Alun-alun Jogja

526 109 0
                                    

!!!
Jangan abaikan bintang di pojok bawah kiri itu yaa.
!!!

























Tiinnnn!

Gue berjengit kaget saat mendengar suara klakson. Badan gue langsung berbalik hendak memaki orang yang seenak udel membunyikan klakson. Padahal gue udah jalan di trotoar masih aja diklaksonin, salah apa gue? Tapi niat gue urung saat melihat Ranggalah orang yang membunyikan klakson itu.

"Mau kemana lo malem-malem gini? Emang lo tahu jalanan Jogja? Lo gak tau kan jalanan Jogja kalo malem gimana? Lo cewek, jalan sendirian malem-malem gini, kalo diculik orang gimana? Buruan naek, gue anter."

Gue menarik sudut atas bibir, sumpah Rangga orang ter-random yang gue kenal. Gak biasa-biasanya dia ngomong panjang lebar gini ke gue, kenapa jadi sok perhatian gini sama gue? Bukannya seharusnya dia nyalahin gue juga karena pesta ulang tahun sepupunya berantakan karena gue?

"Emang lo tahu jalanan Jogja kalo malem gimana?" gue bertanya balik. "Lo kan juga bukan orang Jogja," lanjut gue.

"Setidaknya, gue jauh lebih berpengalaman di sini dari pada lo."

Gue menghela napas, melepaskan jepit rambut kemudian menyugar rambut dan menatap Rangga. "Lo gak marah sama gue?"

"Kenapa gue harus marah sama lo?"

"Kan gue yang ngancurin acara sepupu lo."

Rangga turun dari motor dan mendekati gue. "Lo lagi ngaku salah?"

Kepala gue menggelang kuat. "Gue gak salah, sepupu lo duluan yang mulai."

"Trus kenapa ngomong gitu?"

Gue diam, mengigit bibir, menggaruk leher yang sebenarnya gak gatal. Ah, gue jadi ngerasa gak enak hati sama Nella, keterlaluan gak sih gue tadi? Tapi kan emang dia yang mulai duluan, gue cuman ngebela diri. Kenapa rasanya jadi gak karuan gini?

Tiba-tiba Rangga menyampirkan jaket berwarna biru dongker di pundak gue, aroma parfum maskulin langsung menyeruak ke indra penciuman, membuat gue mendangak menatap Rangga penuh tanya.

"Ayok, naek, gue anter lo pulang," ucapnya sembari memakaikan helm di kepala gue.

"Tapi gue gak mau pulang," kata gue pelan.

Rangga mengernyit. "Trus lo mau kemana?"

"Gue... gak tau," ucap gue lirih.

Rangga diam, menatap gue dengan kening berkerut. Sepertinya dia lagi mikir. "Yaudah ayok naik, gue ajak lo jalan-jalan ke alun-alun. Buruan naik!" titah Rangga sembari menggerakan dagunya mengisyaratkan gue untuk segera naik.

"Serius?"

"Iya, serius."

Dengan senyum mengembang dan mata berbinar gue langsung menaiki motor Rangga dan gak lama kemudian motor pun melaju.

"Btw, kenapa lo gak mau pulang? Lagi ada masalah di rumah?"

"Gak."

"Trus?"

"Ih, sejak kapan lo jadi kepoan gini?"

"Yaudah pegangan, Gi, gue mau ngebut nih."

"Berani lo ngebut abis, ya, kepala gue gue takol pake helm."

.

.

.

Alun-alun Jogja ramai dengan para muda-mudi sekarang dan gue baru ingat kalau sekarang tuh malam minggu. Bukan hanya muda-mudi yang meramaikan alun-alun, bahkan keluarga-keluarga juga banyak yang saling bercengrama di sini. Wah, melihatnya saja sudah menyenangkan.

The Ambition [End]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz