The Other Side of Song Yuvin

15.4K 2.4K 700
                                    

"Dokter Yuvin, maaf saya terlambat, dok. Tadi ada sidak konsulen tiba-tiba. Sebenarnya bukan pasien saya, tapi gak enak aja kalo saya tiba-tiba pergi dari sana, dok."

Yuvin mengangguk saat melihat Yohan mendekat ke arahnya yang sedang bersandar di pinggiran mobil Jazznya malam itu. Dokter Muda berparas manis dengan kaki jenjang itu berjalan semakin mendekat ke arah Yuvin dan residen bedah itu menegakkan tubuhnya, kemudian tersenyum ke arah pacarnya.

"Tadi pasien kamu banyak?" tanyanya sambil mengulurkan tangan untuk mengambil alih snelli dan tas Yohan dari tangan pacarnya.

Yohan mengangguk dan menyerahkan tas, juga snellinya pada Yuvin. "Banyak, dok. Udah hampir akhir stase penyakit dalam, tapi masih banyak pasien yang keluar masuk atau masuk gak keluar-keluar. Belum lagi keadaan pasiennya waktu diedukasi malah bikin saya kesel. Beberapa residen sampe ngeluh, dok. Mereka ngeluhnya ke koass, tapi koass ngeluhnya cuma ke sesama koass yang masalahnya sama."

Yuvin tersenyum dan mengusap puncak kepala Yohan lembut. "Sabar ya? Bentar lagi stase penyakit dalam selesai, ganti ke stase bedah. Nanti saya bantuin kalo kamu butuh bantuan."

Yohan mengangguk dan merona saat usapan lembut Yuvin turun ke pipinya. "Kabar anak dokter gimana? Udah ada perkembangan yang signifikan?" tanyanya.

"Udah ada perkembangan yang bagus, Han. Karena sebagian besar jaringan tumornya berhasil diangkat dalam operasi, tinggal beberapa kali kemoterapi buat bikin benar-benar bersih dari sel-sel tumor. Untuk sekarang, dia masih pemulihan di bawah pengawasan ahli saraf pediatrik. Saya harap dia cepet sembuh, biar bisa ketemu kamu."

Yohan tersenyum lebar. "Dulu anak dokter sakit tumor apa? Beberapa waktu yang lalu, Dongpyo sempat bahas soal glioblastoma. Saya jadi tertarik belajar bedah onkologi sama bedah saraf, terus keinget kalo anak dokter kena tumor. Kalo boleh saya tau, tumor apa, dok?"

"Medulloblastoma, tumor yang ada di otak kecil. Tumor itu bersarang di bagian otak yang mengontrol gerak fisik, keseimbangan, dan bicara. Waktu itu dia emang menunjukkan gejala-gejala yang mengarah ke medulloblastoma. Dia sering ngerasa pusing, muntah, dan sering pingsan. Sewaktu diperiksa lewat pemeriksaan neurologis, hasilnya gak benar-benar menunjukkan kalo ada tumor yang tumbuh di otak kecilnya, tapi sewaktu di CT Scan, diagnosa udah mulai tegak kalo dia mengidap medulloblastoma. Waktu itu dokter saraf pernah curiga kalo itu mungkin glioblastoma karena ada kesamaan gejala, tapi ternyata bukan glioblastoma."

Yohan menatap serius ke arah Yuvin. "Lalu dokter saraf bilang apa sama dokter sebelum tindakan operasi itu diambil?"

"Dokter Minhyun yang waktu itu memimpin operasinya bilang sama saya, mungkin karena saya residen bedah, dia bilang kalo volume tumor yang bisa diangkat secara maksimal dengan tindakan operasi hanya 70%, sedangkan sisanya akan dikemoterapi. Saya tau kalo kemoterapi memang membunuh sel-sel kanker, tapi juga merusak sel-sel sehat di sekitarnya. Saya sempat bimbang, tapi melihat dia yang ingin hidup dan bertahan sejauh ini, dia yang menaruh harapan di tangan saya, dan saya taruh harapan itu di tangan dokter Minhyun, di tangan dokter Yena, di tangan segenap dokter dan perawat yang waktu itu terlibat dalam operasi, termasuk dengan Yunseong. Dan saya berterima kasih sama mereka yang bekerja keras untuk anak saya, Han. Walaupun bukan anak kandung saya, saya merasa bertanggungjawab soal dia."

Yohan tersenyum dan maju beberapa langkah untuk mengalungkan tangannya ke leher Yuvin, memberi residen bedah itu sebuah pelukan. "Saya bangga sama dokter."

Yuvin tersenyum dan membalas pelukan Yohan dengan satu tangannya yang bebas. "Han, nginep di apartemen saya ya malam ini?"

Yohan mendadak kaku dalam pelukan Yuvin. Pipinya tiba-tiba memanas, apalagi saat residen bedah itu tiba-tiba mengusap pinggangnya. "Dok..."

COASS COOPERATE 2.0 [ProduceX101 Ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang