AB 15: September Pertama 🗒

24 3 0
                                    

❀❀❀❀❀❀❀❀

Memasuki bulan September, semua masih berjalan dengan segenap keraguan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memasuki bulan September, semua masih berjalan dengan segenap keraguan. Ingin bertanya matahari namun aku sadar pernah membuatnya iri. Ingin bertanya pada senja, pasti ia akan menjawab yang baik-baiknya saja karena sadar atau tidak senjalah yang mengiringi ketenangan hatiku dengan Bara. Ingin bertanya pada malam, sudah dapat dipastikan ia pasti setuju jika aku dan Bara memutuskan untuk berpisah. Malam lelah melihatku diam-diam selalu menumpahkan tangisan tanpa alasan. Diam-diam, merenung, menulis, tiba-tiba menangis. Menyalahkan diri sendiri, tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tanpa tahu apa yang seharusnya diadili. Tanpa tahu bagaimana caranya ‘rasa istimewa’ itu kembali lagi.

“Bin hari ini aku berangkat kerja ya. Kamu jangan lupa sarapan.”

Kulihat satu pesan masuk pagi sekali, awalnya kukira bukan dari Bara karena tidak mungkin. Ternyata benar Bara, tumben. Mungkin beberapa kali berdebat membuatnya menuruti keinginanku untuk memberi kabar jika hendak menjalani kegiatan. Bukan pesan panjang dan terus menerus yang kuminta hanya sedikit kabar. Aku sangat tidak suka bila aku tahu hanya dari story yang ia buat entah untuk siapa.

“Iya, hati-hati.” Sudahlah, pasti tidak akan dibaca.

“Iya Bin.”

Hah? Dia langsung membalasnya? Baik kita lihat sampai kapan hal ini akan bertahan? Apa mungkin benar ia sedang berusaha mempertahankan? Atau hanya sedang mengelabui saja sembari menunggu waktu yang tepat untuk minggat.

Perasaan perempuan itu rumit sekali, maka jika kamu belum cukup perbekalan untuk menghadapinya jangan sekali-kali mencoba. Karena bisa jadi kamu sendiri yang akan terjerat, terperenjat, bergejolak hebat. Kamu akan membenci diri sendiri, menyalahkan situasi, atau bahkan rasanya ingin menyakiti pikiranmu sendiri. Mencari-cari dimana letak kesalahannya padahal di sisi lain kamu mengharapkan kebahagiaan.

Pelajarilah hati wanitamu seperti buku, jangan hanya karena memiliki banyak kesibukan menjadikanmu membacanya secara terburu-buru. Karena kamu tidak akan menemukan isi hatinya, isi pikirannya, semua tentangnya , semua hal nyata dan sebenar-benarnya, sia-sia. Nikmatilah setiap kalimat, pahamilah maksudnya sampai kamu menemukan kunci bagaimana cara memperlakukan dan menghadapinya. Hidup bersamanya bukan hanya tentang cinta, suka, dan rindu saja, ada banyak hal yang harus kamu lewati.

Mulai sekarang berpikir panjanglah sebelum membuka lembaran dengan wanitamu yang mengatas namakan perasaan.

Jadikan aku buku yang akan terus kamu baca seumur hidupmu. Biarkan semua tentang kita mengisi pada lembar kosong selanjutnya. Memang tidak hanya cerita bahagia, sedih, bimbang, dan kecewa akan turut hadir sebagai pelengkap pada beberapa paragrafnya. Tapi jika kita bersedia untuk saling membaca satu sama lain maka tidak akan ada masalah tanpa jalan keluarnya.

Antah Berantah (Tentang Perasaan Kita yang (M)entah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang