Cinderella dan Pangerannya

787 152 3
                                    

!!!
Kalau kalian suka sama ceritanya, please banget untuk sempetin ngevote. Caranya gampang kok, tinggal klik bintang aja.
!!!































Sabtu pagi ini mood gue sangat cerah karena Papah dan Mamah sudah berada di Jogja hari ini. Gue bisa ngelakuin apa pun hal yang disuka seharian tanpa ada yang ganggu atau bahkan protes. Hari ini adalah hari di mana olimpiade renang Kak Galen dilaksanakan dan gue akan dateng untuk melihat serta mendukung Kak Galen di perlombaannya ini.

Gue mematut diri di cermin, tersenyum sembari menyisir rambut dan membiarkannya tergerai. Setelah dirasa penampilan telah cukup baik, gue pun keluar kamar menuju ruang makan untuk sarapan. "Pagi, Budhe," sapa gue kepada asisten rumah tangga yang memang biasa gue panggil Budhe.

"Lho, Kak Anggi, tumben sudah rapi jam segini, mau ke mana?" Budhe Ita menatap gue heran.

Yap, memang saat weekend gue lebih suka menghabiskan waktu untuk tidur di rumah. Bangun siang dan Papah juga gak ngelarang karena Mamah telah wanti-wanti sama Papah untuk gak menekan anak-anaknya di hari libur.

Gue tersenyum. "Ada deh."

Melihat Budhe yang memberikan coklat panas, senyum gue semakin lebar dan langsung menyesap habis coklat panas itu. "Ndok, pelan-pelan, nanti keselek."

Gue hanya nyengir lalu mengelap bekas susu di bibir dengan tissu. Setelah itu berlari keluar mencari Padhe Yusuf untuk memintanya mengantarkan gue ke arena tempat perlombaan Kak Galen dilaksanakan. "Padhe, anterin aku dong," ucap gue pelan kepada Padhe Yusuf yang sedang ngopi di pelataran rumah.

"Eh, Kak Anggi, mau ke mana, pagi-pagi sudah cantik?"

Gue nyengir. "Mainlah, Padhe. Kan anak muda."

Padhe Yusuf tertawa kecil, lalu memasuki mobil dan mulai menyalakan mesin mobilnya. Gue pun langsung ikut masuk ke dalam mobil kenudian duduk di tengah. "Ke gedung olahraga, ya, Padhe," ucap gue.

"Siap."

Mobil pun melaju meninggalkan pelataran rumah, mulai menyusuri jalanan kota Jakarta yang macetnya gak pernah absen. Gue duduk dengan resah karena lombanya dimulai jam delapan pagi, sedangkan sekarang sudah tepat jam delapan, tapi gue masih setengah perjalanan. Bakalan telat nih sampai sana.

"Ngomong-ngomong, Kak Anggi mau ngapain ke gedung olahraga? Mau olahraga?"

Gue menggeleng. "Teman aku ada yang lomba di sana, aku mau lihat."

Padhe mengangguk paham, percakapan pun berhenti di sini. Bahkan saat kami telah hampir sampai di gedung olahraga, Padhe juga gak bertanya macam-macam. Untunglah Padhe bukan tipe orang yang mau tahu urusan orang lain, dia pun bertanya mungkin hanya untuk basa-basi saja.

Sampai di gedung olahraga, dengan tergesa-gesa gue memasuki gedung dan langsung berlari menuju tempat lomba dilaksanakan. Benar saja, saat sampai, perlombaan telah hampir usai dan gue kedapatan duduk di tribun bagian belakang. Mata fokus mencari keberadaan Kak Galen dan tersenyum setelah berhasil menemukannya di antara para peserta lain, lalu ikut bersorak menyemangati.

Tapi senyum gue memudar saat melihat Kak Galen kalah dalam perlombaannya. Apalagi saat melihat wajah Kak galen yang terlihat sedih namun, tetap dipaksakan tersenyum untuk memberi selamat kepada pemenangnya, membuat gue menatapnya sendu.

Setelah perlombaan usai, satu persatu penonton meninggalkan tempatnya. Tapi gue masih duduk di sini, menunggu Kak Galen keluar dari ruang ganti. Mungkin sedikit support dan kata-kata penyemangat bisa membuat mood Kak Galen membaik. Jadi, gue berniat untuk menghibur Kak Galen. Tepat saat Kak galen keluar dari ruang ganti, gue bergegas untuk menghampirinya dengan senyum manis terpatri di bibir.

The Ambition [End]Where stories live. Discover now