💞 Guru Ganteng 💞

1.5K 98 9
                                    

Chaeyoung membanting kasar pintu kamarnya dan melemparkan tas nya ke tempat tidur bersertaan dengan dirinya.

Gadis itu menangis pilu sepuasnya, mengeluarkan semua isi hatinya.

Ini pertama kali baginya untuk memohon kepada Papanya, dan itu ia lakukan hanya untuk menyelamatkan seorang guru.

Mungkin benar ia tidak ingin ada lagi guru yang dikeluarkan karena dirinya, namun baru kali ini, yang dengan alasan entah apa, ia merasa sangat takut kehilangan.

Chaeyoung bahkan tidak berfikir dua kali apa yang akan terjadi pada dirinya, bahkan di tampar sekalipun ia tak gentar, yang terpenting adalah ia tidak ingin kehilangan Seokjin karena ulahnya.

Meskipun saat ini ia menangis sejadinya.

Tok Tok

Pintu kamar di ketuk dari luar dan di buka detik itu juga.

Gadis itu tahu siapa yang datang, tentu saja Mama nya, meskipun ia tidak tahu kapan kedua orang tuanya pulang kerumah. Buru-buru ia menenggelamkan wajah nya di bawah bantal.

Jika ia bertengkar dengan Papa nya maka Mamanya yang akan datang membujuk, begitu juga sebaliknya.

Wanita yang terlihat muda untuk usia nya itu mengambil tempat di pinggiran kasur dan mulai mengelus pelan kepala anak gadisnya.

“Sayang.. Maafin Papa ya, Papa gak bermaksud kasar, Papa cuma gak mau kamu di sakiti sama siapapun.”

‘tapi kalau kalian yang nyakitin boleh gitu’? jawab Chaeyoung dalam hati sambil berusaha menahan isakannya agar tak di dengar, ia tidak mau terlihat lemah.

“Semua yang kami lakukan untuk masa depan kamu, kamu cuma perlu menjalani yang sudah kami siapkan, dan kalau ada yang mengganggu jalan kamu, baik Papa dan Mama yang akan menyingkirkan si pengganggu.”

Chaeyoung sudah hafal kalimat itu, bahkan sudah muak mendengarnya, setiap kali ia bertengkar dengan orang tuanya, selalu kalimat itu yang keluar, cara mereka membujuk juga sama, hanya sebentar dan tidak berkesan.

“Sayang, Mama sekalian mau pamit, beberapa bulan kedepan Mama sama Papa ada kerjaan di luar kota, kamu baik-baik di sini sama Bi Ana, jadi anak yang baik dan penurut ya sayang.” Wanita cantik yang menyandang status sebagai Ibunya, beranjak pergi meninggalkan putrinya yang masih menangis tertahan di bawah bantal.

Chaeyoung menajamkan pendengarannya untuk memastikan Mamanya sudah benar-benar keluar, setelah itu ia beranjak dari tempat tidur, dan duduk menghadap cermin meja riasnya.

Melihat pantulan dirinya di cermin yang sangat berantakan, Chaeyoung semakin menangis, tangannya terkepal dengan kuat memukul dadanya yang sakit menahan perih, ia mulai letih mencari pelampiasan masalah yang sebenarnya tidak berdampak apapun pada kebahagiannya.

Tok Tok

Suara pintu di ketuk kembali dari luar. Dan jelas, ia tahu siapa pelaku ketukan yang terdengar lembut di telinga nya. Buru-buru Chaeyoung bangkit untuk membuka pintu.

Bi Ana dengan raut wajah khawatir menyambutnya.

"Bi.." lirihnya, detik itu juga, dekapan hangat ia rasakan.

Bi Ana menutup pintu kembali, dengan Chaeyoung yang masih di pelukannya. Tak ada kata-kata yang keluar, hanya terdengar suara isak tangis gadis mungil itu. Dengan tangan lembut yang tidak henti-henti nya mengelus sayang puncak kepala majikan kecil nya. Menyalurkan kehangatan yang penuh cinta. Dan pertahanan hebat yang Bi Ana buat agar tak ikut larut dalam suasana.

Hal sederhana yang bisa meredakan tangis Chaeyoung.

Tak lama, suara ponsel terdengar.

"Non, itu hape nya dari tadi bunyi terus, di angkat ya, siapa tahu penting?" ujar Bi Ana lembut

My Pedopil Teacher ✔Where stories live. Discover now