Di Bawah Payung Hitam

13.3K 2.5K 640
                                    

My Polar Bear Seokie💜

Nggak bisa nganter pulang hari ini. Aku ada SC CITO, terus diajak dokter Sakura nggak tau ke mana nanti. Sama dokter Minhyun juga.

Kamu kalo pulang hati-hati di jalan

Pulang sama siapa?

Baby?

Hati-hati di jalan. Tadi sore mendung, sekitar jam 7 tadi gerimis

Kamu pulang sama siapa?

Masih sibuk?

Aku beneran nggak bisa nganter

Baby?

Hati-hati di jalan💙

Midam memanyunkan bibirnya saat melihat sederet pesan singkat yang dikirimkan Wooseok padanya sekitar 2 jam lalu. Kebiasaan Wooseok saat mengirim pesan adalah tidak menjadikannya satu walaupun singkat, tapi memilih mengirim berulang kali dengan inti yang sama. Benar-benar tipikal seorang Kim Wooseok yang tidak pernah berubah sejak dulu.

"Apasih pake baby... baby? Pasti kebanyakan ngurus bayi, makanya jadi pengen punya bayi. Dasar manusia kurang kerjaan," gumamnya sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

Hujan masih turun deras, lebih deras daripada saat Midam baru keluar dari rumah sakit. Dan hari ini ia tidak membawa mobil akibat ada masalah pada bannya. Pagi tadi Wooseok menjeputnya, tapi malam ini tidak bisa mengantarnya pulang karena Wooseok masih memiliki urusan dengan pasien dan dokter konsultan. Apa boleh buat? Midam harus menunggu hujan reda dan pergi ke halte atau mencari taksi, yang sialnya tidak ada satupun taksi yang mangkal di tengah hujan di depan rumah sakit.

Midam menyandarkan tubuhnya di pilar sambil menatap hujan yang tidak kunjung reda, berharap kalau tidak akan ada petir yang menyambar. Ia ingin menunggu di dalam rumah sakit, tapi sepertinya tidak menyenangkan kalau ia menunggu di tengah kegiatan rumah sakit yang tidak ada hentinya. Bukannya apa, ia takut keberadaannya menganggu orang-orang yang masih bekerja di sana. Jadi lebih baik ia menunggu di luar. Setidaknya ini lebih baik daripada berada di dalam sana.

"Lagi nunggu hujan reda, kak?"

Midam menegakkan tubuhnya saat mendengar seseorang seperti sedang bicara padanya. Ia lantas menoleh ke sumber suara dan melihat Seobin berdiri di sampingnya, dengan tas yang disampirkan ke bahu kirinya, tangan kirinya yang memegang sebuah payung berwarna hitam, sedangkan tangan kanannya menenteng snellinya.

Midam membuang pandangannya, kemudian mengangguk kaku.

Seobin mendongakkan kepala. "Hujannya deres juga ternyata. Aku kira dari dalam tadi, nggak seberap deres. Ternyata deres gini," gumamnya.

Lagi-lagi Midam hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suara.

Seobin menoleh ke arah Midam. "Tadi selesai jaga poli jam berapa?"

"Jam 5 sore," jawabnya lirih.

Seobin menaikkan sebelah alisnya, kemudian mendekat ke arah Midam, membungkuknya sedikit badannya hingga membuat telinga kanannya lebih dekat dengan bibir Midam. "Jam berapa, kak?" tanyanya lagi.

Midam mengerjap kaget dan mundur selangkah untuk menjauhi Seobin. "Jam 5 sore," jawabnya, kali ini suaranya lebih tinggi.

Seobin mengangguk dan menegakkan tubuhnya. "Oh iya, kan tadi aku yang ngunci poli pas udah kosong nggak ada orang. Hehehe..."

Midam hanya diam. Tidak menanggapi Seobin. Ia hanya sibuk memandang hujan yang hujan semakin deras, sambil merutuki kenyataan bahwa sekarang hujan, tidak ada mobil, tapi ada Seobin. Di saat seperti ini, Midam ingin bersembunyi di belakang punggung Wooseok atau memilih ditemani adiknya yang sedang jaga malam di IGD.

COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]Where stories live. Discover now