Little Things

681 123 0
                                    

!!!
Hallo gaes, gak lupa kan untuk ngevote? Monggo di klik dulu bintangnya.
!!!






















Malamnya, gue ditemani Bang Tama mencari kue ulang tahun untuk Genta. Rencananya gue mau kasih kejutan jam dua belas malam nanti ke Genta. Kami berkeliling mencari toko kue yang murah karena budget yang gue punya gak banyak.

"Dek, beli kue yang ini aja nih lucu gambar spongebob." Bang Tama menunjuk salah satu kue yang berukuran kecil berwarna kuning yang di atasnya ada ukiran wajah spongebob.

"Mana suka Genta kue yang beginian, kayak anak kecil katanya. Dia gak mau, Bang."

Iya, padahal Genta masih anak keci,l tapi gayanya sok tua. Gak pernah Genta nontonin kartun macam gitu, dia paling suka film-film disney genre fantasy.

"Yaudah blackforest aja."

"Genta gak suka, dari pada blackforest dia lebih suak redvelvet."

Pilhan gue jatuh pada kue redvelvet ukuran kecil. Genta pernah bilang kalau dia suka sama redvelvet cake. Gue langsung membayar kue tersebut dan pergi meninggalkan toko. Tapi Bang Tama bilang gak mau langsung pulang, dia mau jalan-jalan dulu cari angin. Sekalian refreshing karena tugas kuliahnya bikin dia mumet katanya.

"Bang Tama, lo udah punya cewek?" tanya gue asal.

Bang Tama menggeleng. "Kan gue baru putus sama cewek gue seminggu yang lalu."

"Yakali aja udah dapet yang baru. Eh, apa lo belom move on?"

Bang Tama tertawa hambar. "Gak usahbahas gituan, anak kecil mana ngerti," cibirnya.

Gue memanyunkan bibir, percakapan pun dilanjutkan dengan pertanyaan Bang tama yang menanyakan tentang sekolah gue, pelajaran gue, dan pertanyaan-pertanyaan ringan lainnya. Sesekali gue juga ikut bertanya balik ke Bang Tama tentang kuliahnya dan beberapa kali celetukan Bang Tama membuat gue tertawa.

"Ada apaan sih tuh rame banget," ucap Bang Tama tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan.

Pandangan gue mengikuti ke arah mata Bang Tama dan melihat sebuah kafe yang ramai dengan sekumpulan anak-anak muda. Karena kaca kafenya bening jadi, gue bisa dengan leluasa melihat apa yang terjadi di dalam.

"Acara ulang tahun, Bang, kayaknya. Tuh, lihat ada dekorasi khas ulang tahun."

"Iya kayaknya."

Gue menipiskan bibir, menatap ke dalam kafe dengan senyum miris. "Pengin deh sweet seventeen gue kayak gitu."

Bang Tama mengusap kepala gue lembut. "Bisa aja kok, nanti dirayain di fastastic kafe."

Gak yakin sih bisa ngerayain sweet seventeen semeriah itu, karena gue telah janji kepada diri sendiri untuk gak merayakan ulang tahun tanpa Arletta. Gak adil kalau gue sendirian yang merasakan senang saat merayakan hari sweet seventeen sedangkan gue gak tau di mana dan bagaimana keadaan Arletta.

Mamah pernah bilang, apapun yang gue rasakan harus dirasakan Arletta, begitu juga sebaliknya. Kalau gue bahagia Arletta juga harus merasakan hal yang sama dan kalau Arletta sedih gue juga harus merasakan hal yang sama. Jadi, semenjak Arletta menghilang, hari ulang tahun sudah tak pernah seistimewa dulu lagi. Mamah gak pernah ngasih gue kado ulang tahun bahkan ucapan selamat ulang tahun. Mamah lebih milih memberi hadiah berupa doa, karena hanya itu hadiah yang paling adil untuk kami berdua. Berbeda dengan Papah yang hetic banget saat gue ulang tahun, dia akan menanyakan apa mau gue untuk hadiah ulang tahun.

The Ambition [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang