian besar tubuhnya. Memberikan sedikit kehangatan sebelum aku benar-benar beranjak dari kamar ini.

Terbangun dengan mentari yang masih teramat condong keceruk ufuk timur. Membawa udara pagi hari yang begitu sejuk pula menerpa halus sekujur tubuh ramping ku yang kini hanya berbalut kaus putih oblong berpadu dengan celana hitam pendek diatas lutut.

Dipagi buta seperti ini apa yang akan ku lakukan.


Bersih bersih?

Thats sound good

Baiklah aku akan mulai dengan membersihkan ruang tamu kemudian ku lanjutkan dengan dapur serta beberapa kamar lainnya dilantai tiga.


Lantai tiga yang sekarang menjadi tempat ku berada terkesan begitu tenang. Tidak terlalu banyak barang disana. Hanya ada beberapa miniatur hiasan serta lukisan-lukisan indah Jin yang tengah menyanyi ria.

Furnitur-furnitur yang terbentang rapi disepanjang sisi lorongnyapun tidak terlalu menarik perhatian ku terkesan kulot dan kuno.

Mungkin


Termasuk kamar yang tengah berada tepat beberapa langkah didepan ku saat ini. Menjadi penghujung akhir dari panjangnya lorong lantai tiga rumah ini.

Sebenarnya aku tidak tahu pasti kamar ini kamar apa. Tapi yang jelas aku akan membukanya dan membersihkannya. Atau setidaknya melihat-lihat dan menjawab sedikit rasa penasaran yang entah sejak kapan tumbuh didalam benak ku saat ini.

Ketika aku melangkah mendekati ruangan itu hingga nyaris saja tangan ku memutar knop pintu ruangannya tapi semuanya gagal seketika saat ku rasakan sebuah dada nan bidang membentur punggung belakang ku kilat.

"Apa yang kau lakukan disini?" Ucap Jin sensual yang kini melingkarkan kedua tangannya untuk dapat mengurung ku.

"Oppa, sejak kapan oppa bangun?" Jawab ku kaget, lebih tepatnya kaget oleh perlakuannya yang semanis ini.

"Sejak tadi. Ayo kebawah dan buat kan aku sarapan chagi." Pinta Jin manja sembari menarik lengan ku.

"Tapi oppa itu ruangan apa?"
Tanya ku masih menatap ruangan diujung lorong itu enggan rasanya untuk meninggalkan ruangan it sebelum aku memastikan apa sebenarnya yang ada didalam sana.

"Ahhh itu hanya ruangan bekas yang tak terpakai. Tidak usah dipikirkan." Elak Jin sambil mengucek ucek kedua matanya rambutnya nampak sedikit berantakan.

EpiphaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang