5. Minggu Spesial Santi

330 89 18
                                    

"Lo beneran nih, San? Mau ikut ekskul band?" tanya gue ragu.

"Beneran Bima," jawab Santi yakin.

"Ikut Band itu bahaya, mending ganti aja," ujar gue menakuti.

"Kenapa?" tanya Santi bingung.

"Err~ Kemarin tetangga gue ada yang mati gara-gara nge-band,"

"Dia tawuran sama anak Band lain?"

"Bukan, dia ketiban Drum pas lagi mau manggung."

"........." Santi hanya menatap gue dengan tatapan malas.

Melihat kemauan Santi yang begitu besar buat ikut Band, gue akhirnya meng-iya-kan kemauan dia. Gue mengatarkan dia ke ruang band di SMA Pesona Galaksi.

Oh iya, gue mau kasih tau dulu nih, alasan gue sebenarnya ngelarang Santi ikut Band. Bahkan sampe harus boongin dia, kalo ada tetangga gue yang mati gara-gara nge-band.

Tenang kok, tetangga gue itu gak mati beneran, dia masih hidup, tapi cuma amnesia aja sih sekarang.

Di sekolah gue, anak band itu selalu identik dengan hal yang gak baik. Sepertinya misalnya suka bolos sekolah, mabok, dan suka ngerasa yang paling keren sendiri di sekolah.

Iya keren sih memang, tapi gue sebel aja kalo lagi liat anak band jalan depan gue. Berasa lagi jalan di red carpet gitu dan gue dianggap cuma kayak lampu taman. Alias cuma menyinari mereka, tapi gak dianggap keberadaannya.

Nah, apalagi kan Santi cewek dan dia masih baru di Jakarta, gue takut dia salah pilih jalan aja.

"Tenang Bima, aku udah sering ikut ekskul band kok, dan aku bisa jaga diri? Gak usah khawatir ya," ucap Santi tiba-tiba bikin gue terkejut.

"Kok lo bisa tah--" kata gue kaget, belom selesai gue ngomong, Santi memotong ucapan gue.

"Hehe, aku tau kok. Kamu khawatir pasti kan sama aku?" tanya Santi sambil melemparkan senyuman manis ke arah gue. Ya, kurang lebih senyuman Santi saat ini kayak Teh Sisri rasa gula batu lah. Manis banget.

Sial, ternyata Santi bisa baca pikiran gue. Apa jangan-jangan dia ini keponakannya Om Deddy Corbuzier, ya? Gue harus lebih hati-hati nih buat jaga pikiran gue dari Santi.

"Coba tebak, gue sekarang lagi mikirin apa?" kata gue sambil menatap dalam mata Santi.

"Ya mana aku tau, Bima. Aku kan bukan paranormal." jawab Santi spontan. Mungkin dia salting karena gue tatap terlalu intens.

"Tapi tadi lo bisa tau, kalo gue khawatir sama lo,"

"Hm, itu sih namanya naluri, Bima. Feeling cewek itu kuat dan biasanya 99% gak pernah salah, hehe."

"Kemungkinan salahnya cuma 1% doang?"

Santi gak menjawab, tapi dia hanya menganggukkan kepalanya dengan mantap.

Syukurlah, gue pikir dia bisa baca pikiran gue. Habis lah gue, kalo dia tahu isi pikiran gue. Yang baca ini gak usah senyum-senyum, kalian juga gak akan tahu isi pikiran gue apa. Gak usah kepo.

Setelah obrolan soal feeling cewe itu, gue dan Santi kini sudah berada di depan ruang Band. Dari namanya aja udah jelas dong, gak mungkin di dalam isinya Kang Somay sama Kang Tahu Gejrot kan, yak? Udah pasti isi ruangan ini adalah alat-alat musik, baik itu yang akustik sampai elektrik.

Terlihat juga beberapa anak band sedang asik mengobrol-ngobrol di sana. Gue bilang ke Santi, biar dia nunggu di depan aja, eh tapi dia maksa ikut masuk.

"Lo kenapa pengen banget ikut masuk, sih?"

"Aku kan mau liat ruangan bandnya kayak gimana, Bima,"

Galaksi Bima Santi (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang