21. Bite

820 74 6
                                    

Seijin POV

Sesaat setelah mobil ini melaju kencang akhirnya berhenti juga. Dengan sedikit agak mabuk akibat naik mobil dengan mata tertutup, dipaksanya aku berjalan dengan dituntun oleh penculik keparat itu.

Didudukkannya aku disebuah bangku dengan gerakan yang kasar kemudian membelitkan tali ditangan dan kaki ku agar aku tidak dapat lari.

Ricuh suara-suara yang saling bersautan disekitar ku hingga menggema diseluruh ruangan ahhh tidak, kurasa ini lebih besar dari sebuah kata ruangan. Membuat ku semakin tak habis pikir dimana tepatnya aku sekarang berada.

"Akhirnya kau datang juga dengan membawa berlian ini."

Suara yang cukup menggelagar menggema memenuhi seluruh ruangan ini. Begitu asing suaranya bagi indera pendengaran ku dan terkesan seram.

Siapa yang dia maksud berlian ini

Aku kah itu

Fiks, setelah ini kau akan bertemu dengan appa mu Seijin

"Sekarang tunggu apalagi. Persiapkan upacaranya!!." Pekiknya kemudian.

Suara gesekan-gesakan antara besi tipis tajam dengan kerabat dekatnya batu asahan membuat ngilu telinga serta batin ku.

Apakah hidup ku akan berakhir seperti ini? Bahkan sebelum aku memiliki anak? Berarti pertemuan ku tadi pagi dengan Jin menjadi pertemuan terakhir ku dengannya.

Sayonara no, meini let go... 🎵🎶

Pemilik suara seram itu kembali membuka suaranya, "sekarang buka penutup kepalanya dan kita mulai upacaranya." Ucapnya lagi lantang.

Settt....

Betapa terkejutnya aku ketika penutup kepala hitam ini ditarik menjauh dari kepala ku yang sedari tadi menghalangi pandangan ku. Ku kerjapkan mata berkali-kali agar aku dapat memfokuskan pupil mata ku saat ini yang masih sedikit buram.

Setelah penglihatan ku benar- benar menyorot sempurna tiba-tiba saja denyut jantung ku serasa berhenti berdegup untuk seperkian detik lamanya.

Mungkin inilah realita dari adegan-adegan yang pernah ku tonton difilm horor. Aula yang besar, gelap, dan kumuh dengan sekumpulan orang-orang aneh berjubah merah hingga menutupi sebagian wajah mereka.

Dan jangan lupa didepan ku saat ini ada sebuah perapian. Cukup besar untuk membakar manusia seperti ku.

"Bagus Kim Seokjin-ssi. Kau tidak salah mencari berlian cantik seperti ini." Ucap pemilik suara seram tadi dengan jubah merah yang sama dan sebuah sabit tajam luar biasa ditangan kirinya yang ku perkirakan bahwa dia adalah pemimpin sekumpulan orang bodoh berjubah merah ini.

Tunggu kejap,

Mwooo!!

Seokjin-ssi? Jinjjayeo??!!

Jangan katakan Seokjin yang dia maksud adalah Jin op...

Kedua mata ku sontak membular usai mendengar nama itu. Setelah ku hadapkan wajah ku kebelakang, akhirnya tatapan kami berdua bertemu jua.

EpiphaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang