Part 18

2.1K 86 0
                                    

Alex menarikku, membawanya untuk berjalan. "Berhenti bertingkah seperti anak kecil" ucap Ryan yang menarik pundak Alex. Alex berbalik dan memberikan pukulan pada wajah Ryan.

Aku menutup mulutku hampir berteriak akibat terkejut. "Kau yang selama ini bertingkah seperti anak kecil, mengambil apa yang aku miliki." Ucap Alex, ia melirik ke arah wanita yang berbicara dengan Ryan sebelumnya. Atau aku bisa menyebutnya sebagai ibu Sarah?.

"Baiklah, kalau begitu, Biarkan Elena memilih" ucap Ryan menyeka hidungnya yang berdarah dan menatapku. Aku menoleh ke Alex dan menatap ekspresi marahnya. "Maafkan aku Ryan, aku benar-benar minta maaf atas kekacauan ini" ucapku pada Ryan lalu menundukan kepalaku pada orang-orang yang duduk dimeja makan.

Alex kemudian meraih tanganku dan membawaku keluar dari rumah keluarga Ryan. Ia melepas tanganku saat berada diluar. Alex masuk lebih dulu kedalam mobilnya setelah seorang valet memberikan kunci mobil Alex.

Aku mengikuti Alex dan masuk ke dalam mobil. Setelah itu Alex segera melajukan mobilnya menjauh dari perkarangan rumah.

"Mengapa kau melakukan itu? Kau bisa lebih sabar menanggapi hal itu" ucapku pada Alex. "Tidak kau, tidak sekarang karena tadi sudah cukup menguras emosiku" ucap Alex.

"Aku dapat mengerti kau kesal dengan perkataan mereka, tapi kau tidak perlu marah seperti itu" ucapku. Alex membanting stir, menghentikan mobil dipinggir jalan. Ia turun dan menutup kencang pintu mobil. Aku tersentak dan segera keluar. Aku terkejut dengan diriku sendiri tidak takut setelah apa yang dilakukan Alex. Aku merasa aku harus bersamanya dan melupakan rasa takutku.

"Ini bukan pertama kalinya mereka membawa masalah seperti ini dan selalu menyebutkan ibuku. Aku merasa mereka tidak berhak mengatakan itu, aku berterima kasih pada ayah Ryan tentunya atas apa yang dia berikan padaku, tapi aku merasa ini bukan urusannya." Ucap Alex saat aku berdiri didepannya.

"Dan aku tidak suka cara mereka memandangmu terlebih saat dia bertanya tentang ayahmu" ucap Alex lebih lembut dari sebelumnya yang aku rasa dia akan meledak.

Aku melangkah mendekatinya dan memberinya pelukan hangat. Alex segera membalas pelukanku dan menyembunyikan kepalanya dileherku. "Terima kasih kau memikirkanku dan membelaku tadi" ucapku memeluknya erat.

"Lihatlah, jika kau mengeluarkan semuanya dengan bercerita kau akan merasa lebih lega" Ucapku lagi, mengusap punggungnya. "Hanya denganmu" ucap Alex, merenggangkan pelukannya tanpa melepaskan tangannya yang berada dipinggangku.

"Kau tau, aku benar-benar sudah memutuskannya saat berada jauh darimu kemarin. Aku merasa aku membutuhkanmu dari yang aku pikirkan dan aku merindukanmu" ucap Alex menyingkirkan anak rambutku yang menghalangi wajahku.

"Mungkin kau juga tidak akan tau betapa aku merindukanmu, dan apapun keputusanmu itu aku rasa aku menyukainya" ujarku mengelus pipi Alex. Tatapannya tidak setajam tadi, nafasnya mulai tenang dan kulitnya tidak begitu panas. Dia sudah tidak semarah tadi.

"Kau akan sangat menyukai keputusanku" ucap Alex mengecup keningku. "Apa itu tentang kau mengatakan jika aku adalah kekasihmu?".

"Oh tidak, apa tadi aku mengatakan itu?"

"Kau sedang bercanda?"

Alex terkekeh, ia memajukan kepalanya mendekatkan bibirnya dengan bibirku. "Aku merindukanmu" ucap Alex dengan lembut. Ia kemudian memberikan kecupan dibibirku yang kemudian itu lebih dari sebuah kecupan.

***

Keesokan paginya, aku berada didapur dan melihat kulkas Alex yang kehabisan bahan-bahan makanan. Mengingat dia tidak ada diapartmen selama beberapa hari kemarin, itu yang aku ketahui setidaknya menjadi alasan yang dapat aku terima untuk tidak memiliki makanan didalam kulkasnya.

There You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang