11. Cieee...

229 69 7
                                    

"Cieee..."

"Cieee..."

"Cieee..."

Kenapa sih, dari tadi gue ketemu orang semua pada bilang 'Cieee' ke gue? Aneh banget.

Sesampainya di kelas, gue langsung duduk di sebelah Andra, berhubung Enji belom dateng.

Dari tatapan mata Andra, gue tahu dia mau ngomong apa.

"Udah, gue tau, lo pasti mau ngomong 'Cieee' kan?" ucap gue sambil melirik ke arah Andra.

"Anjay, kok lo bisa baca pikiran gue sih, Bim? Keren!" ujar Andra heboh.

"Bukan gitu, habisnya dari tadi sepanjang jalan mau ke kelas semua pada bilang gitu,"

"Ya lo emang pantes di-cieee-in, sih,"

"Emang kenapa?"

"Lo beneran gak tau, Bim? Lo kan lagi viral,"

"Hah? Viral apaan?"

"Iya, nih liat."

Tiba-tiba saja, kemudian Andra menunjukkan HP-nya ke arah gue. Dia menunjukkan sebuah layar grup WA angkatan, yang ternyata isinya recording dari Instagram Story Santi. Lebih tepatnya, momen saat gue dan Santi lagi naik komedi puter di pasar malem.

"CIEEE..." tiba-tiba terdengar suara cempreng di dekat telinga gue. Sudah bisa ditebak itu suara siapa, kan?

"Apansih Nji, suara lo tuh cempreng. Gak usah teriak gitu, deh," ujar gue sewot sama Enji.

"Habisnya lo gemes banget sih, Bim. Sahabat gue yang baru seminggu lebih masuk di sekolah ini, eh lo udah gebet aja," ujar Enji nyerocos panjang x lebar.

"Gak kayak gitu." elak gue.

"Eh, jangan bilang, kalian udah jadian, ya?" tuduh Enji tiba-tiba.

"Belom." jawab gue spontan.

"Nah kan, belom berarti akan dong, ya?" sahut Andra ikut-ikutan.

"Maksud gue, GAK AKAN! Udah ah, gue mau balik ke bangku gue." jawab gue lagi dengan penuh penekanan.

"Cieee mukanya merah, kayak warna kaos Persija!" kata Enji dengan lantang.

"Kaos Persija itu oren, btw," kata Andra membenarkan.

"Eh iya, yak? Gue kira selama ini itu merah, Ndra, hehee." jawab Enji jadi malu sendiri karena udah sotoy.

Gue pun memutuskan kembali duduk di belakang, posisi asal gue. Beberapa menit kemudian jam pelajaran pun dimulai. Tapi aneh, Santi belom dateng juga. Padahal, biasanya dia selalu datang 30 menit sebelum jam masuk kelas. Tumben.

Padahal gue kan niatnya mau bales dendam sama Santi, kalo kayak gini gue bales dendam sama siapa dong? Tapi kayaknya dia masuk sih, mungkin cuma telat aja sih. Tapi udah mau 30 menit lebih, masa iya telat sih?

Gue yang penasaran, mutusin buat nge-WA Santi.

'Woy, San! Ke mana? Gak masuk?'

Udah nunggu cukup lama, tapi ternyata chat gue gak dibales juga. Gue pun mutusin coba chat dia via DM Instagram.

'Woy, San! Ke mana? Gak masuk?'

Ya, gue cuma copas aja kata-kata dari WhatsApp, karena gue males ngetik ulang. Namun hasilnya sama aja, chat gue di WA dan IG belom dibales sama sekali sama Santi. Jangan dibales, diread aja nggak.

Sekarang gue memutuskan untuk bodo amat dan gak mikirin Santi lagi. Gue fokus kembali ke pelajaran Sejarah hari ini.

Pas kelas lagi hening, tiba-tiba aja si Enji angkat tangan.

"Pak! Saya mau kasih info nih," ucap Enji.

"Iya Enji, ada info apa?" tanya Pak Aryo.

"Santi hari ini gak masuk karena dia sakit ya, Pak."

"Oh, dia sakit toh, pantes gak masuk. Biasanya dia paling rajin."

"Iya Pak, barusan dia WA saya, bilang titip disampaikan. Nanti surat sakitnya nyusul, Pak,"

"Oke, baik kalo gitu, makasih ya, Enji."

Santi sakit? Terus dia habis chat Enji barusan? Kenapa gue chat gak dibales sampai sekarang. Aneh banget, dah.

Gue yang penasaran lalu mencolek leher Enji.

"Ih, Bima, genit banget sih pake colek-colek. Mentang-mentang gak ada Santi," ucap Enji heboh kayak biasa.

"Jangan ge'er. Gue mau tanya, Santi sakit apaan dia?" tanya gue.

"Gak enak badan katanya. Lah, emang lo belom tau? Gimana sih, gebetannya juga," tanya Enji balik.

"Gebetan apaan sih. Lagian, gue chat dia dari tadi gak dibales, diread juga gak," jawab gue.

"Cieee, kesel ya dikacangin sama gebetan tersayang?" ledek Enji lagi semakin menjadi.

"GAK."

Sebenarnya gak masuknya Santi gak terlalu penting buat gue. Justru gue malah senang, karena gak ada orang yang banyak tanya di sebelah gue. Yang selalu bawel dan nanya ini-itu setiap saat.

Tapi yang gue gak habis pikir, kok cuma chat gue doang yang gak dibales gitu.

Gak berapa lama, gue membuka Instagram dan menemukan Santi baru bikin Instagram story. Isinya adalah selfie dia sambil pose duck face dan jidatnya ditempel handuk basah. Lalu, ada caption kecil di atasnya.

"Gak enak ya sakit. Apalagi sendirian. Huft :("

Gue pun spontan langsung reply story Santi,

'Hm, separah itu sakitnya? Sampai gak bisa bales WA sama DM?'

Gak lama, gue kemudian memasukan HP gue ke dalam kantong celana. Karena gue yakin, DM gue gak akan dibales lagi Santi.

Ting!

Tiba-tiba saja, ada notifikasi DM bunyi dan gue langsung ngeluarin HP lagi dengan segera.

Ternyata dari Santi.

'Iya Bim, sakit, huhu. Sepi. Gak ada temen.'

'Yaudah, istirahat aja. Nanti dibawain temen.'

Dengan segera gue kembali mencolek leher Enji.

"Ih Bima, apaan lagi sih. Geli tau..." ucap Enji sambil menoleh ke arah belakang.

"Nanti jenguk Santi, yuk!" ajak gue.

"Di mana? Jam berapa?" tanya Enji.

"Dia sakit apa, Bim?" Andra ikutan tanya juga.

"Iya di rumahnya. Belom tau Ndra, makanya kita jenguk biar tau," jawab gue.

"Kita? Lo aja kali yang penasaran itu, Bim..." jawab Andra ngeselin.

"CIEEE, BIMA! AH, MAKIN GEMES DEH SAMA KALIAN BERDUA!" tiba-tiba Enji berteriak kencang, bikin satu kelas menoleh ke arah gue dan Enji. Termasuk Pak Aryo.

"Enji! Jangan berisik, ya! Kebiasaan."

"Hm, maaf Pak, Nji keceplosan."

Syukurin. Makanya jangan suka ngeledekin gue, kena batunya, kan? Lagian dari pagi sampai sekarang entah sudah berapa 'Cieee' yang gue dengar. Lama-lama kok kesal sendiri dengar kata itu gue, ya?

"Cieee, Bima sama Santi pacaran ya sekarang?"

Apanya yang harus di-cieee-in coba? Heran gue sama-sama anak di SMA Pesona Galaksi ini.

Hmm, tapi kalo dipikir-pikir gak terlalu ngeselin sih, malah lucu. Hihi, batin gue sambil senyum-senyum sendiri natap jendela kelas.

Galaksi Bima Santi (ON GOING)Where stories live. Discover now