AB 13: Juli Pertama 🗒

67 11 1
                                    

"Lagi apa?" dan "Udah makan belum?" yang mulai tergantikan dengan, "Hari ini ngapain aja?" atau "Cerita dong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Lagi apa?" dan "Udah makan belum?" yang mulai tergantikan dengan, "Hari ini ngapain aja?" atau "Cerita dong." Memang benar, lama-lama rasanya bosan dan berangsur-angsur kehabisan bahan untuk memulai percakapan. Bukan karena tidak ingin berkomunikasi, tapi tidak tahu harus bagaimana lagi agar percakapannya lebih bervariasi.

Mungkin jika dapat bertemu sewaktu-waktu lebih melegakan ketimbang setiap hari melemparkan pertanyaan yang serupa dengan jawaban yang tidak jauh berbeda. Bahkan terkadang sudah mengetahui jawabannya karena saking hafal dengan rutinitas masing-masing.

Entah hanya aku dan Bara atau ada juga pasangan lainnya yang mengalami hal serupa. Tapi aku selalu berusaha mencairkan suasana, berusaha agar tidak saling terjerat rasa bosan. Aku selalu berharap jika hubungan ini selalu berjalan baik-baik saja, apapun masalah yang melanda semoga kita dapat menghadapinya sampai pada akhirnya kita benar-benar bersama di tempat yang sama.

"Minggu depan aku ke sana ya?"

"Hah beneran?" aku terkejut karena mengira obrolan kala itu hanya gurauan.

"Iyaaa, nanti kita ke pantai. Soalnya kan yang waktu itu enggak jadi."

"Bohong."

"Beneran."

"Mau naik apa coba ke pantainya?"

"Gampang, nanti aku yang mikirin."

"Ih seriusan tau Bar."

"Iya serius, pokokya siap-siap kosongin jadwal."

Ternyata benar, ia datang kembali. Terima kasih, terima kasih, terima kasih. Aku harap Bara tidak akan pernah bosan mendengar kata itu dariku. Aku tidak tahu lagi cara mengungkapkan rasa bahagia yang ia berikan kepadaku. Mungkin lain waktu aku yang harus membalasnya dan memberikan waktu agar dapat ikut kegiatannya mendaki gunung. Meskipun aku tidak yakin dapat menjalaninya dengan baik, takutnya malah merepotkan.

Terima kasih dan merepotkan adalah kata yang kupunya setelah beberapa waktu ini membersamainya. Rasanya aku bukanlah wanita yang pantas untuk menjadi partner hidupnya, dunia kita berbeda, alam kita berbeda. Aku yang terbiasa menghabiskan waktu di dalam kamar bersama jari yang bergerak ke sana-kemari sembari menumpahkan apa yang ada dipikiran.

Sedangkan ia adalah sosok yang tidak betah jika hanya berdiam, menjelajah, berkenala, dan mengais cerita lewat dunia nyata. Matanya adalah lensa dengan keakuratan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pernah terbesit dalam benakku untuk menuliskan semua ini sebelum aku lupa detail-detail menarik.

Tapi aku ragu dengan akhir kisah ini, meskipun semua kisah tidak selalu memiliki akhir bahagia, namun bersamanya aku ingin memiliki akhir yang bahagia. Rasanya semesta sangat kejam jika semua ini dibalas dengan kesedihan.

Antah Berantah (Tentang Perasaan Kita yang (M)entah)Where stories live. Discover now