💞 She's gone 💞

1.3K 81 6
                                    

Ingat perihal Seokjin yang mengatakan kalau Irene tidak kekurangan apapun, bahkan terlalu sempurna untuk bersanding dengannya?

Pernyataan itu tak sepenuhnya menjadi sebuah alasan. Karena apa yang dikatakan Seokjin sebagai alasan memang adalah kenyataan.

Irene terlalu sempurna.

Lihat saja lengkungan kurva yang terlukis sempurna penuh ketulusan itu, ia masih sanggup memberikan senyuman terbaik pada lelaki brengsek seperti Seokjin. Dan dress itu, Seokjin yakin apa yang berada di balik dress biru laut selutut tanpa lengan itu jauh lebih indah.

Tunggu dulu, Seokjin memang memberi alasan serealistis mungkin karena memang pada kenyataannya otak lelaki bekerja dua kali lipat jika disuguhkan wanita cantik didepannya.

Tentu itu akan menjadi poin paling atas untuk rasa bersalahnya menolak wanita sempurna ini.

"Ma? Ada apa ini?" Seokjin memilih fokus pada mamanya dan bertanya retorik sebagai pembuka sapaan.

"Duduk dulu," Nyonya Kim menarik tangan putranya untuk segera duduk di kursi kosong yang tersedia.

"Nah, gini kan lebih nyaman," ujar Nyonya Kim santai dengan senyum senangnya.

Seokjin tak henti menatap Irene seakan meminta penjelasan, namun wanita itu tak memberi apapun selain senyuman tulus yang tak pudar dari wajah cantik nya. Ah, senyuman itu ikut-ikutan dalam menambah daftar penyesalan.

"Tunggu sebentar ya, mama ke toilet dulu, sudah gak tahan tapi gak tega ninggalin calon mantu sendirian," ujar Nyonya Kim tersenyum ramah pada Irene yang di balas senyuman malu-malu wanita itu.

Seharusnya Seokjin protes, namun tak sempat, keburu Nyonya Kim bangkit dengan langkah tergesa menjauh pergi.

"Ren?" buka Seokjin tak menunggu waktu lama.

Irene yang paham dengan santai menjawab, "Nyokap lo yang rencanain ini semua, beliau bilang lo terlalu merendah dan merasa gak pantas gitu ada disamping gue, dan gue gak setuju sama lo, justru gue yang beruntung bisa ada di samping lo." Jelas Irene lugas.

Seokjin tak tahu harus merespon seperti apa, jika begini, rasa bersalah semakin menggerogoti hingga mati.

"Ren," panggil Seokjin lirih bersamaan dengan tatapan sendu yang mencoba untuk meyakinkan.

"Gimana bisa sih lo merasa semerendah itu? Lo itu perfect dilihat dari segi manapun dimata perempuan," celoteh Irene tak mempedulikan Seokjin yang terlihat ingin bicara.

"Gue juga baru tahu kalau jadi guru itu cita-cita lo dari kecil, nyokap lo tadi cerita sama gue, katanya lo usaha banget supaya bisa jadi guru alih-alih jadi pewaris perusahaan bokap lo, bahkan usaha lo tanpa campur tangan orang tua lagi, kuliah sampai lulus dengan modal beasiswa, gue beneran kagum sama lo, sumpah, hehe."

Senyuman tak lepas sedikitpun selama wanita itu berceloteh ria. Wanita cantik dihadapannya terlalu berharga untuk di sakiti. Dan Seokjin belum pernah menyakiti hati wanita manapun secara sengaja.

Jadi, haruskah ini jadi yang pertama?

"Ren." Seokjin kembali bersuara.

My Pedopil Teacher ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora