I'll Make You Fall Into Me

15.7K 2.8K 626
                                    

"I'm at payphone trying to call home... all of my change i spent on you... where have the times gone, baby it's all wrong... where are the plans we made for two.."

Wooseok menghentikan sejenak pekerjaannya mengerjakan data-data pasien ketika ponsel yang ia letakkan di atas tempat tidurnya berdering nyari, memperdengarkan lagu yang dulu membuatnya bertemu Midam pertama kalinya ketika keduanya masih duduk di bangku SMA. Ia lantas meninggalkan laptop dan pekerjannya, kemudian berjalan ke arah tempat tidur.

Ada nama Jinhyuk tertulis di sana, lengkap dengan foto super narsis mengenakan setelan autopsi dan kacamata hitam nyentrik yang menutupi matanya, dan sialnya foto itu diambil saat Jinhyuk sedang menaiki Vespa kuning kesayangannya. Wooseok terkekeh sebentar saat mengingat Yuvin uring-uringan setengah mati setahun lalu saat memotretkannya di depan rumah sakit.

Kenapa harus pakai foto profil sementereng itu sih?

Wooseok menekan perintah terima dan menempelkan ponsel ke telinganya. "Hey. Kenapa menelepon malam-malam?" tanyanya langsung pada intinya.

Di ujung sana, Jinhyuk terkekeh. "Gue baru pulang dari Paris."

Wooseok menaikkan sebelah alisnya. "Kok gue baru tau lo dari Paris? Kapan berangkatnya? Kok udah pulang aja?"

"Seminggu lalu gue berangkat dan tadi siang gue pulang pake penerbangan terakhir. Sekarang baru sampe."

Wooseok mengangguk, meski ia tahu kalau Jinhyuk tidak akan melihat gerakannya. "Ya udah mendingan lo istirahat. Besok udah mulai kerja lagi kan?"

"Seok, coba lo keluar balkon."

Alis Wooseok naik semakin tinggi. "Ngapain? Gak ah. Habis hujan, pasti dingin. Ngomong aja sekarang. Gak usah sok misterius."

Jinhyuk tertawa di ujung sana. "Udahlah, nurut sama gue. Keluar ke balkon sebentar aja. Lo gak akan nyesel karena kedinginan."

Mata bulat Wooseok  yang terhalangi kacamata bulat mengarah ke arah pintu balkon kamar apartemennya yang tertutup rapat. Beberapa jam lalu hujan deras, pasti dingin kalau dia membuka pintu balkon karena angin malam akan masuk bersamaan.

"Wooseok."

Wooseok terbangun dari lamunannya. "Iya, bentar gue jalan ke balkon. Sok misterius banget lo. Tinggal bilang sekarang, selesai. Pake acara suruh ke balkon segala lagi."

Jinhyuk hanya tertawa di ujung sana, dengan latarbelakang berisik dari beberapa barang yang berjatuhan dan suara bagasi mobil yang dipaksa menutup dengan gerakan kasar. Bahkan Wooseok hampir melemparkan hapenya saat ia mendengar suara bagai mobil Jinhyuk yang ditutup kasar.

Saat Wooseok berjalan ke arah balkon, dia tidak melihat apa-apa di depannya. Hanya ada beberapa bangunan di sekitar gedung apartemennya.

"Hyuk, kalo lo cuma mau ngerjain gue, jangan gini caranya," desisnya.

Jinhyuk tertawa dan sialnya tawa itu terdengar lebih nyata daripada sekedar suara dari saluran telepon. "Ke bawah, Seok. Lihat ke bawah."

Wooseok menurunkan pandangannya dan kali ini ia melihat Jinhyuk sedang bersandar di badan mobil Audi hitamnya, mengenakan jaket berwarna green army yang membalut tubuhnya dan celana jeans hitam yang membalut kaki jenjangnya, juga rambutnya yang ditata semenarik mungkin. Residen forensik itu tampak mengapit ponselnya di antara bahu dan telinga kirinya, sementara keduanya tangannya memegang remot pengendali.

 Residen forensik itu tampak mengapit ponselnya di antara bahu dan telinga kirinya, sementara keduanya tangannya memegang remot pengendali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Malam, Wooseok. Apa kabar?" katanya riang sambil berusaha melambai dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya masih memegang remot pengendali.

Wooseok menganga. "Lo ngapain di bawah sana, Hyuk? Kok tumbenan lo bawa mobil? Di mana Vespa kuning nyentrik lo?"

Jinhyuk tertawa. "Vespa gue masuk bengkel gara-gara bannya kena paku pas dipake si Yuvin minggu lalu sebelum gue berangkat ke Paris. Jadi gue pinjem mobil papa. Oh ya, kan gue juga gak bisa bawa drone pake motor. Yang ada gue bakalan kejengkang."

"Drone? Buat apaan?"

Jinhyuk tersenyum. "Tunggu di atas sana."

Jinhyuk terlihat meletakkan ponselnya yang masih tersambung dengan ponsel Wooseok di atap mobilnya, kemudian ia menyiapkan seperangkat drone putih yang sudah ada di atas atap mobilnya. Ada beberapa balon dengan berbagai warna di beberapa bagian dronenya, sementara di bagian bawahnya menggantung sebuah paperbag yang sengaja digantungkan untuk dibawa oleh drone putih itu menuju Wooseok yang  berdiri di lantai 2 gedung apartemennya.

"Jinhyuk, lo mau apa?"

"Tunggu bentar!"

Drone putih itu terbang perlahan meninggalkan landasan utamanya. Dari atap mobil menuju ke arah Wooseok yang masih berdiri tidak mengerti di balkon apartemennya. Residen obsgyn berwajah manis itu hanya menatap tidak mengerti ke arah Jinhyuk yang tersenyum lebar ke arah drone yang terus terbang meninggi, kemudian beralih menatap drone dengan hiasan berbagai balon yang mendekat ke arahnya.

"Wooseok, ambil tasnya."

Saat drone itu mendekat dan berhenti terbang di pagar pembatas balkon, Wooseok mengambil paperbag yang menggantung di sana dan beberapa saat kemudian, drone putih itu turun bersama balon-balonnya, kembali menuju Jinhyuk.

"Ini apa?" Wooseok bertanya dengan setengah berteriak sambil mengangkat paperbag di tangan kanannya, sementara tangan kirinya masih menahan ponselnya.

Jinhyuk kembali bersandar di sisi mobilnya setelah ia mendaratkan kembali dronenya dan menempelkan ponselnya ke telinga. "Sesuatu buat lo. Buka aja."

Wooseok menahan ponselnya dengan bahu, sementara kedua tangannya membuka paperbag coklat di tangannya perlahan. Dan di bawah sana, Jinhyuk sedang tersenyum mengamati cara Wooseok membuka hadiah yang diberikannya lewat drone tadi.

"Jinhyuk, ini..."

Jinhyuk berdiri tegak dari posisinya dan mendongak untuk menatap Wooseok yang harus menunduk untuk menatapnya. "Wooseok, gue gak peduli secinta apa lo sama Midam atau sedalam apa perasaan lo sama Midam, tapi gue udah mutusin kalo gue gak akan nyerah buat dapetin hati lo."

Wooseok membisu. Tangannya masih menggenggam sekotak cincin berwarna perak yang ditempatkan dalam sebuah kotak beludru berwarna hitam. Di bagian luar cincin itu terukir sebuah kalimat dalam bahasa Perancis.

C'est toi que mon coeur a choisi
Kamulah yang telah dipilih hatiku.

"I will get your heart and I swear, I will not give up on that. Kim Wooseok, je t'aime."

Wooseok masih tertegun di tempatnya, hingga tanpa sadar ia menggenggam erat kotak cincin di tangannya, sementara di bawah sana, Jinhyuk tetap bertahan dengan senyum sumringahnya.

"Make me fall in love if you really want my heart."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.

Btw, Jinhyuk multilingual ya? Bahasa Korea, bahasa Inggris, bahasa Perancis, dan bahas Alam Ghaib 😶😐

COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]Where stories live. Discover now