💞 Diantara Dua 💞

1.5K 93 1
                                    

Setelah puas menghabiskan waktu di luar, Seokjin mengantar Chaeyoung pulang kerumah nya.

Hari belum gelap memang, tapi rasanya sangat tidak pantas jika seorang guru mengajak muridnya keluar sampai pulang malam.

Setelah sampai rumah Chaeyoung, Pria itu tidak basa-basi lagi dan langsung pamit pulang pada muridnya itu, karena gadis itu juga tidak menawarkannya untuk mampir terlebih dahulu.

Di tengah perjalanan, Seokjin teringat akan Irene yang meneleponnya siang tadi, karena Seokjin juga merasa rindu, akhirnya ia mengirim pesan kepada Irene kalau ia akan mampir ke butik Irene

💞

“Loh, kok masih pake pakaian dinas? Lo baru pulang ngajar jam segini?” tanya Irene keheranan melihat Seokjin masuk ke butik nya masih menggunakan seragam kerjanya.

“Oh, ini, gue tadi ada rapat lama banget makanya tadi gue gak bisa terima telepon dari lo,” dusta Seokjin tak mau menjawab jujur, “ngomong-ngomong lo tadi nelepon gue ada apa?”

Irene tersenyum senang melihat perlakuan Seokjin, bagaimana tidak, ia hanya iseng menelepon karena bosan saat makan siang, yang di telepon malah langsung datang.

Sepertinya hati Irene sedang berbunga-bunga.

Sambil menyuruh sekretarisnya membuatkan minuman untuk mereka, Irene mempersilahkan Seokjin duduk di sopa santai ruangan kerjanya.

“Gue cuma bosen tadi, jadi iseng hubungin lo, gak taunya lo lagi rapat, sorry ya kalau gue ganggu, harusnya lo telepon gue balik, ngapain langsung dateng kemari padahal lo sendiri pasti lagi capek kan baru pulang kerja?” jelas Irene panjang lebar.

“Gak apa-apa kok, lagian gue juga kangen, jadi langsung dateng aja kesini,” jawab Seokjin jujur.

Namun kejujuran nya berdampak pada debaran dahsyat di jantung Irene, debaran itu seakan memompa seluruh darahnya dengan cepat sehingga menyebar kemana-mana, termasuk pipi putih nan mulus gadis itu yang kini berubah warna jadi kemerahan.

“Apaan sih lo, dateng-dateng ngegombal.” Irene memukul pelan bahu lebar pria itu, ia jadi salah tingkah hanya karena ada yang merindukan nya.

“Haha, sorry ya kalau gue terlalu jujur, ya gimana lagi dong, guenya emang lagi kangen, karena temenan sama lo, gue jadi ketularan frontal." Seokjin tersenyum manis pada Irene yang di balas senyuman canggung oleh Irene

"Temen ya?"

Irene jadi malu sendiri karena sempat berbunga-bunga dan salah tingkah.

Tiba-tiba Sekretaris yang datang membawakan minuman mereka, membawa sesuatu yang lain dan mengundang rasa penasaran Seokjin untuk bertanya

“Paket apaan ren?”

“Ha?" Irene terkesiap, namun sebisa mungkin menetralkan perasaan nya, "Oh, itu lukisan, baru nyampek. Padahal udah seminggu yang lalu gue pesen, nyampek nya baru sekarang.”

“Lo suka lukisan?”

“Bukan punya gue, punya Mama.”

Seokjin mengangguk paham sambil terus memperhatikan sekretaris Irene membawa benda persegi empat panjang itu melewati dirinya untuk masuk kedalam ruangan yang ia tebak mungkin kamar Irene, karena Seokjin belum pernah masuk kesana.

Entah kenapa Seokjin jadi teringat dengan Chaeyoung, bagaimana bisa ia sudah masuk kedalam kamar muridnya sedangkan kedalam kamar wanita yang ia sukai belum pernah, haruskah ia coba malam ini?

“Ngomongin lukisan, gue jadi ingat karya-karya nya Van Gogh," ujar Irene berusaha membuka obrolan untuk menghindari kecanggungan yang ia buat sendiri, "Mama suka banget sama lukisan-lukisan nya Van Gogh, karya-karya nya itu ekspresif banget, gue suka sama sesuatu yang terlihat ekspresif, lebih nyata aja gitu liat lukisan nya." Irene masih tersenyum canggung

My Pedopil Teacher ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن