AB 12: Juni Pertama 🗒

47 12 1
                                    

Halo bulan baru, hatimu tetap sama dan baik-baik saja kan? Bagaimana dengan sosok yang mendampingimu? Ia tetap berada di sisimu kan? Semoga kelak ialah yang benar-benar akan menemani masa tuamu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Halo bulan baru, hatimu tetap sama dan baik-baik saja kan? Bagaimana dengan sosok yang mendampingimu? Ia tetap berada di sisimu kan? Semoga kelak ialah yang benar-benar akan menemani masa tuamu.

Jangan berpaling hanya untuk sebuah kesempurnaan, karena tidak ada yang benar-benar sempurna selain DIA sang Pencipta. Belajarlah untuk menjadi penyempurna bukan hanya pemburu kesempurnaan. Jadi, jangan pernah berpikir untuk pergi hanya karena ada yang lebih memikat mata. Karena apa yang terlihat belum tentu dapat diuji ketulusannya.

Harapan kembali tidak mudah untuk direalisasikan, tidak seperti saat pertama kali menikmati momen pertemuan. Kadar percaya sudah menurun, tersisa kadar was-was dan trauma yang berbentuk cemas. Jadi, jangan sia-siakan, waktumu sama seperti lainnya, tidak kuberi toleransi.

Semoga kamu memandangku bukan sebagai sosok yang sempurna, tapi sosok yang akan menjadi sempurna dengan hadirnya dirimu. Karena jika kamu menganggapku sebagai sosok yang sempurna, kamu salah besar, kupastikan kamu akan kecewa.

Bulan keempat merajut rasa, kata orang-orang jika tiga bulan pertama baik-baik saja maka untuk selanjutnya juga tidak akan masalah berarti. Masih dengan pertanyaan basa-basi, telepon berjam-jam membahas isi hari, dan saling bertatap lewat layar yang kadang-kadang buyar akibat jaringan yang kurang merestui. Lalu kami kembali kesal sendiri. Mengadu pada sepi dan menumpahkan segala kesah pada semesta.

"Coba kamu di sini Bin, enak kalau kangen tinggal ketemu."

"Ya mau gimana lagi?"

"Ya maunya kamu di sini."

"Ya kerjanya yang serius, kuliahnya buruan diselesain."

"Terus?"

"Terus wisudalah kalau udah selesai kuliah dan kerjanya bisa tetap."

"Iya aaamiiin, doain ya Bin."

"Siap komadan."

"Kerain mau nyamperin gitu kalo aku kuliahnya udah selesai."

"Pas wisuda?"

"Iyalah."

"Boleh deh, insyaAllah."

"Terus ke rumah ya?"

"Hah? Ngapain?"

"Kok ngapain, ya ketemu mamak sama bapakku."

"Belum jago masak."

"Belajar dari sekarang dong. Nanti nginep di rumah kakak aku kalau ke sini pas wisudaan."

"Enggak surprise dong kalau kaya gitu mah."

"Enggak usah surprise-surprisesan ah."

"Oke deh."

"Kamu juga kuliahnya yang bener, jangan sering begadang."

"Begadangnya kan ngerjain tugas."

"Ngerjain tugas apa nunggu aku senggang kerjanya?"

"Nunggu kamu senggang juga cuma ditingal tidur. Masa suruh ngeliatin orang tidur."

"Hahaha enggak apa-apalah."

"Kamu kan juga pernah."

"Tapikan emang udah bilang ngantuk malah maksa nelpon."

"Ya kangen kok."

"Kalau kamu kan emang sengaja suruh ngoceh sendiri biar kamu tidur. Minta bacain novel pula, novel kan tebel. Kamu inget juga enggak yang aku bacain."

"Yakan mumpung kamu lagi baca, sekalian bacain."

"Yeee giliran suruh gantian ditinggal tidur marah."

"Iyalah."

"Enggak adil tau."

"Biarin, kan lahirnya duluan aku."

"Iya tua."

"Kan mulai."

"Tua wleeee..."

"Sini jidatnya kujitak." Akupun mendekatkan keningku pada kamera untuk meledeknya.

"Wleee enggak kena."

"Awas ya kamu."

Namun keseruan yang kujalani bukan berarti tanpa ada percikan-percikan api. Api-api kecil mulai bermunculan, entah sejak kapan sifatku makin kekanak-kanakan. Rasanya marah-marah sudah menjadi kebiasaan. Bukan marah yang berlebihan, hanya sedikit menjadi ngambekan. Ya mudah saja untuk kembali pada situasi semula, tapi entah mengapa rasanya tidak bisa untuk kutahan.

Salah satu kunci hubungan jarak jauh adalah saling percaya dan sebaik mungkin menjaga agar tidak timbul rasa curiga ataupun mencurigai. Karena jika rasa itu sudah muncul sekali saja akan sulit meredam untuk ke depannya.

Antah Berantah (Tentang Perasaan Kita yang (M)entah)Where stories live. Discover now