Konspirasi

647 139 9
                                    

!!!
Yang sampai sini masih baca, gak lupa ngevote kan? Yaa kan? Ayok di klik bintangnya, tinggal klik aja kok.
!!!


























Jumat bersih gak pernah absen untuk dilakukan. Setiap pulang sekolah di hari jumat, sekolah rutin melakukan kegiatan jumat bersih ini. Anak-anak murid wajib membersihkan seluruh sekolah. Bukan hanya kelas, tapi juga ruangan-ruangan lainnya, seperti lapangan indoor, laboratorium, taman, ruang seni, dan sebagainya.

Setiap kelas akan dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok untuk membersihkan rungan kelas dan satunya lagi akan membersihkan rungan lainnya di luar kelas. Gue kebagian untuk membersihkan taman bersama Jihan, Hasna, Anna, Hanna, Lintang, Julian, Aksa, Gilang dan Adam. Kami berjalan bersama-sama menuju taman sekolah.

"Awas-awas aer panas!" teriak Zikra nyaring seantero koridor.

Gue menggeleng melihat kelakuan Ian dan Zikra. Ian menginjak kain pel sembari memegang ember yang sudah berisi air, lalu Zikra menarik gagang pel tersebut dan menjadikanya sebuah mainan. Gue tertawa kecil saat melihat orang-orang yang ada di koridor langsung minggir ketika Zikra berteriak.

"Woy, kok gak ngajak gue?" Adam misuh-misuh melihat kawannya bermain tanpa mengajak dirinya.

"Siapa lo?" balas Ian dan Zikra serempak membuat gue kembali terkekeh.

"Udah ayuk, Dam, nanti aja mainnya."

Gue menarik lengan baju Adam dan kembali berjalan beriringan menuju taman sekolah, sedangkan yang laimnya sudah berada jauh di depan. Sesampainya di sana, kami tak langsung bergerak untuk membersihkan taman yang penuh dengan dedaunan yang gugur. Kami saling tatap, enggan melakukan acara bersih-bersih ini.

"Kuy, gerak cepat, biar cepat kelar," kata Adam mendului lalu mengambil sapu lidi di bawah pohon jambu.

Yang lainnya pun berpencar, mengambil peralatan untuk bersih-bersih. Gue lebih milih untuk menyirami tanaman-tanaman kecil dengan selang bersama Jihan, Anna, Hanna, Lintang dan Gilang. Sisanya membersihkan sampah dan memberikan pupuk pada tanaman-tanaman kecil. Tapi ada satu orang yang jadi perhatian gue karena hanya dia gak kerja. Aksa, cowok itu malah naik ke pohon ceri lalu dengan enaknya memakan buah ceri sambil duduk di atas ranting pohonnya.

Gue gak tinggal diam melihatnya, tangan gue yang memegang selang terarah pada Aksa. Aksa mengumpat, "Eh ,apaan sih ini woy, basah gue."

Gue pura-pura gak tahu kalau di pohon ceri ada orang. "Eh, ada orang ya?"

"Elah ini gue, Gi. Aksa."

Gue terkikik, masih mengarahkan selang ke pohon ceri. "Eh, kok lo di situ? Maaf, ya, pohon cerinya lagi gue kasih asupan nih, sekalian aja lo ikutan."

"Sialan lo."

Aksa melempari gue buah ceri. Gue mencoba menghindar. Beberapa buah ceri itu mengenai tubuh gue. Membuat gue menjauh dari pohon ceri dan melindungi wajah agar tak kena serangan dari Aksa. Aksa malah mengumpulkan buah ceri di tangannya, turun dari pohon lalu kembali melempari gue cerinya.

Tangan gue kembali mengarahkan selang ke Aksa yang sudah basah kuyup, sembari berlari menghindari Aksa. Cowok itu mengejar sambil tertawa yang tawanya nular ke gue. Tangan gue bergerak asal di belakang tubuh sembari berlari dengan kepala yang menghadap ke depan. Beberapa orang yang gue lewati tak sengaja terkena cipratan air membuat mereka mengomel tak suka, tapi gue abai.

Saat ceri di tangan Zikra habis, barulah Zikra berhenti mengejar. Hal ini gue manfaatkan untuk menyemprotkan air ke Zikra. "Eh, Pak Topik." Aksa berucap panik sembari menunjuk ke belakang gue.

The Ambition [End]Where stories live. Discover now