5. Almost

512 52 11
                                    

Seperti biasa siluet mentari pagi yang kerap kali menyinari permukaan ibu pertiwi. Mencari-cari posisi ternyaman pada luasnya cakrawala untuk kembali melanjutkan kewajibannya. Salah satunya yang tak pernah luput yaitu menyorot tajam permukaan wajah Seokjin melalui kaca mobilnya yang sengaja ia buka sekarang.

Saat ini pemuda Kim itu tengah berada dalam perjalanan menuju kekantornya. Setelah mengambil cuti selama tiga hari lamanya membuat pekerjaan Seokjin dikantor sedikit terbengkelai. Lantas ia pun memutuskan untuk berangkat kekantor sedikit lebih pagi hari ini serta memacu speedometer range rover miliknya dengan lumayan cepat.

Hening. Hanya itu yang menyelimuti suasana pagi Seokjin didalam mobilnya. Hingga beberapa detik berikutnya Seokjin teringat pada sebuah hal yang tetiba saja bercokol jelas dalam saraf sadarnya. Ya, Seokjin meninggalkan kunci laci meja kerjanya didalam dashbord mobilnya, segera ia mengulurkan tangan membuka dashbord hitam didepannya dan mengambil sebuah kunci kecil disana bahkan dengan kecepatan mobil yang sama sekali tidak dikuranginya.

Membuat seorang gadis yang tetiba saja melintas entah dari mana asalnya, seketika memekik lantang menutup seluruh wajahnya dengan kedua lengannya yang tersilang rapat.
"Ahhhhhh!!!"

Ckiiiittttt

Bunyi memekakkan telinga melecut nyaring menyapa tajam perungu Seokjin pun beberapa orang yag berada disekitar situ manakala Seokjin menginjak kuat rem mobilnya. Refleks Seokjin segera membuka pintu mobilnya dan mendapati seorang gadis tengah terpekur kaget setengah syok.

"Kau tidak apa-apa?" Tanyanya sedikit tersengal.

Gadis tersebut perlahan mengurai silangan lengan dari depan wajahnya, menatap presensi Seokjin didepannya yang tengah memandangi dirinya dengan sedikit khawatir.
"Kau?"

"Nona yang dibandara waktu itukan?" Terka Seokjin setelah menangkap raut wajah seorang gadis yang pernah ditemuinya tepat satu hari yang lalu.

Gadis tersebut refleks mengangguk. "Benar ahjussi." Sahutnya lagi kali ini sedikit lebih hangat daripada pertemuan pertama mereka kala itu. Meski tak dapat dipungkiri suasana canggung masih menyelimuti atmosfer keduanya.

"Boleh aku tahu namamu? sepertinya kita akan bertemu lagi setelah ini." Seokjin mengulurkan tangannya perlahan menatap gadis didepannya dengan penuh harap.

Gadis tersebut mengangguk ringan mengulas senyum tipis kemudian membalas uluran tangan Seokjin. "Namaku Seolrin, Kim Seolrin lebih tepatnya."

"Aku Kim Seokjin." Sahut Seokjin seraya menarik satu sisi bibirnya menciptakan seulas senyum indah yang terpatri sempurna diwajah paripurnanya.

"Kau sendiri ingin pergi kemana nona Seolrin?"

"Aku ingin pergi ketoko buku didepan sana ahjussi. Tapi sepertinya tidak jadi karena kurasa terlalu jauh."

Mendengar penuturan singkat dari gadis itu sontak membuat Seokjin terbahak-bahak sendiri nyaris memegangi perutnya yang terasa sedikit menegang. "Kau ini lucu sekali Seol."

"Aku? Kenapa?" Tanya Seolrin bingung melihat reaksi terpingkal-pingkal pemuda Kim didepannya.

"Kenapa kau memanggilku ahjussi eoh? Kau kira umurku berapa? Jangan panggil aku seperti itu lagi." Masih memegangi sisi perutnya.

"Lalu aku harus memanggilmu apa? Harabeoji?" Goda Seolrin.

"Yang benar saja kau ini. Aku bahkan baru memiliki satu orang putera." Tukas Seokjin.

Seolrin mengangguk samar kemudian lanjut berkata, "Baiklah tuan Kim aku akan memanggilmu oppa saja bagaimana?" Tutur Seolrin sedikit ragu pada satu kata berinisial O itu.

EpiphaniaМесто, где живут истории. Откройте их для себя