24. Be Patient

932 77 1
                                    

Namjoon masih menatap lekat bola mata ku. Dapat ku lihat jutaan rasa frustasi saling bergelut hebat didalam raut wajahnya.

"Kyosunim tidak boleh berkata seperti itu. Bagaimanapun juga kyosunim adalah adiknya. Aku yakin Jin oppa akan sangat merindukanmu." Ucap ku memberi harapan pada namja yang nampak begitu frustasi ini.

Namjoon menyeka beberapa butir air mata yang nyaris saja meluncur bebas dari pelupuk matanya.

"Benarkah? Benarkah dia sangat merindukan ku? Apa dia tidak akan membenci adik pecundangnya ini, karena sudah tega meninggalkan dia dan eomma?" Ucap namja yang sangat fasih dalam berbahasa Inggris itu namun kini tiba-tiba saja tidak fasih dalam berbahasa negaranya sendiri akibat isakan tangis yang menyertainya.

"Jangan khawatir kyosunim, temuilah dia, aku yakin dia pasti akan sangat bahagia bisa melihat adiknya lagi." Tutur ku hangat.

"Baiklah. Aku akan menemuinya jika waktunya sudah tepat. Gomawo Seijin-ah." Balas Namjoon sedikit lebih tenang.

"Kyosunim, mianhae karena waktu itu aku tidak mempercayaimu. Aku hanya terkejut saja melihat terlalu banyak kenyataan yang ku terima hari itu. Dasi mianhaeyeo."

"Nee gwenchana. Arraseo, bagaimana situasi hati mu saat itu." Ucap Namjoon ramah.

"Kyosunim Kim. Aku ingin tanya satu hal lagi."

"Mwondae?"

"Apa jangan-jangan namja yang ku lihat dari kejauhan pada saat hari pernikahan ku saat itu adalah kyosunim?" Cekat ku yang seketika saja teringat pada seorang namja misterius hari itu.

Pertanyaan sederhana ku tadi, sanggup membuat berubah seratus delapan puluh derajat suasana hati namja brilian ini.

Ia sontak terbahak-bahak setelah mendengar perkataan ku itu layaknya seseorang yang sedang menonton drama komedi saja.

Aku bereaksi heran dengan mengernyitkan dahi ku.
"Waeyeo? Ada yang salah?"

"Bahahahaha, ternyata kau sadar juga sekarang bahwa laki laki itu adalah aku. Bagaimana bisa kau baru menyadarinya eoh?"

Aku hanya tersipu malu melihat reaksi terpingkal pingkalnya itu.

"Sudah ku bilang, aku dari dulu selalu memperhatikan Jin hyung, meskipun dari kejauhan. Aku selalu melihat kegiatan disetiap harinya. Termasuk pernikahannya denganmu."

"Kenapa juga dia tidak ikut dalam resepsi itu dan menyapa oppa langsung. Ini malah seperti seorang penguntit saja sampai sekarang." Gumam ku dalam hati.

****

Obrolan panjang kami pagi ini ternyata mengundang sebuah keributan hingga mampu mengusik ketenangan alam bawah sadar Taehyung.

Taehyung pun terbangun dari mimpi indahnya dan beranjak keruang tamu untuk mencari asal muasal penyebab runtuhnya mimpi indahnya itu.

"Se... Sei bukankah orang ini yang tadi malam mengetuk...?" Taehyung memicingkan matanya tak lupa jari telunjukknya juga menyertai pada namja didepan ku ini.

EpiphaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang