Two Broken Hearts

14.2K 2.4K 769
                                    

"Midam, main yok~"

Wooseok melongokkan kepalanya ke dalam kamar Midam sambil tersenyum lebar. Ia tersenyum makin lebar saat melihat Midam sedang duduk di balik meja dan mengetik sesuatu di laptopnya, sambil sesekali menegok ke arah buku-buku tebal yang disusun di samping laptopnya. Kemudian menggerutu kecil saat Wooseok mengagetkannya.

"Ini masih pagi. Kamu gak ke rumah sakit?" tanya Midam sambil memutar badannya ke arah Wooseok yang kini duduk di pinggiran tempat tidurnya setelah ia selesai dengan sesi mengomeli buku yang tidak berdosa.

Wooseok menggeleng sebentar. "Aku dapet libur sehari. Karena lagi gak ada panggilan buat SC CITO, jadi aku ke sini. Apartemenku juga sepi. Kamu sendiri kenapa gak ke rumah sakit?"

"Lagi dapet libur sehari," Midam menjawab pelan sambil membenarkan letak kacamatanya yang mulai melorot.

Wooseok mengulum senyum. Midam benar-benar cocok dengan sweater merah muda yang dipakaikanya sekarang, juga dengan celana training hitam yang membalut kakinya, rambut hitam yang tidak pernah terkena sentuhan cat rambut, dan kacamata bulat yang bertengger manis di hidungnya. Hanya satu kata, sempurna.

"Tapi masih ada kerjaan yang belum selesai, jadi harus dibawa pulang." Midam mengerucutkan bibirnya kesal sambil menggeleng, kemudian ia kembali menatap ke arah Wooseok. "Kamu udah sarapan?"

Wooseok menggeleng. "Belum. Sarapan di sini boleh?"

Midam mengangguk. "Boleh sih, tapi tunggu aku selesai ya? Bentar lagi selesai. Nanti aku masakin sekalian."

Wooseok mengangguk dan mulai berbaring dengan posisi tengkurap di tempat tidur Midam, sedangkan Midam kembali pada pekerjaannya yang tertunda. Wooseok meraih sebuah boneka kucing yang membawa lambang hati bertulis Midamnya Wooseok yang dulu ia berikan sewaktu mereka berdua diwisuda. Kalau diingat, Midam waktu itu juga memberikan hadiah untuk Wooseok saat mereka diwisuda.

Wooseok merogoh saku jaketnya untuk mengambil ponselnya. Ada sebuah gantungan di sudut ponselnya. Sebuah gantungan berbentuk beruang kutub yang sedang menunjukkan wajah galaknya dan beruang kutub itu sedang memegang sebuah papan, di mana pada papan itu terdapat sebuah ukiran berbunyi...

Wooseoknya Midam.

Wooseok terkekeh saat menyandingkan gantungan ponselnya dengan boneka milik Midam. "Kamu masih nyimpen boneka ini ternyata. Aku kira udah kamu buang setelah beberapa tahun, Dam," katanya.

"Enggak. Ngapain kubuang? Aku gak setega itu mau buang barang yang kamu kasih, Seok. Walaupun kamu sering ngasih barang, termasuk yang aneh-aneh, aku tetep sayang boneka itu."

Wooseok tertawa pelan dan kembali mengantongi ponselnya. Ia masih betah memandangi boneka kucing di depannya. "Kucingnya mirip kamu ya, Dam?"

"Beruangnya juga mirip kamu, Seok."

"Tapi kamu lebih mirip kucing."

"Aku bukan Garfield."

Wooseok menoleh ke arah Midam sebentar, kemudian kembali menatap boneka di depannya. "Yang bilang kamu Garfield siapa sih? Aku bahkan gak manggil nama Garfield."

"Terserah, Wooseok. Diem dulu. Kerjaanku masih banyak. Kalo gak selesai, nanti kamu gak sarapan."

Kemudian Wooseok memilih diam dan memejamkan matanya, kembali pada masa-masa ia pertama kali bertemu Midam saat masih SMA. Ia sudah berteman dekat dengan Midam saat masih SMA, hingga pada penghujung kelas 11, ia mulai menaruh hati pada sosok Midam, dan perasaan itu bertahan hingga sekarang.

Midam sangat pendiam dan hampir tidak punya teman selain Wooseok.

Midam menyukai Oreo vanilla yang dicelup dengan susu coklat.

COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]Where stories live. Discover now