2. Euphoria

699 65 1
                                    

Pansion, yeah pansion seluas sepuluh hektar itu menjadi pilihan destinasi utama pasangan Kim-kim coupple ini sebagai tempat ternyaman untuk mengistirahatkan diri mereka sejenak setelah melepas penat. Pansion dengan nuansa putih americcano home itu terletak tepat bersebelahan dengan sebuah pantai indah dengan pasir putih yang menghampar sempurna membaluri sepanjang banteran bibir pantai biru cerah tersebut.

Luar biasa menakjubkan.

Usai menaruh beberapa koper kekamar yang telah mereka pesan sebelumnya, Seokjin memutuskan untuk mengajak Seijin pergi keluar. Niatnya hendak mengajak sang isteri untuk menikmati barang sejemang saja surga kuliner bercita rasa oriental luar biasa yang sanggup memanjakan indera perasa mereka, manakala lezatnya perpaduan bahan makanan serta bumbu dapur tersebut menyentuh perlahan papila lidahnya.

Dan setelah berfikir yang cukup singkat, Seokjin menjatuhkan pilihannya pada sebuah restoran china yang terletah tak jauh didepan pansion mereka berada.
Harum aroma daging sapi yang diasapi ditambah bumbu-bumbu dapur lainnya tercuat nyata merasuki hidung Seijin tatkala dirinya mantap memijakkan tungkai kakinya keperhelatan utama restoran tersebut.

"Kau ingin makan apa Sei?" Ucap Seokjin setelah menarik kilas sebuah kursi lalu mempersilahkan Seijin untuk duduk disana.

"Apa saja oppa asal yang ada saus tomatnya." Ucap Seijin girang seraya mengulas senyum kentara diwajahnya.

Usai memesan makanan pada salah satu writer yang ada disana, tak lama kemudian writer tersebut pun kembali dengan membawa beberapa santapan pesanan mereka tadi. Nampak begitu rapi tersusun diatas sebuah nampan yang tengah ia bawa.

"Selamat menikmati tuan nyonya." Ucapnya ramah kemudian membalikkan badan mengundurkan diri, meninggalkan pasangan Kim-kim coupple itu untuk sejenak menikmati kudapan khas negeri tirai bambu itu memanjakan lidah mereka.

Dua piring koloke, segelas blue ocean soda, serta squash lemon ice telah memenuhi nyaris sebagian dari meja kayu persegi didepan Seijin saat ini. Tak tertinggal pula dua piring red bean bun telah bersemayam nyaman menghiasi sudut meja persegi tersebut.

Seijin tak tahan menunggu berlama-lama. Entah mengapa godaan kenimatan dunia itu seolah menarik dirinya untuk segera melahap habis semua kudapan memikat didepannya, seakan makanan tersebut memiliki kekuatan magnet yang luar biasa magis. Lantas Seijin pun segera menyambar dua buah sumpit aluminium disebelahnya, dan sesegera mungkin mengapiti daging ayam diatas piring yang sudah dibaluri dengan banyak saus tomat itu.

Seokjin kembali terhenyak menatap tingkah sang isteri dengan seulas senyum yang terpatri indah diwajahnya. "Kau suka?"

Seijin tak menjawab. Masih bungkam. Presensi Seokjin didepannya tak akan mampu membuat perhatiannya dari kudapan didepannya ini teralih.
Pun Seijin masih tetap pada kegiatan sakralnya. Melahap habis seluruh koloke yang ada didepannya hingga setitik saus tomat mengaliri sudut bibirnya pun lantas tak membuat dirinya bergeming.

Ia terlalu fokus untuk melahap habis semua daging koloke itu, sampai pada akhirnya sebuah ibu jari hangat menghapus pelan jejak merah dari saus koloke yang menghiasi satu sisi birai Seijin. Sontak membuat Seijin seketika meremang sedikit terkejut dengan perlakuan spontan Seokjin.

"Kau selalu saja seperti itu. Seperti anak kecil." Gumam Seokjin kemudian kembali meraih sumpit miliknya yang sempat ia lepas beberapa saat yang lalu.

"Ti... tidak. Tentu saja tidak. Aku hanya tidak sadar saja tadi karena saking fokusnya dengan makanan ini." Seijin berkelit, mencoba menyamarkan rona merah diwajahnya yang nyaris menyamai merahnya saus tomat koloke didepannya.

EpiphaniaWhere stories live. Discover now