Part 2

4.6K 158 5
                                    

Hari pertamaku bekerja terasa begitu panjang dan melelahkan tapi aku menyukainya karena menyenangkan.

Aku pun pulang menuju apartemenku dengan mengendarai mobil ayahku, mungkin sekarang bisa dikatakan menjadi mobilku.

Aku kembali ke apartemen dan membersihkan tubuh kemudian siap untuk tidur.

Kembali untuk bekerja keesokan harinya, aku melangkahkan kaki masuk kedalam lift dan kenapa aku selalu bertemu dengannya didalam lift?. Namun kali ini dia sendiri.

Aku berdiri jauh di depannya dan tidak menyapa sama sekali, aku tak ingin memulai percakapan canggung dengannya dan aku merasa diam seperti ini lebih canggung. Mungkin aku akan menunggu untuk disapa?.

Begitu sampai lantai bawah, ia tidak mengeluarkan kata sama sekali padaku. Aku ingin berbalik dan mencoba untuk menyapanya dengan sopan tetapi dia telah berjalan lebih dulu dariku. What the hell?? Tidakkah kemarin dia lebih ramah padaku? Sekarang seperti tidak mengenalku.

Haha. Bodoh sekali menunggunya menyapa, apa yang kau harapkan Elena.

Aku pun masuk kedalam mobilku dan mulai melajukannya. Begitu sampai di lobby kantor aku sampai diwaktu yang hampir bersamaan dengannya. Aku melangkahkan kaki menuju lift. Ada apa dengan lift?.

Beruntung di depan lift ramai sehingga aku tidak perlu canggung dan merasakan dinginnya di dalam lift saat bersama dia. Aku masuk lebih dulu dan berada dipaling belakang, suatu kebetulan yang aneh berdiri di sampingnya.

Lift pun mulai naik, semakin banyak yang datang membuat Alex terdorong kearahku. No. Aku merinding saat merasakan punggung tangannya yang tanpa sengaja mengenai punggung tanganku.

Dengan berusaha aku tak melihatnya.
"Kau tidak menyapaku tadi pagi" Bisiknya ditelingaku. Aku merasakan nafas hangatnya yang mengenai kulitku.

Aku menoleh ke Alex, terkejut kemudian melihat kedepan lagi saat menoleh wajahnya berada sangat dekat denganku. Aku ingin berkata namun tidak satu katapun keluar dari mulutku. Menjawab pertanyaannya, tidakkah aku seharusnya yang bertanya seperti itu?.

"Selamat pagi" ucapku tanpa menoleh kepadanya.

Pintu lift terbuka di lantai ruanganku berada, seharusnya aku keluar dari sini. Beberapa telah keluar dari dalam lift dan aku berusaha untuk melewati penuhnya orang didalam lift. Aku  berhasil keluar dari lift, membuang nafas lega dari dalam.

Aku tak pernah merasa seperti itu. Ada sesuatu darinya, aura yang dapat melumpuhkan wanita? Ya dia memang menarik dan dia tau itu. Tapi aku tidak tau ternyata aku dapat merasakannya juga.

Seperti kemarin aku memulai dengan tugas yang telah diberikan. Begitu makan siang tiba aku memilih untuk makan siang bersama dengan rekan kerja ku yang lainnya berusaha untuk berbaur.

Setelah kembali ke mejaku, aku mendapat panggilan dari direktur. Atasanku mengatakan untuk menemui Alex di ruangannya?.

Saat sampai di depan ruangannya, aku tak melihat Natalie berada di sana. Mengetuk pintu dan menunggu jawaban barulah aku masuk.

Wow, ruangannya dipenuhi dengan kertas-kertas yang berada di atas mejanya dan meja untuk tamu.

"Kau sudah datang?" Hmmm tidakkah dia bisa melihatku sudah berada di sini?.

"Apa ada yang bisa dibantu?" Tanyaku. "Ya sangat butuh bantuanmu, aku ingin kau carikan berkas proposal untuk meeting bersama pemegang saham" ujarnya mencari di rak penuh dengan berkas-berkas lainnya.

"Natalie yang merapihkannya, dan saat ini dia sedang diluar terlebih dia mengatakan jika proposal itu berada di rak buku" ucap Alex berbalik menghadapku.

Tanpa berkata aku membantunya untuk mencari proposal yang dicarinya. Mengapa dia harus memintaku? Tidakkah dia memiliki staff di lantai ini?.

"Oh aku menemukannya" ucap Alex mengambil lembaran kertas rak yang berada di atas kepalaku. Aku merasakan tangannya memegang bahuku sebagai tumpuan untuk mengambil kertas tersebut.

"Mengapa dia harus meletakkannya di atas sana?" Ujarnya. Exactly, mengapa kertas itu harus berada di sana.

Aku berbalik dan mataku berhadapan dengan dadanya. Aku merasakan tatapannya kepadaku, dengan perlahan aku menatap ke atas padanya.

"Aku masih memerlukan bantuanmu" ucapnya yang terdengar lembut ditelingaku ditambah dengan tatapannya yang membuat lututku lemas. Dia sangat mahir dalam hal ini.

Aku mengigit bibir bawahku tanpa menyadarinya, melihat dadanya yang bidang ingin aku melompat dalam pelukannya. Kemudian mataku tertuju pada bibir merahnya.

Aku menggelengkan kepala, apa yang dipikirkan olehku? Mungkin semua wanita dapat merasakan apa yang aku rasakan saat melihat pria di depanku ini.

"Aku harus berada di dalam meeting 5 menit lagi dan aku tak memiliki waktu untuk merapihkan ini, apa kau bisa membantuku?" Aku merasakan jarak yang semakin dekat dengannya dari setiap kata yang dikeluarkan Alex.

Dia menyadarinya, dia mengetahui apa yang ada di dalam pikiranku. "Jika kau bertanya mengapa aku memintamu karena hanya kau yang tidak memiliki tugas, tidak perlu berpikir panjang." Ucap Alex menjauh dariku.

"Ya, tentu aku sudah gila memikirkan hal yang macam-macam" ucapku seperti berbisik agar tak didengar olehnya, dan aku tak tau apakah itu cukup pelan karena dia berbalik padaku setelah aku selesai berkata.

"Kau mengatakan sesuatu?" Tanyanya. "Tidak" jawabku cepat dan berjalan menuju meja tamu yang dikelilingi sofa.

"Apa kau menginginkan sesuatu yang lebih? Aku tau kita memang tetangga dan baru beberapa kali bertemu tapi sekarang aku berada dikantor dan aku adalah atasan atasanmu?" Ucap Alex berjalan menuju mejanya untuk mengenakan jasnya.

"Aku tau"

Sesuatu yang lebih? Aku sendiri tau jika kau sangat jauh dariku dan kita tidak mengenal satu sama lain jadi apa sesuatu yang lebih yang aku inginkan?.

"Kau seperti tidak tau akan hal itu" ucap Alex.

"Selain merapihkan ini apa ada lagi yang perlu aku bantu?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan. "Kau ingin pulang bersama?" Tawarnya membuatku tertawa, aku tau ini lancang dan tidak sopan tapi ucapannya membuatku tertawa. Dia baru saja mengatakan jika kita tidak mengenal satu sama lain jadi untuk apa pulang bersama.

"Kau menertawai tawaranku?" Alex bertanya, aku mendengar langkahnya yang mendekat padaku. "Aku tidak mungkin pulang bersama kekasih orang terlebih kau direktur di sini walau kita tetangga. Aku tak yakin juga jika kita tetangga karena kau tinggal lebih tinggi dariku" ucapku.

"Kekasih?" Dia bertanya bingung. Wanita yang bersamamu saat di lift?.

"Natalie maksudmu? Hahaha, aku tidak mempunyai kekasih dan aku tidak akan pernah berkencan" ujarnya seperti membaca pikiranku.

Lalu? Kalian berciuman didalam lift dengan penuh gairah. Oh. Aku tak ingin mengingatnya.

"Kami hanya teman dan dia sekretarisku" ucap Alex membuatku menghadapnya. Seketika aku tersadar mengapa kita membicarakan hal ini disaat kita tak saling mengenal dan dia menceritakannya padaku, Aku tak mengharapkannya untuk membalasku.

"Wow, pertemananmu sangat berbeda dari yang lain" ucapku yang entah mengapa masih ingin melanjutkan pembicaraan ini.

"Kenapa? Kau ingin menjadi temanku?" Pertanyaannya membuatku terbatuk akibat menelan ludah sendiri, benar-benar tersedak karena ludahku. Aku menatapnya dengan sedikit rasa takut. 

"Tenang kau bukan tipeku, tidak perlu menatapku seperti kau mangsaku, Elena" ucap Alex mengangkat bibir kirinya untuk memberikan senyuman meremehkanku.

Setelah dia keluar dari ruangan, aku segera merapihkan kertas yang berada diatas meja dan terburu-buru untuk keluar dari ruangan tersebut.

***

There You AreΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα