18. Promise

849 83 3
                                    

Greppp...

Sesosok tangan yang lumayan panjang, menyelamatkan hidup ku saat ini. Ia berhasil meraih lengan ku yang hampir saja terjun bebas dari rooftop rumah sakit.

Padahal aku berharap agar mati saja sekalian hari ini. Agar setidaknya aku dapat menyusul appa keakhirat.

Time seolah sangat pas. Jika saja ia terlambat menangkap lengan ku barang seperkian detik saja, dapat ku pastikan setelah ini Jin akan menduda.

Ia genggam erat lengan ku lalu menarik ku perlahan sampai akhirnya aku benar-benar berada dizona aman sekarang. Ku tarik napas berulang kali sekedar untuk mengatur pergantian oksigen dan kerabat dekatnya karbondioksida didalam paru paru ku.

Sebab selama adegan dramatisir penyelamatannya tadi pada ku, jujur napas ku serasa sudah diubun-ubun saja. Dan baru kali ini aku dapat bernapas dengan lega.

Ia daratkan pelan telapak tangannya dikedua bahu ku. "Neo gwenchana?"

Mata ku membular, tangan ku yang tadi dingin kini seketika memanas. Ku tutup mulut ku dengan kedua tangan ku sebagai reaksi tak percaya pada seseorang yang kini telah berada tepat didepan ku ini.

"O... oppa, kau kah itu?" Ucap ku dengan suara bergetar.

"Nee majjayeo Seijin-ah. Nan Kim Taehyungie mu." Ucapnya dengan senyum kotak khasnya yang tersungging sempurna dari birai sensualnya itu.

Serempak kami merentangkan kedua tangan lebar. Melepas segala kerinduan yang hampir saja membludak. Saling berbagi kehangatan lewat pelukan singkat diantara kami.

"Kemana saja oppa selama ini eoh? Ku kira oppa sudah hilang ditelan bumi." Ketus ku usai melepas kerinduan diantara kami.

"Ehehe mian Seijin-ah. Aku hanya butuh waktu sendiri kemarin." Tuturnya tanpa rasa bersalah sambil menggaruk kepala belakangnya.

"Cihhhh waktu sendiri kata mu?"
Aku memalingkan wajah ku jengah dari tatapannya.

"Nee arayeo, ini salah ku. Tapi bisakah kau tatap wajah tampan oppa mu ini?" Ucapnya sedikit narsis membuat ku bergidik geli.

Rupanya penyakit percaya dirinya masih kronis

Setelah berbincang-bincang sebentar dan menjelaskan segala yang ku rasakan pada Taehyung, kami pun pergi meninggalkan tempat yang menjadi saksi bisu adegan dramatisir kami berdua tadi.

Berniat ingin kabur dari rumah sakit ini lagi, aku terhenti ketika seorang pria dewasa meneriaki ku dari ujung koridor didepan sana.

"Yaaaa neo!! Lepaskan isteri ku." Teriak Jin sembari menunjuk kearah Taehyung layaknya menunjuk seorang pencuri yang tengah tertangkap basah.

"Lepaskan isteri ku." Menarik secara paksa diriku dari rangkulan Taehyung.

Menatap ku dengan manik mata penuh tanya juga kecewa, "Seijin apa yang kau lakukan disini kau kan masih sakit, dan siapa lelaki ini?"

"Oppa ku mohon lepaskan aku." Ucap ku ketus dengan sedikit perlawanan meski aku tahu aku masih belum cukup kuat untuk itu.

EpiphaniaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz