7. Tamu Tak Terduga

261 75 15
                                    

"Kak, ini tuh malem Minggu tau," ucap Mega, duduk di samping gue yang lagi asik main PS.

"Terus?" tanya gue santai.

"Keluar kek berburu cewek, katanya mau jadi cogan Wattpad," ucap Mega sambil menusuk-nusuk pipi gue dengan jari telunjuknya. 

Gue hanya bisa pasrah diganggu sama Mega, karena kedua tangan gue sedang megangin stick PS.

"Gak ah, males. Susah buat jadi cowok Wattpad ternyata," jawab gue.

"Dih, baru nyoba beberapa hari aja udah nyerah, Kak." ucap Mega, tiba-tiba gelendot di bahu gue dengan manja.

"Mei, badan lo tuh berat, jangan sok manja gini, deh,"

"Gak asik ah, punya kakak ngeselin kayak lo," 

Mega bete dan kemudian membenarkan posisi duduknya, menjauh dari gue.

Kini, pukul menunjukkan jam 4 sore, dan ini waktu yang pas buat gue bermain game seharian. Tentu saja, ini cara untuk gue menghabiskan malam Minggu yang membosankan.

Btw, tumben Mega nggak membalas lagi dan dia hanya diam melihat layar hapenya sambil senyum-senyum sendiri.

"Ngapain lo liatin Hape terus? Mau jalan sama Andra pasti, ya?" tanya gue.

"Dih cemburuan banget sih, takut banget Kak Andra gue rebut dari lo?" jawab Mega sewot.

"Apaansih Mei, gak usah ngeselin deh,"

"Ya lagian nuduhnya gitu,"

"Habis tumben gak bawel, kayak biasanya,"

"Bukan gitu, ini ada teman gue mau main ke sini, dia mau pinjem novel, tunggu dulu ya,"

Tanpa basa-basi, Mega langsung meninggalkan gue. Bodo amat, gue gak peduli. Gue kembali fokus ke game bola yang gue mainkan.

Brugh!

"Mei apaan lagi sih ini?" tanya gue kesal.

Tiba-tiba saja, Mega meletakkan tumpukan novelnya di atas kasur gue. Membuat 2 orang terkejut, yaitu gue dan Cimeng. Eh, lebih tepatnya 2 makhluk sih, kan Cimeng bukan orang, yak? Tapi dia kucing berbadan babi. 

Ya, intinya gitu lah, si Mega berantakin kasur gue lagi dengan koleksi novel Wattpad-nya.

"Teman gue mau pinjem novel gue, Kakak Bima yang paling ganteng,.. tapi boong deng," ucap Mega meledek.

"Ya, terus?" tanya gue bingung.

"Ini aku kumpulin dulu novelnya, kakak ku, Sayang~" mendadak nada Mega menjadi sok imut.

"Kenapa harus di kamar gue, tapi?"

"Udah deh, gak usah bawel, Kak. Please ya, Kak,"

Tiba-tiba aja, Mega masang muka manja dan meluk gue secara spontan. Bikin gue mau marah, tapi gak jadi.

Sekesal-kesalnya gue sama Mega, gue pasti akan selalu luluh sama tingkah dia. Beda sama Enji, kalo sama dia sih, gue kesel beneran.

Gak cuma novel ternyata, tiba-tiba saja, Mega datang ke kamar gue bawa gitar. Bukan cuma satu, tapi dua.

Gue gak ngerti lagi, apa yang direncanain sama adik gue satu ini.

Ting-tong!

Sampai akhirnya, bel rumah pun berbunyi dan Mega langsung buru-buru turun ke bawah. Namun, baru sampe depan pintu, Mega balik lagi.

"Kak, ayo ikut juga ke bawah," ajak Mega.

"Tapi ini gue lagi ma--" belom selesai gue ngomong, tangan gue udah ditarik dengan kencang. 

Galaksi Bima Santi (ON GOING)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora