AB 18: Desember Pertama 🗒

26 1 0
                                    

Perasaan untuk berpisah semakin kuat, meskipun pada beberapa waktu kamu berusaha menutupi dan menenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perasaan untuk berpisah semakin kuat, meskipun pada beberapa waktu kamu berusaha menutupi dan menenangkan. Namun hatiku tidak dapat dibohongi. Kalimat yang paling menyakitkan pun keluar,”Ya kalo deket mah enak, emang mau bolak balik ke sana enggak butuh duit apa?”

Lalu kemarin-kemarin itu apa? Jadi benarkan jika aku menyusahkan. Benarkan aku merepotkan. Kenyataannya benarkan bahwa aku sangat mengecewakan. Aku terdiam, mencerna kata-kata itu dengan baik supaya perasaanku tidak terlalu terguncang dibuatnya,”Iya jauh, iya butuh duit banyak. Iya enggak usah dipaksain lagi, kapan-kapan aja,” gumamku menatap foto berdua yang tinggal satu-satunya.

Atau lebih baik enggak usah ke sini lagi. Bebasin pikiranmu, bebasin hatimu, bebasin jiwamu sekarang juga aku udah enggak memaksa.

Foto inilah penenang di saat kita perang, di saat kita saling memanas. Berbagai momen telah tercipta dalam waktu yang memang belum ada apa-apanya. Namun memilih untuk mengancurkan dan menghentikannya bukankah itu sangat jahat. Aku memang terlalu kekanak-kanakan, tapi yang aku rasakan, yang aku jalani, yang aku katakan dan semua yang kulakukan ini tulus.

Tidak pernah berpikir untuk menyakitimu sekalipun hari-hari yang kamu jalani terkadang menyakitkan untukku. Menunggu hingga larut malam hanya dijadikan teman lelahmu, menatap raut wajah yang sangat berat. Bahkan kesempatan untuk sedikit berbicara pun tidak kudapati. Bukankah aku terlihat menyedihkan. Sepanjang perjalanan kegiatanmu aku hanya dapat menanti tanpa kamu ceritakan sedikitpun. Saat aku ingin mendengarkan ceritamu, apa balasan terbaik darimu?

“Besok aja, sekarang aku ngantuk banget. Capek, kamu juga istirahat aja udah malem.”

“Lain kali ya.”

“Udah ah cerita mulu capek aku.”

Capek, capek, capek. Lalu aku harus bagaimana lagi, bagaimana aku dapat masuk ke dalam duniamu untuk sekadar tahu saja tidak sepenuhnya diberikan izin.
Mengganggu, itu yang aku rasakan akhir-akhir ini. Tidak ada lagi perasaan special, tidak ada lagi perasaan hatiku memang benar-benar kamu butuhkan.

Bar, aku pergi aja ya? Maaf atas selama ini. Maaf menyakiti dan mengecewakan.
-

-------------------..----------------------

----------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Antah Berantah (Tentang Perasaan Kita yang (M)entah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang