💞 Our Conversation 💞

1.6K 92 6
                                    

Chaeyoung diam, tidak menjawab pertanyaan Seokjin, ia hanya pura-pura membatu, seakan-akan sedang terpukau dengan pemandangan di hadapan nya tanpa berkedip sedikitpun, padahal ia hanya tidak ingin menjawab pertanyaan gurunya.

“Kok bengong terus sih?” sela Seokjin tak sabaran

“Gue gak bengong, cuma lagi menikmati pemandangan aja, mau gue abadiin di buku gambar gue, tapi gak ada pensilnya.”

Seokjin ber ‘oh’ ria mendengar penjelasan murid nya itu, raut wajahnya yang sendu terlihat menyedihkan sehingga membuat Seokjin mengurungkan niatnya untuk bertanya lagi, karena ia tidak membawa pensil jadi ia putuskan untuk membelikan pensil agar muridnya bisa menggambar, mungkin menggambar bisa menenangkan pikiran murid itu.

“Gak usah, lo duduk tenang aja di sini, gue mau kasih liat karya tangan gue.” Chaeyoung mulai membuka buku gambarnya.

Di halaman pertama, terlihat doodle art yang sangat rapi namun sepertinya belum sempat diwarnai, di bagian tengah ada gambaran seorang anak kecil yang terlihat seperti seorang anak perempuan sedang membenamkan wajahnya diantara kedua lututnya, ada kabel yang terjulur dari kedua telingan nya.

Seokjin menebak itu adalah gambaran seorang anak perempuan yang sedang mendengarkan musik.

Belum sempat puas menebak, Chaeyoung membuka halaman kedua yang berisi pemandangan halaman luas yang gersang, yang sudah tidak terpakai lagi, rumputnya sudah tinggi menjulang, hanya gawang yang menjadi petunjuk bahwa itu adalah lapangan sepakbola, sedangkan di tengah lapangan ada gambaran seorang yang sedang berdiri mengarah tiang gawang, hanya terlihat tampilan belakang tubuhnya yang mungil dengan rambut sebahu yang membuat Seokjin berasumsi itu adalah seorang anak perempuan, dan lagi gambaran itu tidak di warnai.

Setelah beberapa detik Pria itu menganalisis, muridnya membalik halaman selanjutnya, halaman ketiga buku gambar itu berisi gambaran sederhana, karna hanya ada satu objek, yang membuat Seokjin berpikir bahwa muridnya itu sebenarnya menggambar sesuatu yang sama yaitu seorang anak perempuan, kali ini gambaran nya terlihat sedikit menakutkan, anak perempuan itu digambar dengan posisi terlentang dengan kaki, tangan, dan rambut yang melayang di udara membuat Seokjin yakin itu adalah gambaran anak perempuan yang tenggelam di air, dan lagi gambaran itu tidak campuri warna sedikit pun.

Ketika Chaeyoung ingin membuka halaman berikutnya Seokjin menghentikannya dan meraih buku gambar itu untuk ia lihat sendiri dengan cepat dan sekilas.

“Kenapa gambar kamu gak di warnai? Bukan nya kamu punya cat warna, yang kemarin mewarnai indah mobil saya itu,” tanya Seokjin sedikit menyindir sambil terus memperhatikan setiap halaman di buku gambar bersampul warna pink itu.

“Karna gak semua yang berwarna itu indah.”

“Maksudnya?”

“Lo gak bakalan paham beginian,” jawab Chaeyoung meremehkan, “coba deh lo nilai hasil kerja keras tangan gue, berdasarkan pendapat lo sebagai orang awam.” Tantang Chaeyoung dengan angkuhnya.

“Saya memang tidak paham, tapi saya tahu kalau gambaran kamu itu terfokus pada satu objek, seorang anak perempuan yang di gambarkan berbeda di setiap tempat..” Seokjin menggantungkan kalimatnya, karena berfikir sebentar ingin berkomentar lebih, namun tidak mendapati kata yang tepat untuk menyampaikan nya.

Chaeyoung menunduk mengulum senyum, “lo bener-bener gak punya jiwa seni,” ledek Chaeyoung

"Ck." Seokjin melempar asal buku gambar itu pada Chaeyoung, kesal sudah di remehkan, sedangkan Chaeyoung sudah tidak bisa menahan tawanya lagi.

Ia menertawakan ketidaktahuan gurunya itu, sedangkan sang guru hanya tersenyum kecut.

Seokjin buka suara untuk menghentikan tawa meledek murid nya itu
“Siapa pelukis terkenal favorit kamu?”

My Pedopil Teacher ✔Where stories live. Discover now