Kita Bertemu

905 29 0
                                    

Kapan ya kali terakhir aku bertatap muka dengan perempuan bernama Wiwik itu? Maksudku, terakhir kami bertemu saat masih berpacaran.

Aku tak tau kapan persisnya, yang kuingat saat ini hanyalah saat itu dia berhasil membuatku merasa cemburu. Semua berawal dari kedatangannya di tongkrongan saat aku dan teman temanku akan pergi ke Kabupaten Semarang, kedatangan yang tidak kuduga. Awalnya aku merasa senang waktu itu karena dia menghampiriku disini seperti memberi kejutan, tapi setelah beberapa percakapan antara kami terjadi, terucaplah kalimat yang sedikit membuatku terkejut dari mulutnya. Ia malah meminta izin untuk berjalan-jalan dengan laki-laki lain yang aku tak tau dia siapa, katanya ia butuh refreshing. Emosiku mulai tersulut setelah mendengar itu, tapi setelah ia bilang bahwa dia bersama empat orang, energi negatif di dalam diriku sedikit reda. Dan bisa kusimpulkan bahwa kehadirannya menemuiku hanya untuk itu, bukan memberi ucapan agar berhati-hati selama di perjalanan seperti ekspetasiku. Lambat laun, aku menjadi berfikir bahwa aku tak perlu mempermasalahkannya, bukan hakku untuk mengatur segala agenda harian dan siapa yang boleh jadi temannya. Jadi jika ia jalan dengan laki-laki lain, aku tak masalah, selama aku tau itu dan mengerti siapa yang sedang bersamanya. Karena aku percaya jika ia masih menghargai keberadaanku, Wiwik tak akan bertindak melampaui batas.

Empat belas jam berlalu setelah pertemuanku dengan Wiwik di tongkrongan, aku kembali pulang ke Magelang bersama teman-temanku dan baru sampai di rumah jam sebelas malam. Hpku sudah mati malam itu, kutinggal tidur saja hpku yang sedang kucharge di depan televisi. Malam yang indah, kuucapkan di dalam hatiku "Selamat malam sayang, mimpi indah," kepada Wiwik yang ada di sana.

Kupikir tak akan ada hal yang perlu dipersoalkan tentang kejadian hari kemarin, tapi setelah kunyalakan hpku, masuklah pesan dari temanku yang membuatku sangat terkejut. Temanku mengirimkan sebuah gambar screenshoot story Whatsappnya, sebuah gambar yang masih kusimpan sampai sekarang.

Dia dengan sengaja memposting sebuah foto bersama seorang laki-laki dengan caption romantis dan menutup wajah orang yang ada di sampingnya itu, sampai saat ini aku tak tau siapa gerangan pria bedebah itu. Sayangnya aku tak bisa melihat postingan itu secara langsung karena sudah dihapus, untung saja temanku mengirim gambar screenshootannya, jika tidak mungkin aku tak akan pernah tau hal itu. Marah itu pasti, emosiku jadi tak bisa dikontrol. Ingin sekali aku memukul laki-laki itu hingga darah merah segar keluar dari batok kepalanya, lalu tertawa di atas rasa sakit dan penderitaan yang ia rasakan. Tapi bagaimana caranya, aku saja tak tau siapakah orang itu sampai sekarang.

Yang bisa kulakukan hanyalah berterima kasih kepada dia atas rasa sakit hati yang aku terima darinya, benar-benar perih aku dibuatnya. Namun semua sudah terjadi, dan pikiranku kacau setelah itu. Sehari setelah aku marah dan mendiamkannya, ia menelfonku, kuangkat dan kalimat yang aku ucapkan padanya kala itu membuatnya merasa enggan untuk menemuiku. Entah ikut-ikutan marah, atau kecewa padaku, atau mungkin bisa juga sakit hati dengan kalimatku. Apapun itu, yang jelas hari itu adalah hari terakhir aku bertemu dengannya saat kami masih pacaran. Walaupun beberapa hari kemudian kami saling memaafkan, namun keadaan banyak yang berubah. Semua menjadi terasa hambar jika hubunganku diibaratkan sebuah makanan. Apalagi, kami tak pernah bertemu lagi sampai pada akhirnya dia memutuskan hubungan kita berdua.

Tapi, hari ini. Wiwik tiba-tiba mengirim pesan yang mengatakan bahwa dia akan menghampiriku di tongkrongan. Sudah lama kami tak bertemu, semoga saja masih ada kerinduan yang tersimpan di dalam hatinya. Jujur saja, aku memang merindukannya. Rindu akan gaya bicaranya, senyumannya, tatapan bola matanya, ah apapun itu yang jelas aku rindu dengannya. Entah dia juga begitu ataupun tidak, yang jelas kerinduanku padanya akan segera terbayar.

"Lang, ada Wiwik," kata Setyo memberitahu, ia tahu bahwa aku sudah putus dengannya.

"Oke."

Tak perlu banyak waktu, aku langsung menghampirinya. Dia tak turun dari motor yang ia pakai kemari, mungkin ia sengaja seperti itu agar aku yang mendekat. Tak masalah juga sebenarnya.

"Hey, sendirian aja?" ucapku mencoba biasa saja, padahal sangat ingin aku mengutarakan rinduku padanya.

"Iya Lang, kamu apa kabar?"

"Kaya yang kamu lihat sekarang ... Kamu sehat? Ayah ibu sehat?"

"Alhamdulillah."

Tak banyak kata kata terucap dari mulut kami berdua, setelah itu kami berdua terjebak di keheningan. Dari sekian banyaknya topik pembicaraan yang bisa aku pikirkan, tak ada satupun yang mampu terucap keluar dari mulutku.

"Udah lama ya aku nggak kesini, udah banyak aja yang berubah," katanya memulai percakapan lagi.

"Nggak juga kok, yang berubah cuma aku."

"Maksudnya?"

"Aku berubah dari yang dulu ceria, sekarang jadi pendiam dan sering bersedih."

Wiwik diam kembali setelahnya, apakah aku salah mengucapkan kata kata seperti itu? Sehingga ia menjadi berhenti bicara dan merubah raut wajahnya menjadi kesal. Mungkin salah juga, ah seharunya aku tak berkata seperti itu.

"Kalau boleh jujur, aku sedih," ucapku yang mencoba mengawali pembahasan.

"Sedih kenapa?"

"Sedih karena putus sama kamu."

"Aku biasa aja," katanya tanpa menatap keberadaanku.

Aku diam seribu bahasa setelah itu.

Dia merasa biasa saja setelah hubungan kita berdua hancur. Apakah ia sama sekali tak pernah mencintaiku? Atau ia malah merasa senang jika hubunganku dengannya berakhir, sehingga ia bisa mencari laki laki lain yang jauh lebih baik dariku ... Ah kurasa aku tak perlu berpikir negatif seperti itu, mungkin saja dia sudah move on. Atau mungkin saja memang benar dugaanku tadi.

"Hey, udahlah, nggak usah bahas hal itu lagi, udah basi," ujarnya, maksudnya agar kami berdua tak melulu membahas hubungan yang sudah lewat.

Aku mengangguk pelan. Walau sebenarnya masih banyak pertanyaan dan terlalu sedikit jawaban atas semuanya. Ah sudahlah, suatu saat nanti pasti aku akan mengerti semua hal yang membuat hubunganku dengan Wiwik hancur.

Kuajak Wiwik masuk ke warung tongkrongan, disana ada banyak teman-temanku yang dikenali olehnya. Banyak hal yang kami obrolkan, termasuk mereka semua mengejekku karena tahu aku masih dalam kondisi patah hati. Harusnya wajar saja aku belum bisa move on jika ini baru tiga hari setelah aku putus dengan Wiwik. Tapi apalah pikir mereka, yang penting mereka bisa puas membully orang yang kini sedang patah hati karena cinta. Ah biarlah, aku sama sekali tak peduli apa kata mereka tentangku.

"Aku pulang dulu ya, salam buat ayah ibu kamu," ucapnya saat ia puas nongkrong bersamaku dan teman-teman yang lain.

"Iya, salam juga buat keluargamu."

"Siap ... Aku duluan yak."

"Iya, hati hati!" balasku dengan senyuman.

Aku tersenyum memandang tubuhnya yang perlahan menjauh dariku. Bukan karena senang akan perginya, tapi sebab Wiwik telah hadir di hadapanku setelah sekian lama.

"Terima kasih, kamu udah mengobati rasa kangenku ... Aku bakal rindu kamu lagi, Wiwik," ucapku di dalam hati.

Setelah Kita Putus (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now