3. Baby Bearth

706 64 13
                                    

Tirai putih transparan yang menggantung panjang hingga nyaris menyentuh lantai itu disingkap sengaja oleh Seijin. Membiarkan seberkas cahaya hangat sang mentari yang baru saja memunculkan dirinya dari ufuk timur menyorot tajam menyinari ruang kamarnya.

Menembus dinding kaca transparan yang menjadi penyekat kamar tersebut. Hingga menampilkan siluet tubuh Seijin manakala sinar mentari hangat itu menempa tubuhnya. Melangkah kembali menuju king size dibelakangnya, Seijin mengusap pelan kening Seokjin yang masih terlelap nyaman dalam afeksi bawah sadarnya bergumul ria bersama sejuta mimpi didalamnya.

"Oppa bangun ini sudah siang." Ucapnya hangat, sehangat mentari pagi ini.

Seijin kembali mengguncang pelan pundak Seokjin kemudian berkata, "Oppa,"

Tepat pada guncangan kelima kelopak mata pemuda Kim tersebut bergetar. Hingga seperkian sekon berikutnya Seokjin sudah terbangun. Mengumpulkan penglihatan pun puing-puing nyawanya yang masih sedikit berserakan dibawah sana. Kemudian mengerjapkannya beberapa kali sambil menggeliat manja. Meregangkan otot-otot tubuhnya yang sedikit kebas.

"Ada apa sayangku. Kenapa kau hobi sekali sih merusak mimpi orang eoh?" Ucap Seokjin sengau sambil menggaruk malas sisi lehernya.

"Oppa bangun. Aku malas membuat sarapan pagi ini. Kita keluar saja yaaa." Pinta Seijin seraya menaikkan kedua alisnya bergantian. Penuh pengharapan.

Seokjin mendengus pelan kemudian menyingkap perlahan selimut tebal dari atas tubuhnya.
"Nee nee nee Seijinieee."

Sebuah kecupan hangat diawal pagi dibubuhkan dengan begitu manisnya dikening sang isteri, hal biasa yang kerap dirinya lakukan. Namun entah kenapa selalu berhasil memancing gejolak keremangan didada Seijin. Usai mencium kilat sang isteri, Seokjin pun segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dengan begitu gontainya.

Selang beberapa menit kemudian Seokjin sudah kembali dari dalam kamar mandinya. Sebuah kemeja navy berlengan pendek bernuansa hawaian dipadupadankan dengan celana putih pendek ia pilih untuk menjadi style casualnya pagi ini. Seokjin menatap presensi Seijin yang tengah duduk disalah satu sudut ranjang sembari menurunkan ponsel hitamnya dari depan telinganya.

"Ada yang menelpon?" Tanyanya.

Seijin menoleh kesumber suara. Dan mendapati Seokjin sudah bersiap rapi dengan style barunya. Surai hitam yang sejatinya selalu tersisir klimis itu nampak begitu kontras pagi ini.
Terlihat sedikit berantakan manakala jemari panjangnya menyibak acak surai hitam itu.

Sungguh pagi ini Seokjin terlihat begitu berbeda dan terlihat jauh lebih fresh. Biasanya hanya kemeja dengan celana panjang hitam atau paling tidak warna gelap lainnya yang sejatinya membalut tubuh kekar pemuda Kim itu. Jujur Seijin terkadang juga sedikit jengah dengan pemandangan itu.

Mengingat tuntutan sang suami yang harus berpakaian rapi selama mendedikasikan dirinya disebuah perusahaan finansial lumayan besar diSeoul tempatnya bekerja beberapa tahun yang lalu. Disana Seokjin menjabat sebagai seorang manager pemasaran.

Namun tidak untuk pagi ini. Dirinya terlihat jauh berbeda dan terlihat lebih santai. Dan seperti biasa selalu terlihat worldwide handsome dimata Seijin.

"Seowoon baru saja menelpon oppa. Dia bilang dia sangat merindukanku." Seijin menarik sisi birainya sedikit kentara hingga menampilkan senyum indah yang tersemat sempurna disana. Seijin tak habis pikir mengapa putera semata wayangnya itu sangat menggemaskan. Entah bagaimana reaksinya nanti kalau-kalau seandainya memang benar Seijin hamil, dan Seowoon harus tahu jika dirinya cepat atau lambat akan membagi kasih sayang kedua orang tuanya dengan pendatang baru dikeluarga kecilnya.

EpiphaniaWhere stories live. Discover now